Rina Adriani Silalahi*
PIRAMIDA.ID- Benar bahwa rejeki setiap manusia tidak akan tertukar. Siapa sangka keputusan Mujenih, seorang petugas kebersihan kereta listrik jurusan Jakarta-Bogor, untuk mengembalikan uang yang ditemukannya berbuah manis. Berkat kejujurannya, ia diangkat menjadi pegawai tetap pada perusahaan BUMN tersebut.
Sebuah rejeki yang tidak ternilai.
Bukan tanpa sebab, beritanya sempat menjadi viral ketika ia dan petugas keamanan di stasiun Bojonggede menemukan uang sebesar Rp 500 juta dalam kantong plastik berwarna hitam di bawah bangku prioritas tepat sepekan lalu.
Tak tanggung-tanggung, apresiasi langsung disampaikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir pada Mujenih dan Egi di Gedung Kementerian BUMN Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Tidak hanya menjadi buah bibir di media sosial, di lingkungan sosial masyarakat tempatnya tinggal pun sudah tentu namanya harum akibat ulahnya. Dari pintu ke pintu perbuatannya menjadi pembicaraan hangat dan layak menjadi contoh bagi masyarakat lintas usia, mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia.
Pendidikan karakter kejujuran sejak dini
Dinamika kehidupan akan terus berlanjut dan membuahkan dampak positif maupun negatif. Perubahan adalah suatu fenomena kehidupan yang tak pernah putus dan akan terus berlangsung.
Di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Dengan perubahan yang terus menerus terjadi kita sudah sepantasnya mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan.
Tantangan adalah konsekuensi dari perubahan. Perubahan zaman akan mendorong kita beradaptasi pada sesuatu yang baru. Bila kita mampu menjawab tantangan, maka kita akan berhasil, namun sebaliknya kita akan terseret arus kehidupan yang ditawarkan dunia.
Pendidikan karakter yang mengusung nilai kejujuran menjadi salah satu hal yang fundamental karena menjadi pondasi setiap insan dalam mengarungi kehidupan.
Anak-anak muda sebagai cikal bakal pemimpin di masa mendatang perlu dibekali dengan nilai kejujuran. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak jujur bahkan kepada diri sendiri.
Bila kita sendiri menyangkal kebenaran. Apalagi terhadap orang lain, apa yang terjadi bila kita tidak jujur? Tentu kita tidak memperoleh kepercayaan. Bagaimana rasanya bila tidak dipercaya? Terlebih tidak dipercaya oleh Sang Empunya Kehidupan yang tak pernah meluputkan pandangannya pada ciptaan-Nya.
Jika kita jeli, sebenarnya setiap peristiwa yang terkait dengan kejujuran menguji kemampuan kita. Tujuannya agar kita tetap konsisten memeluk makna kejujuran karena merupakan jawaban seiring perkembangan zaman yang dapat mempengaruhi pola hidup seseorang.
Ya, kisah Mujenih menjadi perbincangan orang banyak, bagaimana kejujuran dirinya mengembalikan sebungkus uang berisi Rp 500 juta yang tertinggal di gerbong dan kemudian mengembalikannya, saat dirinya hendak membersihkan gerbong.
Dikutip dari berbagai sumber, saat ditanya pewarta bagaimana perasaannya saat menemukan uang tersebut, ia mengatakan baru kali pertama menemukan uang sebesar itu dan tidak ada niat untuk mengambil.
“Saya baru pertama kali nemu uang seumur hidup. Dalam hati saya enggak ada niat buat ambil. Saya tahu itu uang, istilahnya memang mau mengembalikan saja, enggak ada kepikiran buat milikin duit itu, memang bukan uang saya gitu,” ujar Mujenih.
Mujenih banyak memberi pelajaran pada kita mengenai sebuah makna kehidupan, bahwa tidak semestinya kita mengambil hak orang lain yang bukan milik kita.
Tidak hanya itu, kisah Mujenih menelanjangi mata kita bahwa kejujuran letaknya ada di dalam diri. Setiap orang memiliki jiwa kejujuran masing-masing, tidak mengenal status dan warna kulit.
Orang seperti Mujenih lah hakekat kaya hati yang sebenarnya.
Kejujuran Berbuah Rezeki
Sikap Mujenih akhirnya menjadi perhatian publik. Atas kejujurannya Mujenih diguyur hadiah dari perusahaan BUMN. Hadiah yang diterima berupa asuransi jiwa dan dana investasi dari sejumlah bank BUMN.
Total dana investasi dan pertanggungan yang diterima capai Rp 1 miliar, tidak hanya itu Mujenih juga diangkat menjadi karyawan tetap. Siapa lagi menyusul langkah Mujenih? Pilihan ada di tangan kita.
Penulis merupakan lulusan Fakultas Ekonomi USU yang memiliki minat di bidang menulis. Penulis lahir 33 tahun lalu dan menggunakan nama reena_adriani pada akun media sosialnya. Pada kesempatan sebelumnya, penulis sudah menelurkan berbagai artikel opini dan juga puisi.
Editor: Red/Hen