Emi Lidia Nadeak*
PIRAMIDA.ID- Investigasi terhadap alam semesta saat ini telah menguak bukti meyakinkan bahwa suatu ledakan besar telah menyebabkan alam semesta mengembang pada awalnya. Tetapi, masih belum jelas apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Radiasi bola api dari saat alam semesta menjadi transparan, radiasi panas telah mengalir melaluinya, dengan asumsi, tentu saja teori ledakan besar benar adanya. Para astronom memperkirakan bahwa akibat radiasi panas, seharusnya alam semesta saat ini bersuhu sekitar 3 kelvin dengan kata lain 3 derajat di atas nol mutlak.
Pada tahun 1965, dua orang ilmuan Laboratorium Bell, Arno Penzias dan Robert Wilson. Menangkap beberapa radiasi latar belakang di luar angkasa yang menyamai suhu ini.
Hal ini adalah kemenangan bagi kosmolog pendukung ledakan besar dan terbukti menjadi paku kosmik bagi keranda untuk mereka yang mendukung teori mengenai alam semesta yang secara radikal berbeda, dikenal sebagai teori “keadaan tetap”. Tetap ke mana pun dia pergi – para pendukung teori keadaan tetap, Fred Hoyle, Herman Bondi, dan Thomas Gold, mengajukan teori ini di tahun 1948.
Menurut mereka, alam semesta di masa silam, secara hakiki sama dengan yang sekarang. Galaksi berbentuk dan menyusut, tetapi untuk menjaga alam semsta dalam keadaan tetap, materi harus terus-menerus diciptakan di ruang angkasa.
Di satu waktu nanti, materi baru ini membentuk galaksi, kemudian akan menyusut lagi, dan seterusnya. Jika kita bersedia menerima gagasan bahwa materi diciptakan (dalam satu kejadian, yaitu ledakan besar), mereka memperdebatkan, mengapa ini tidak dapat tercipta sedikit demi sedikit?
Apakah alam semesta terus menerus mengembang selamanya? Ataukah hal ini berhenti suatu hari? Karena tidak memiliki bola Kristal yang tepat untuk meramal, para kosmolog mengaku mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada alam semesta.
Masalah yang timbul terhadap perhitungan mengenai apa yang akan terjadi pada alam semesta tergantung pada beberapa banyak massa yang dimilikinya. Jika terhadap massa yang cukup, gaya tarik keseluruhannya suatu hari akan menghentikan berkembangnya alam semesta dan akhirnya menyebabkan keruntuhannya. Semua materinya akan berkumpul bersama dan menjadi kebalikan dari ledakan besar, yaitu di dalam suatu “remukan besar”.
Apakah alam semesta ini terbuka atau tertutup? Gagasan dari remukan besar menggambarkan sebuah alam semesta tertutup. Dengan batas-batas tertentu. Jika tidak ada cukup massa untuk membuat alam semesta runtuh ke dalam dirinya sendiri, maka alam semesta akan terus mengembang selamanya dan akan menjadi alam semesta yang terbuka.
Dengan menjumlahkan massa dari semua galaksi yang diduga ada, kelihatannya tidak didapat jumlah massa yang cukup untuk alam semesta yang tertutup. Tetapi ada cukup banyak materi gelap di alam semesta, yaitu materi yang tidak dapat kita lihat.
Sebagai contoh sekarang diketahui bahwa partikel-partikel yang disebut neutrino, yang dahulu diduga tidak bermassa, ternyata memiliki sedikit massa.
Karena neutrino dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak di tungku pembakaran nuklir pada bintang-bintang, neutrino mungkin saja menggeser keseimbangan ke arah alam semesta tertutup dan remukan besar.
Jika alam semesta mengembang, tentu saja ia seharusnya lebih kecil di masa dahulu. Dan seharusnya ada suatu saat di mana semua materi yang ada di alam semesta sekarang terhimpun pada suatu tempat yang sangat kecil.
Para astronom memperkirakan bahwa ledakan besar terjadi kira-kira 15 miliar tahun yang lalu. Alam semesta menurut astronom tercipta pada saat terjadinya ledakan yang maha dasyat dikenal sebagai “Ledakan Besar”.
Menurut teori Ledakan Besar, semua benda yang ada seperti materi, energi, ruang, gaya-gaya alam. Kita tidak dapat merenungkan tentang apa yang terjadi sebelum ledakan, tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana atau mengapa Ledakan Besar terjadi. Mungkin suatu ciptaan Yang Maha Kuasa.
Tetapi para astronot dapat memperkirakan seperti apa alam semesta seperjuta detik setelahnya. Dan mereka telah memperhitungkan bagaimana alam semesta telah berkembang dari saat itu hingga hari ini. Kosmolog dan fisikawan telah menyatukan pengetahuan mereka untuk membayangkan kondisi pada alam semesta.
Penulis merupakan founder Kokasi (Komunitas Kartini Indonesia). Mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Fisika.