PIRAMIDA.ID- Pada dasarnya, Sosialisme dan Komunisme merupakan filosofi ekonomi yang menganjurkan hal-hal publik ketimbang pribadi. Seperti alat-alat produksi, distribusi, dan pertukaran barang yang menghasilkan uang dalam masyarakat.
Keduanya mempunyai tujuan untuk memperbaiki masalah yang timbul akibat sistem kapitalisme pasar bebas – termasuk eksploitasi pekerja dan menjadi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Pada hal mendasar, memang sosialisme dan komunisme memiliki beberapa kesamaan. Namun, merujuk laman History, keduanya juga memiliki perbedaan yang penting.
Revolusi Industri yang terjadi antara 1750 – 1850 menyebabkan perubahan ekonomi dan sosial yang ekstrem. Di situlah Sosialisme muncul dan merespon hal tersebut, khususnya perjuangan kaum pekerja.
Banyak pekerja yang semakin miskin ketika para pemilik pabrik atau kaum industrialis lainya justru memperoleh kekayaan yang besar.
Para pemikir Sosialisme seperti Henri de Saint-Silmon, Robert Owen, dan Charles Fourier pada paruh pertama abad ke-19 mempresentasikan model mereka untuk menata kembali masyarakat di garis kerjasama dan komunitas.
Hal itu menentang kompetisi yang melekat dalam kapitalisme karena kebebasan pasar yang mengendalikan penawaran dan permintaan barang.
Hingga kemudian Karl Marx muncul, seorang filsuf dan ekonom politik Jerman. Bersama Friedrich Engels, Marx menerbitkan Manifesto Komunis pada tahun 1848, yang mengkritik model-model sosialis sebelumnya.
Menurutnya, semua sejarah merupakan perjuangan kelas dan kelas pekerja (atau proletariat) pasti akan menang atas kelas kapital (borjuis) dan memenangkan kontrol atas alat-alat produksi.
Komunisme, kadang-kadang disebut sebagai sosialisme revolusioner dan didefinisikan oleh teori-teori ekstrim Marx.
Secara faktual, kaum Marxis sering menyebut sosialisme sebagai fase pertama dan penting dalam perjalanan dari kapitalisme ke komunisme.
Namun Marx dan Engels sendiri tidak secara konsisten atau jelas membedakan komunisme dari sosialisme, ini menyebabkan kebingungan abadi antara kedua istilah tersebut.
Tidak ada yang namanya milik pribadi di bawah Komunisme. Semua properti adalah milik bersama dan setiap orang menerima bagiannya berdasarkan apa yang mereka butuhkan.
Negara mengendalikan semua aspek kebutuhan produksi ekonomi dan menyediakan kebutuhan dasar warga negaranya. Seperti makanan, perumahan, perawatan medis, dan pendidikan.
Sebaliknya, individu-individu di bawah Sosialime masih bisa memiliki properti mereka. Namun produksi industri atau sarana utama untuk memperoleh kekayaan dikelola secara komunal oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis.
Perbedaan utama lainnya antara sosialisme dan komunisme adalah cara untuk mencapai sesuatu.
Dalam komunisme, sebuah revolusi kekerasan di mana kaum buruh bangkit melawan kelas menengah dan atas dipandang sebagai bagian yang tak terhindarkan untuk mencapai negara komunis murni.
Sedangkan Sosialisme lebih fleksibel. Penganutnya mencari perubahan dan reformasi, tetapi bersikeras untuk membuat perubahan ini melalui proses demokrasi dalam struktur sosial dan politik yang ada, bukan menggulingkan struktur tersebut.
Tidak seperti komunisme, sistem ekonomi sosialis menghargai upaya dan inovasi individu. Seperti dalam demokrasi sosial sebagai bentuk sosialisme modern yang paling umum.
Ia berfokus pada pencapaian reformasi sosial dan redistribusi kekayaan melalui proses demokrasi dan dapat hidup berdampingan bersama ekonomi kapitalis pasar bebas.
Saat ini, Komunisme ada di Cina, Kuba, Korea Utara, Laos, dan Vietnam meskipun dalam kenyataannya, negara yang murni komunis tidak pernah ada.
Negara-negara tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Komunis karena di semua negara tersebut, pemerintah pusat mengendalikan semua aspek sistem ekonomi dan politik.
Tetapi tidak satu pun dari mereka yang mencapai penghapusan properti pribadi, uang, atau sistem kelas yang dibutuhkan oleh ideologi komunis.
Demikian juga, tidak ada negara dalam sejarah yang mencapai keadaan sosialisme murni.
Bahkan negara-negara yang dianggap sebagai negara sosialis, seperti Norwegia, Swedia dan Denmark, memiliki sektor kapitalis yang sukses dan mengikuti kebijakan yang sebagian besar selaras dengan sosial demokrasi.
Banyak negara Eropa dan Amerika Latin telah mengadopsi Sosialisme (seperti biaya kuliah gratis, perawatan kesehatan universal dan perawatan anak bersubsidi).
Sumber: nationalgeographic.grid.id/Fikri Muhammad.