Rival Aqma Rianda*
PIRAMIDA.ID- Tepat 17 Agustus 1945 lalu kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Hingga kini ia berusia 75 tahun, 3/4 perjalanan sudah dilalui Indonesia Merdeka untuk menuju satu abad nanti.
Angka yang begitu tidak singkat, bukan semata-mata tanpa adanya dari dedikasi perjuangan para pahlawan pendiri bangsa terlebih dahulunya memperjuangkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia atas nama kedaulatan negara saat itu.
Melainkan atas nama jati diri, kehormatan di hadapan penjajah sebagai bangsa besar dan bukan bangsa tempe.
Hal itu seperti yang disampaikan oleh Soekarno pada saat Pidato Kemerdekaan 17 Agustus 1963:
“Kita bangsa besar, kita bukan “bangsa tempe”, kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tapi merdeka, daripada makan bestik tetapi budak; tradisi bangsa lndonesia bukan “tradisi tempe”. Kita di zaman purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara, pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia atau Afrika atau Tiongkok.”
Hal ini menandai bahwa salah satu bukti obor kesetiaan rakyat terhadap bangsanya sendiri sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air, rakyat, bangsa dan negara.
Jikalau Soekarno cintanya abadi terhadap Indonesia di ruang diplomasi geopolitik, demikian juga ketulusan dan kejujuran Hatta mencintai Indonesia, dan Jenderal Sudirman sebagai panglima perang gerliya kala itu.
Satu-kesatuan terus dimenangkan dalam masa melawan penjajah, menghilangkan kooptasi identitas suku, agama, dan simbolisasi fanatisme.
Kini kehadiran generasi menjadi penting dalam proses pilar pembangunan manusia yang unggul dan maju dalam masa untuk memenangkan zaman.
Instrumen gerakan anak-anak muda akan menjadi jawaban untuk kita semua di tahun 2030-2040 akan datang, di mana Indonesia akan menghadapi bonus demografi.
Empat pilar pembangunan Indonesia pada tahun 2045 nanti, yakni pembangunan manusia, penguasaan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta ketahanan nasional.
75 tahun hari ini Indonesia Merdeka selalu kita peringati sebagai buah dari warisan para pahlawan dan leluhur kita, meskipun setiap keadaan zaman selalu dinamis dalam merayakan kemerdekaan, hari ini kita merayakan kemerdekaan tersebut di tengah-tengah keadaan yang kurang baik bagi Indonesia yang dilanda COVID-19.
Namun tidak sedikit menyurutkan spirit dan optimisme kita sebagai bangsa yang besar dan yang gandrung akan terhadap cinta tanah air.
Kini kesempatan dan tantangan terus hadir di hadapan generasi muda, selain teknologi yang terus mengupgrade kemajuannya yang mampu meremoti pengandalian hidup manusia dan aktivitas sosial lainnya, kini percepatan dan pertumbuhan ekonomi menjadi skala prioritas pemerintah untuk mengembalikan paket kebijakan ekonomi nasional.
Paket kebijakan itu salah satunya adalah program Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan program “Exit Strategy” berupa pembukaan ekonomi secara bertahap menuju tatanan baru.
Bonus Demografi dan Tantangan Indonesia Menuju Satu Abad
Tahun 2030-2040 Indonesia akan masuk di dalam fase pertumbuhan ekonomi di usia produktif yang kita tandai sebagai bonus demografi.
Tidak bisa dipungkiri, hal itu menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan sejumlah format konektivitas aksi dalam menghadapi peningkatan dan percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi tersebut.
Indonesia yang akan mengalami gelombang masa bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif kisaran (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia yang tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin dengan terus memasifkan skema dalam pemanfaatan peluang ekonomi global dalam momentum bonus demografi, adapun langkah-langkah strategis yang terus digaungkan pemerintah, yakni peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta keterlibatan semua elemen masyarakat baik dalam mentransformasikan secara gerakan politik, ekonomi, dan sosial.
Penting kiranya bonus demografi ini menjadi tantangan serius bagi bangsa Indonesia, ke optimisme harus menjadi satu-satunya jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain dalam menghadapi arus gelombang baru ekonomi.
Mengenai penduduk usia produktif ini diprediksi akan mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan sebesar 297 juta jiwa, kembali mendiskripsikan bahwa ½ dari jumlah penduduk tersebut adalah didominasi oleh generasi muda.
Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi di berbagai sektor dalam menghadapi dampak atas peristiwa COVID-19.
Bencana non-alam ini hampir meruntuhkan energi kehidupan rakyat Indonesia secara merata tidak memandang kelas pekerja. Setelah lamanya 3 bulan harus dipenjara di dalam rumah, dilarang bekerja dan beraktivitas, dan dianjurkan Work From Home (WFH).
Stimulus ekonomi terus digencarkan dalam membangun kembali kekuatan dan kebangkitan ekonomi rakyat lewat Program Kartu Pra Kerja untuk 5,6 juta peserta dengan total anggaran Rp 20 Triliun dengan total batuan sebesar Rp 3,55 Juta, kemudian ada Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Bantuan Sosial Tunai (BST) adalah bantuan yang bersumber dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang akan diberikan kepada masyarakat berdasarkan pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Adapun masyarakat calon penerima BST maupun BLT akan menerima bantuan uang tunai sebesar Rp 600.000,00 per kepala keluarga setiap bulannya selama tiga bulan. Sehingga total bantuan yang diterima per keluarga adalah Rp 1.800.000,00.
Di samping itu, Presiden Joko Widodo menggelontorkan anggaran dalam mengatasi COVID-19 melalui APBN 2020 sebesar Rp 405,1 Triliun. Besaran anggaran tersebut ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) tentang Stabilitas Perekonomian di masa pandemi corona.
Total anggaran tersebut salah satunya akan dialokasikan untuk kebutuhan belanja di sektor kesehatan sebesar Rp 75 triliun. Selain itu, dari total anggaran Rp 405,1 Triliun tadi, sebesar Rp 70,1 Triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sisanya, Rp 110 Trilliun, akan dialokasikan untuk perlindungan sosial dan 150 Triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional termasuk restrukturisasi kredit dan penjaminan dan pembiayaan dunia usaha khususnya terutama UMKM.
Maka melayani generasi menjadi instrumen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan bersama.
Anak-anak muda adalah satu aset saat ini, kini, dan mendatang. Transformasi ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa merupakan salah satu kunci utama dalam mendorong siklus perubahan pembangunan dan kebaikan untuk Indonesia yang akan datang, khususnya dalam menyambut bonus demografi di tahun 2030-2040. Mari bersiap!
Penulis merupakan Wasekjend bidang Internal DPP GMNI.