PIRAMIDA.ID- Selain COVID-19, ada pagebluk lain yang harus diberantas seperti polio dan cacar yang masih melanda di dunia. Namun dalam makalah penelitian terbaru memaparkan alasan mengapa usaha pemberantasan COVID-19 harus diutamakan.
Yakni, karena lebih memungkinan dan lebih layak dilakukan daripada penyakit lain seperti polio, meski jumlahnya secara statistik lebih sedikit dari cacar.
Makalah dalam tahap peer-review itu berjudul We should not dismiss the possibility of eradicating COVID-19: comparisons with smallpox and polio. Penelitiannya dipimpin oleh Nick Wilson, profesor Department of Public Health University of Otago, Selandia Baru.
Lewat makalah yang tersedia di BMJ Global Health (Vol. 6, Issue 8) itu, Wilson dan tim mengurutkan kelayakan atau kemungkinkan ketiga penyakit itu diberantas berdasarkan faktor teknis, sosial, politik, dan ekonomi.
Cacar, sebagai penyakit pertama kali yang diberantas, ternyata memiliki skor rata-rata tertinggi perihal kelayakan diberantas. Skor rata-ratanya adalah 2,7 dari skala tiga dalam poin pada 17 variabel, tulis para peneliti. Jika dibandingkan, COVID-19 hanya memiliki skor rata-rata 1,6, dan polio 1,5.
Mengutip Eurekalert, Wilson mengatakan bahwa analisanya menempatkan COVID-19 sebagai penyakit, karena secara teknis memungkinkan diberantas.
Pada konteks vaksinasi misalnya, dia mengombinasikan program vaksin pada penyakit lain, bersama usaha kesehatan masyarakat, dan kepentingan global yang ada saat ini. Hasilnya mendukung memungkinkannya pemberantasan pagebluk COVID-19.
“Penghapusan COVID-19 di tingkat negara telah dicapai dan dipertahankan untuk waktu yang lama di berbagai bagian kawasan Asia Pasifik, yang menunjukkan bahwa pemberantasan global mungkin dilakukan,” terang Wilson.
Mereka mencatat, bahwa pemberantasan pagebluk telah dicapai dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama di kawasan itu, seperti Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Australia, dan Selandia Baru.
Dengan demikian, catatan itu memberikan bukti bahwa konsep pemberantasan global adalah sangat mungkin secara teknis.
Para peneliti melanjutkan, ketersediaan vaksin menjadi peringkat kelayakan pemberantasan tiga penyakit tersebut. Mereka mempertimbangkan faktor itu dalam hal keamanan dan efektivitasnya, dan probabilitas kekebalan tubuh seumur hidup.
Selain itu juga vaksin dipertimbangkan dalam hal dampak usaha kesehatan masyarakat, kampanye pengendalian infeksi yang efektif oleh pemerintah, kondisi politik dan publik terkait infeksi, dan respon penerimaan masyarakat terhadap pengendalian infeksi.
“Sejatinya, program vaksinasi berperan besar atas pemberantasan cacar dan dua dari tiga serotipe virus polio di seluruh dunia,” lanjutnya.
Para peneliti memaparkan, tantangan pemberantasan COVID-19 mirip dengan usaha pada cacar dan polio termasuk vaksinasi yang buruk di beberapa negara. Ada pula munculnya varian virus yang memungkinkan lebih menular atau mampu melawan kekebalan vaksin.
Tidak luput, tantangan lainnya adalah biaya vaksinasi untuk populasi dunia, peningkatan sistem kesehatan yang layak, usaha memberantas gerakan anti-sains yang kian agresif, dan usaha nasionalisme vaksin oleh pejabat-pejabat negara.
COVID-19 sendiri menjadi pemberantasan serius karena memiliki tantangan sendiri: infeksi terhadap hewan, baik domestik maupun liar.
“Infeksi hewan liar dengan SARS-CoV-2 tampaknya cukup langka hingga saat ini dan ketika hewan pendamping terinfeksi, mereka tampaknya tidak menginfeksi kembali manusia,” ujar Wilson.
Michael Baker, profesor dari institusi yang sama dengan Wilson dan menjadi anggota penelitian ini menambahkan, pemberantasan COVID-19 unggul karena adanya kekhawatiran masyarakat global akan pagebluk.
“Skala besar dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi dari COVID-19 di sebagian besar dunia telah menghasilkan minat global yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengendalian penyakit dan investasi besar-besaran dalam program vaksinasi,” terang Baker.
“Tidak seperti cacar dan polio, pengendalian COVID-19 juga mendapat manfaat dari dampak tambahan dari langkah-langkah kesehatan masyarakat, seperti kontrol perbatasan, jarak sosial, pelacakan kontak, dan pemakaian masker, yang bisa sangat efektif jika diterapkan dengan baik.”
Dengan demikian, keberhasilan memberantas COVID-19 dapat berarti untuk usaha pemberantasan pagebluk penyakit lain.(*)
National Geographic Indonesia