Oleh: Nurul Kusuma Astuti*
PIRAMIDA.ID- Konflik sosial biasanya identik dengan kekerasan, kenapa itu bisa terjadi ya? Konflik sosial merupakan perselisihan yang terdapat di lingkungan sekitar dan memiliki pengaruh terhadap lingkungan sekitar.
Konflik merupakan akibat situasi di mana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik berasal dari bahasa latin, “conflictus” yang artinya pertentangan. Konflik didefinisikan sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain dan sebuah keadaan atau perilaku yang bertentangan.
Konflik dapat terjadi pada dua kelompok di mana terdapat kelompok in grup dan out grup. Konflik in grup dapat terjadi di dalam kelompok sendiri. Sementara, konflik yang out group itu berasal dari luar.
Penjelasan mengenai konflik menurut Lewis A Coser. Nama asli dari Lewis Alfred Coser atau kita sering menyebutnya Lewis A Coser yang merupakan pelopor sosiologi konflik. Coser juga merupakan seorang pengajar di berbagai universitas besar di Amerika serikat dan Coser juga merupakan ketua sosiologi di Amerika serikat. Coser mengatakan jika konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat merupakan suatu hal yang normal.
Adapun manfaat konflik menurut Coser adalah:
a. Konflik dapat menjadi media untuk berkomunikasi.
b. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok.
c. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan solidaritas tersebut dapat mengantarkan kepada aliansi dengan kelompok lain.
d. Konflik menyebabkan anggota masyarakat yang terisolasi menjadi berperan aktif.
Menurut Lewis A. Coser dalam bukunya yang berjudul ” The functions of social conflicts” terdapat dua konflik sosial diantaranya konflik realistis dan non-realistis.
Pertama, konflik realistis merupakan konflik dimana salah satu penyebabnya dari rasa kecewanya individu atau kelompok terhadap suatu sistem atau kebijakan. Konflik realistis seperti yang terjadi didalam lingkungan sekolah yaitu adanya perlombaan memperingati hari sumpah pemuda antar sekolah yang hanya memperbolehkan siswanya untuk mengikuti lomba dengan kriteria wajib memiliki nilai diatas 85.
Maka, terdapat suatu perasaan kecewa yang datang dari para siswa lain yang ingin untuk mengikuti lomba tersebut, akan tetapi malah terhalang karena persyaratan nilai yang dikeluarkan oleh kebijakan panitia.
Konflik realistis memiliki beberapa ciri antara lain sebagai Pertama, konflik muncul dari frustasi atas tuntutan khusus dalam hubungan dan dari perkiraan keuntungan anggota dan yang diarahkan pada objek frustasi. Di samping itu, konflik merupakan keinginan untuk mandapatkan sesuatu (expectations of gains). Kedua, konflik merupakan alat alat untuk mendapatkan hasil-hasil tertentu. Langkah-langkah untuk mencapai hasil ini jelas disetujui oleh kebudayaan mereka. Dengan kata lain, konflik realistis sebenarnya mengejar : power, status yang langka, resources (sumber daya), dan nilai-nilai. Ketiga, konflik akan berhenti jika aktor dapat menemukan pengganti yang sejajar dan memuaskan untuk mendapatkan hasil akhir. Keempat, Pada konflik realistis terdapat pilihan-pilihan fungsional sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Jadi dapat ditegaskan bahwa konflik realistis terjadi karena terdapatnya perasaan kecewa yang terjadi pada diri individu maupun kelompok terhadap suatu sistem ataupun kebijakan yang dibuat.
Kedua, Konflik non-realistis. Pada konflik ini tidak bertujuan untuk menyelesaikan persaingan tetapi lahir dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan. Contohnya pada masyarakat tradisional yang masih kental dengan sifat-sifat ghaib nya seperti menggunakan santet. Berbeda dengan masyarakat modern yang justru untuk meredakan konflik yang terjadi dipilah lah kambing hitam supaya si konflik itu meledak. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik yang terjadi antar kelompok ini dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindungi kelompok agar tidak masuk kedalam dunia sosial di sekeliling nya. Konflik non-realistis seperti dilingkungan sekolah yang terjadi biasanya adanya tawuran antar sekolah karena terdapat permusuhan diantara kedua sekolah tersebut. Pada konflik non-realistis biasanya konflik ini juga sulit untuk dapat diselesaikan loh.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Prodi Sosiologi.