PIRAMIDA.ID- Jika berada di kubu bumi bulat, maka Anda pasti pernah merasakan frustrasinya berdebat dengan seseorang dari kubu bumi datar. Apa pun sanggahan yang Anda lontarkan dianggapnya sebagai bagian dari konspirasi NASA.
Di abad ke-21 ini, apakah dia dan kubu bumi datar lainnya benar-benar serius mempercayai teori tersebut? Bila demikian, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Walaupun teori mereka terdengar mustahil di telinga dan kepala Anda, tetapi kepercayaan kaum bumi datar bukanlah sesuatu yang mengejutkan bagi pakar psikologi seperti Karen Douglas.
Psikolog dari University of Kent, Britania Raya, yang mempelajari psikologi dari teori konspirasi ini berkata bahwa kepercayaan kaum bumi datar mengikuti teori konspirasi lain yang telah dia pelajari.
Dikutip dari Live Science, Douglas mengatakan, menurutku, orang-orang ini benar-benar percaya bahwa bumi berbentuk datar. Aku tidak melihat tanda-tanda bahwa mereka membuat-buat ide tersebut untuk alasan lainnya.
Douglas lalu menjelaskan bahwa secara umum, teori konspirasi memiliki dua karakteristik yang sama. Pertama, mereka adalah teori alternatif mengenai sebuah kejadian atau masalah serius. Kedua, mereka biasanya memberikan semacam penjelasan mengapa kebenaran dari kejadian atau masalah tersebut harus ditutupi.
“Salah satu daya tarik dari teori konspirasi adalah kemampuan untuk menjelaskan sebuah kejadian besar tanpa perlu detail-detail yang lengkap. Kekuatannya justru berada pada fakta bahwa teori-teori ini tidak memiliki kejelasan yang pasti,” ucapnya.
Namun, kegigihan dan kepercayaan diri para kaum bumi datar dalam berargumen membuat teori mereka lebih menarik daripada yang seharusnya.
“Jika Anda dihadapkan dengan pandangan minoritas yang diungkapkan dengan cara yang cerdas dan sang pembicara memiliki opini yang sangat kuat, maka teori tersebut bisa menjadi sangat berpengaruh. Para psikolog menyebut hal ini sebagai pengaruh minoritas,” ujar Douglas.
Namun, ada satu perbedaan kaum bumi datar dengan orang-orang yang percaya teori konspirasi lainnya.
Dalam studinya yang dipublikasikan melalui American Journal of Political Science, dua peneliti politik dari University of Chicago, Eric Oliver dan Tom Wood, menemukan bahwa setengah dari masyarakat AS mempercayai setidaknya satu teori konspirasi.
Kepada Live Science, Oliver berkata bahwa teori konspirasi berawal dari kebiasaan manusia untuk mempercayai adanya kekuatan yang tidak terlihat. Hal ini disebut sebagai pemikiran magis.
Akan tetapi, jika banyak penganut teori konspirasi lainnya juga mengadopsi teori-teori pinggiran yang bersifat supernatural, kaum bumi datar biasanya hanya percaya dengan bentuk bumi yang tidak bulat.
“Jika mereka seperti penganut konspirasi teori lainnya, mereka seharusnya juga menunjukkan tendensi terhadap pemikiran magis seperti percaya UFO, ESP, hantu, dan kekuatan yang tak terlihat lainnya. Namun, kaum bumi datar tidak demikian sehingga mereka juga menjadi anomali di antara masyarakat AS yang percaya teori konspirasi,” urai Douglas.
Sumber: National Geographic Indonesia dan Live Science