Billie Gregorine*
PIRAMIDA.ID- Hahaha..mengingat perihal jatuh cinta saja sudah mampu membuat pipiku merona, bibirku tersenyum, dan hatiku bergetar tak menentu.
Saat itu usiaku sekitar 19 menuju ke 20 tahun. Usia yang sangat tepat untuk jatuh cinta menurutku.
Awal pertama kami jumpa adalah ketika pesta, pesta besar yang diadakan oleh komunitas yang saat itu aku ikuti. Saat itu aku mengambil peran sebagai penari teater yang berperan menjadi sosok laki-laki karena kebetulan di dalam komunitas itu tidak ada laki-laki.
Dengan segala macam pernak-pernik kugunakan agar terlihat seperti laki-laki, mulai dari topi, kumis, dan jenggot buatan dari kopi serta segala macamnya.
Meskipun demikian banyak hal telah dilakukan agar terlihat mirip sebagai laki-laki tapi tetap saja tidak mirip menjadi laki-laki, dan malahan jadi terkesan aneh dan lucu yang membuat orang-orang menjadi tertawa.
Kondisi dan keaadanku saat itu memang sangat tidak memungkinkan membuat aku terlihat cantik layaknya perempuan yang membuat laki-laki itu akan jatuh cinta. Tapi entah mengapa dia mengajakku untuk berkenalan melalui kakak seniorku yang adalah kakak sepupu jauhnya — dalam adat Batak ditengarai semarga dengannya.
Dalam hati aku terkejut dan syok bisa-bisanya ada yang ngajak berkenalan dalam sebuah kondisiku yang begitu berantakan, tapi ya sudahlah, tidak apa-apa. Lumayan dapat teman kenalan baru, pikirku. Dan aku pun menyetujui agar berkenalan dengannya.
Saat itu dia sudah menungguku di meja makan bersama seorang temannya dan aku datang bersama dengan kakak seniorku itu. Setelah duduk aku hanya diam karena belum tahu yang mana yang ingin berkenalan denganku, terpaku melihat salah satu di antara mereka berdua, yaitu kamu yang pada pandangan pertama sudah memberikan senyum yang malu-malu tak kuasa menahan agar pipimu terlihat tidak merona dan dengan feeling aku tahu yang mana yang ingin berkenalan denganku, yaitu kamu.
Sejenak situasi yang terjadi saat itu memang begitu kaku dan gak jelas karena hanya ada senyum malu-malu. Lalu kamu pun memulai memecahkan keheningan dan mulai bertanya namaku dan masih tetap dalam keadaan malu-malu yang berujung malu-maluin dan kamu pun bertanya tentang namaku, kegiatan yang biasa kulakukan, sebanyak kesempatan waktu yang tersedia dan tentunya tak lupa juga ulang tahunku yang tinggal menghitung hari lagi saat itu.
Begitu juga denganku bertanya hal yang sama denganmu karena aku pun ingin tahu tentangmu.
Hanya sebentar saja percakapan dan perkenalan yang terjadi saat itu karena kau beserta rombongan komunitas mu harus segera pulang. Perkenalan yang sederhana juga singkat dan membuat hatiku bergetar untuk yang pertama kalinya bagiku dan mungkin juga bagimu berdasarkan tingkah laku yang terjadi saat itu.
Kenangan mengingatmu saat menjabat tanganku sambil tersenyum malu seakan tak berani melihatku namun dengan nekat tetap kau beranikan, sehingga membuatku juga tersenyum malu hingga menampilkan gigiku yang berantakan tak jelas beserta pipi yang ikut merona juga.
Beberapa hari kemudian tibalah sehari sebelum aku ulang tahun, tiba-tiba kakak seniorku menyampaikan sebuah hadiah darimu, yaitu sebuah lampu salib, rosario orange dan juga sepucuk surat. Seketika senyumku pun tertarik tak dapat kutahan menunjukkan bahwa aku gak nyangka namun senang bahwa kau ingat setiap kata yang ku ucapkan saat itu dan kau juga ingat akan ulang tahunku.
Satu yang terlintas dalam benakku saat kau memberikan aku rosario itu, yaitu kau menginginkan aku untuk membawamu dalam salah satu wujud doa setiap aku berdoa menggunakan Rosario itu.
Hingga tiba saat aku meninggalkan komunitas itu tanpa memberikan sebuah kata perpisahan padamu.
Dan kini kita tak pernah bertemu dan juga berkomunikasi lagi. Aku pun tak tahu saat ini kau entah berada di mana, bahkan di zaman yang saat ini begitu canggih, dan bukan sesuatu yang sulit bagiku untuk menemukanmu kembali melalui media sosial yang ada saat ini. Tapi hal itu memang tak ingin kulakukan.
Jangan kau tanyakan alasannya, aku hanya tak ingin melakukannya untuk sebuah alasan yang tak ingin kau tahu. Saat ini aku sudah tak merindukan mu lagi hanya menyimpanmu sebagai salah satu kenanganku yang terindah.
Baik-baik di sana, ya. Semoga Allah Bapa selalu menjagamu.
Untukmu cinta pertamaku.(*)