Oleh: Nurul Kusuma Astuti*
PIRAMIDA.ID- Salah satu sinetron India yang paling populer di Indonesia adalah Anandhi. Sinetron ini berjudul asli Balika Vadhu atau dalam Bahasa Indonesia, yaitu Pengantin Anak. Serial TV India yang ditayangkan pada 21 Juli 2008 dan 31 Juli 2016 berlangsung 2.248 episode dan merupakan serial TV India terlama di Colors TV.
Film ini menceritakan tentang keberadaan perempuan dalam struktur sosial yang mengalami eksploitasi, marginalisasi, hingga penindasan akibat budaya patriaki yang sangat kental melalui tradisi-tradisinya.
Pemeran utama dalam serial film ini adalah Anandhi. Anandhi tinggal di sebuah desa kecil di Rajastan. Ia tinggal bersama keluarga kecilnya dengan kehidupan yang sederhana. Anadhi dipaksa menikah pada saat berusia 8 tahun dengan seorang anak bernama Jagdish.
Anandhi tidak dapat memiliki masa kecil yang menyenangkan bahkan Anandhi dilarang untuk bersekolah dan bermain bersama teman sebayanya. Anandhi dipaksa melakukan berbagai pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, mengurus suami, dll.
Peraturan ini dibuat oleh nenek Jagdish bernama Kalyani Devi yang merupakan seorang janda yang masih percaya akan takhayul dan memegang teguh pada nilai-nilai ritual yang diyakininya. Perlakuan nenek Kalyani Devi kepada Anandhi membuatnya diperlakukan tidak adil. Nenek Kalyani Devi memiliki 2 orang putra bernama Baron dan Vasant.
Baron menikahi Sumitra dan memiliki dua orang anak bernama Jagdish dan Suguna. Sementara Vasant sorang duda yang belum memiliki anak dan menikahi seorang gadis bernama Genha. Genha sangat tidak suka dengan ibu mertuanya itu sehingga dia bersikap buruk, karena sikapnya itu membuat Kalyani ingin mengusir Genha dari rumahnya, tetapi Vasant membela Genha di depan ibu kandungnya karena Genha tengah mengandung anak Vasant.
Film ini bercerita tentang seorang perempuan yang hidup dengan segala bentuk diskriminasi hingga eksploitasi akibat sistem budaya patriarki di negaranya. Isu gender dalam cerita Anandhi memunculkan ketidakadilan gender bagi perempuan terutama dalam bidang pendidikan, dan peran perempuan dalam keluarga.
Kesenjangan gender yang terbentuk dalam alur cerita ini dapat menyebabkan ketidakadilan gender, seperti kekerasan, peminggiran, dan kepemimpinan. Berikut merupakan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam film Anandi (Balika Vadhu) adalah:
1. Subordinasi
Subordinasi merupakan penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang sering kali merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Permasalahan perempuan dalam sektor publik masih dipandang belum imbang. Hal ini tejadi karena budaya yang dipegang erat oleh masyarakat.
Justifikasi pembagian kerja membuat perempuan selalu pada posisi kedua atau pengganti. Sebagai contoh dalam film Anandhi, yaitu perempuan bertanggung jawab atas urusan domestik saja, karena perempuan dianggap lemah, sensitif, dll. Sementara sektor publik didominasi laki-laki dengan kepemimpinan atas perempuan.
2. Stereotip
Stereotip merupakan pelabelan atau penanda yang sering merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Sebagai contoh, dalam film Anandhi di mana pelabelan terhadap perempuan lebih berperan dalam urusan rumah tangga atau domestik. Adanya pelabelan ini membuat perempuan terbatas sebagai istri dan memperjelas betapa pentingnya menjadi ibu rumah tangga.
3. Marginalisasi
Marginalisasi merupakan peminggiran yang dialami perempuan akibat perubahan gender di masyarakat. Sebagai contoh dalam film Anandhi, yaitu pekerjaan yang berat hanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ikut melakukan pekerjaan tersebut hanya akan menjadi beban bagi laki-laki.
4. Beban kerja
Beban kerja merupakan tanggung jawab yang diterima salah satu jenis kelamin berlebihan dibandingkan jenis kelamin tertentu. Misalnya, dalam film Anandhi, ketika seorang perempuan menjadi seorang istri dan memiliki peran mengurus rumah tangga, dia hanya akan melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian, melahirkan, menyusui dan memenuhi kebutuhan suaminya, tetapi beban kerja majemuk yang dilakukan perepuan tetap tidak dihargai.
5. Kekerasan
Kekerasan terjadi karena perempuan atau laki-laki dianggap lemah atau karena tentang tubuh perempuan sebagai objek seksual. Sumber kekerasan terhadap perempuan dalam film ini yaitu anggapan gender yang diakui masyarakat patriakai yang berpusat pada kekuasaan laki-laki.
Sebagai contoh dalam film Anandhi di mana kecantikan dan feminitas tidak dapat dipisahkan dari budaya patriakal. Hal ini menunjukkan bahwa feminitas merupakan suatu kekuasaan yang dipegang laki-laki dalam mengatur tubuh perempuan. Aturan tubuh ini berhubungan dengan pengendalian tubuh.
Ini merupakan kekuatan patriakal dalam mengendalikan perempuan melalui praktik feminitas demi menghasilkan tubuh perempuan dan bersikap feminim. Adapun Kekerasan dalam film ini seperti kekerasan fisik; ditampar, dipukul.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).