Rani Romaito Saragih*
PIRAMIDA.ID- Selamat siang dunia, selamat siang bumi, dan selamat siang sang pencipta alam semesta. Apa kabar kalian? Semoga kabar baik yah.
Oh ia, kini saya akan menceritakan kisah perjalanan saya mulai dari pembentukan kepanitiaan MPAB PMKRI sampai hari-H dan berujung selesainya kegiatan.
Banyak suka dan duka yang telah dilewati bersama, tetapi itu tidak akan menjadi penghalang untuk tetap belajar. Pada hari Minggu, 7 Februari 2021 tepat pada pembentukan kepanitiaan MPAB PMKRI, semua anggota PMKRI telah menghadiri undangan tersebeut. Dan yang menghadiri kegiatan tersebut antara lain senioran hebat beserta Ketua Presidium.
Tak dapat dikatakan satu persatu intinya mereka ikut dan termaksud di dalamnya. Hal yang tak bisa dikatakan intinya itu adalah suatu penegangan bagiku.
Di dalam kegiatan rapat tersebut telah dibentuk sebuah agenda, yaitu:
1. Pembentukan kepanitiaan;
2. Warnasari.
Kemudian, masuklah dengan agenda yang pertama, yaitu pembentukan kepanitiaan MPAB PMKRI 2021. Ketegangan yang bergejolak di antara kami satu persatu antara terpilih dan tidaknya dalam suatu kepanitiaan. Lambat laun semua hening dengan seketika, tak ada banyak kata, kecuali mendengarkan PPK (Presidium Pendidikan & Kaderisasi) dalam membahas pembentukan kepanitiaan.
Tibalah saatnya pembentukan kepanitian inti, yaitu ketua panitia, sekretaris, dan bendahara. Semua begitu heningnya dalam pembentukan itu, kemudian masuklah kepada pemilihan ketua panita. semua diam tak bersuara tak ada yang berani untuk unjuk diri.
Kemudian masuklah kepada dicalonkan dan mencalonkan. Ketika mencalonkan tidak ada yang berani lanjutlah kepada mencalonkan. Semua pada diam dan ketakutan dikarenakan pasti salah satu dari kami anggota PMKRI akan dipilih untuk menjadi ketua panitia. Apalagi dengan saya, yang sangat tidak berani untuk maju pun juga ikut diam, dikarenakan takut untuk dipilih sebagai ketua panitia.
Tetapi ternyata keputusan yang saya ambil tidak tepat pada sasaran, tiba-tiba saja salah satu dari anggota memilih saya sebagai ketua panitia.
Seperti tak menyangka, namun ini benar adanya. Kemudian saya ditanya tentang kesediaan saya sebagai ketua panitia, awalnya saya menolak lantaran saya belum siap untu menjadi pemimpin di dalam kegiatan, bahkan saya juga berpikir jika saya menjadi ketua panitia mungkin semua kegiatan pasti tidak akan berjalan dengan lancar artinya tidak sukses dan gagal. Lagi dan lagi saya menolak untuk menjadi ketua panitia, tetapi saya selalu saja diberi penguatan.
Semua rasa sudah bergejolak di hati, tak tahu lagi harus jawab apa dan alasan apa yang tepat untuk menolak. Kemudian tanpa berpikir panjang lagi dikarenakan sudah banyak penguatan yang sudah diberi kepada saya, maka saya menerima untuk dijadikan sebagai ketua panitia.
Deg-degan, rasa khawatir pun mulai tumbuh, dan pikiran pesimis pun juga sudah mulai berkecamuk antara kegiatan akan berjalan dengan lancar dan sukses atau tidak, Kemudian masuklah dengan pemilihan sekretaris dan bendahara.
Dan semua masih sama, yaitu dicalonkan, tak ada yang angkat bicara semua diam dengan rasa berkecamuk tak karuan dikarenakan salah satu anggota PMKRI akan memilih salah satu anggota untuk dijadikan sebagai bendahara dan juga sekretaris begitu juga dengan tiap-tiap seksi lainnya.
Pada hari Selasa, 9 Februari 2021, masuklah dengan rapat perdana, yaitu memberikan tiap jobdesc yang akan dilaksanakan oleh setiap seksi, bendahara, dan sekretaris. Bukan hanya itu saja, tetapi juga ditentukannya tema, tempat, dan tanggal pelaksanaan di kegiatan, beserta dana awal.
Sebelum saya memberikan jobdesc dari tiap-tiap seksi saya butuh masukan dulu dari tiap-tiap senioran yang sudah berpengalaman dalam mengikuti kegiatan MPAB sebelumnya. Banyak masukan yang saya dapat dari mereka.
Suatu bentuk pengalaman baru yang didapat dan suatu kebanggaan yang sangat luar biasa juga ketika saya bisa berkomunikasi langsung dengan senioran-senioran hebat yang saya jumpai. Untuk itu sebelumnya saya mengucapkan begitu banyak terima kasih yang sebesar- besarnya kepada senioran yang sudah membantu dan mengajari saya dalam jobdesc dari ketua panitia.
Ada banyak perdebatan yang sering terjadi pada sat memulai kegiatan rapat, apalagi itu rapat perdana.
Yang dimulai dari keributan, perdebatan, candaan, dan lain sebagainya. Tapi itu tak akan menjadi penghalang bagi saya untuk tetap belajar dari beliau-beliau yang sudah berpangalaman. Ketika rapat perdana sudah berjalan dengan lancar, semua kepanitiaan yang dimulai dari tiap seksi-seksi, bendahara, dan juga sekeretaris sudah sibuk dengan jobdesnya masing.
Sedangkan saya, saya masih sibuk memikirkan di kegiatan hari-H apakah berjalan dengan sukses atau tidak. Dan dikarenakan kekhawatiran itu juga masih melekat pada diri saya. Entah apa yang terjadi pada saya. Saya merasa bahwa saya tidak yakin kalau kegiatan MPAB ini akan berjalan sesuai dengan harapan.
Lalu hari demi hari semua jobdesc dari tiap panitia sudah berjalan. Tugas dari sekretaris yang membuat surat, proposal, undangan rapat, dan lain sebagainya juga sudah mulai dikerjakan, begitu juga dengan bendahara.
Kini semua panitia sudah mulai sibuk, baik itu prekrutan mahasiswa di setiap kampus, penempelan brosur, penggalangan dana, peralatan yang dibutuhkan, menghitung berapa dana yang sudah masuk, me-list apa-apa saja yang akan dibutuhkan pada saat sarapan atau makan siang di kegiatan, semua panitia juga sudah kocar kacir demi menyukseskan kegiatan ini.
Lalu tibalah di hari selanjutnya, kini masuk rapat yang kedua dengan agenda:
1. Evaluasi setiap seksi;
2. Warnasari.
Semua laporan sudah mulai disampaikan, baik itu dari tiap seksi, bendahara, maupun skeretaris. Pada saat memasuki pembukaan kini jantung sudah mulai berdegup kencang, lantaran bingung harus kalimat apa yang cocok yang akan disampaikan pada saat mulai rapat.
Semua bahasa yang barusan saya sampaikan tidak sesuai dengan kalimat yang sudah diajarkan pada saya. Di situ saya sudah mulai merasa down, kemudian tibalah mucul pemikiran pesimis pada diri saya bahwa kegiatan ini pasti tidak akan berjalan dengan lancar. Malu dan sungguh sangat malu. Kini rasa tangis dan pilu sudah tak sanggup lagi untuk dipendam. Tangis, dan pilu sudah memanggil saya untuk menampilkannya dikhalak ramai.
Tetapi saya tak sanggup untuk memperlihatkannya kepada mereka.
Karena yang saya pikirkan adalah ini masih awal, mengapa saya harus menangis? Pasti akan ada banyak masukan yang akan saya dapat dari mereka yang sudah berpengalaman, dan tak perlu khawatir akan hal itu. Tetapi saya tetap saja merasa bahwa saya pasti akan gagal dan tidak akan sukses. Begitu lah terus yang ada di pikiran saya pada saat itu. Tetapi saya tetap berusaha dan akan selalu belajar.
Kemudian pemikiran yang tadinya tetap pesimis, kini menjadi optimis. Meyakinkan pada diri sendiri bahwa kegiatan akan berjalan dengan sukses. Semua panitia sudah mulai digerakkan dengan jumlah peserta yang sudah ditargetkan, dan jobdesc dari setiap seksi juga sudah setengah berjalan.
Kini masuklah di hari berikutnya, pembuatan undangan rapat evaluasi yang ke-3, semua agenda juga masih tetap sama. Dan laporan-laporan dari tiap seksi juga sudah dipersiapkan untuk dijadikan sebagai laporan terkait apa-apa saja yang sudah dikerjakan di satu hari ini.
Di rapat yang ke-3 juga sudah berjalan dengan lancar, seperti biasa mereka juga sibuk dengan jobdesc mereka masing-masing. Dan tugas saya, yaitu mengkomunikasikan kepada setiap senioran terkait penggalangan dana yang sudah mulai dibentuk berserta dengan brosur dari menu makanan yang sudah dipersiapkan jika ada yang memesan. Dari situ juga sudah suatu kebanggaan buat saya karena saya berhasil untuk memberanikan diri berkomunikasi langsung dengan senioran PMKRI yang hebat.
Mungkin itu adalah suatu pembelajaran yang sangat berharga bagi saya, karena saya sudah dikenal baik oleh berbagai senioran yang telah saya temui. Saya mengucapkan terima kasih akan hal itu.
Keesokan harinya, kembali seperti biasa melakukan aktivitas yang seharusnya dikerjakan sebelum masuk kerapat evaluasi yang selanjutnya. Kembali melakukan pengrekrutan diberbagai kampus, baik itu Nommensen, Unefa, USI, STIE Sultan Agung, STIE Mars, dan Murni Sadar. Suatu ucapan syukur bagi kami dikarenakan ketika kami sedang merekrut ada calon peserta yang bersedia mengikuti kegiatan kami.
Dua hari setelahnya kami masuk ke rapat yang berikutnya, masih dengan agenda yang sama, yaitu evaluasi setiap seksi dan warnasari. Semua laporan juga sudah siap untuk dilaporkan ke dalam rapat. Lagi dan lagi saya gugup ketika memulai kegiatan rapat, rasa malu pun sudah semakin bergejolak di suasana hati.
Merasa tak yakin bahwa semua kegiatan rapat yang berikutnya ini berjalan dengan lancar. Terdapat masukan yang pedas selalu terlontarkan saat memulai kegiatan rapat. Tetapi menurut saya itu tidak akan menjadi suatu alasan bahwa saya akan mundur.
Jujur, pada saat memulai kegiatan rapat yang selanjutnya sampai diperujung rapat finalisasi dari setiap seksi, ada masukan pedas yang selalu saya terima. Dan pada saat itu saya sempat berpikir untuk mundur, padahal kegiatan sudah semakin dekat. Tetapi saya merasa bahwa keputusan saya ini sudah sangat tepat.
Tetapi rasa gundah ini sudah semakin memuncak saja, kemudian tanpa berpikir panjang saya langsung berkomunikasi dengan seseorang yang mungkin membuat pola berpikir saya bisa terbuka lagi.
Begitu banyak masukan-masukan yang sudah saya terima terhadap salah satu senioran yang mungkin itu akan menjadi salah satu motivasi buat saya untuk tidak cepat jatuh dan mundur. Lalu saya juga mulai berpikir dan mengingat seseorang yang pernah berhenti di tengah jalan pada saat melakukan kegiatan dalam kepanitiaan.
Kemudian saya mengambil inisiatif sendiri, bahwa saya tidak mau menjadi orang yang lari dari tanggung jawab.
Sepahit apapun yang sudah dilalui, jadikan itu sebagai pembelajaran, dari situ saya sudah semakin paham bahwa proses itu ada. Jatuh dan bangun itu pun juga pasti akan ada. Intinya jangan pantang menyerah, salah dan benarnya pun itu juga suatu proses. Jadi tetaplah semangat.
Hari demi hari tibalah diujung kegiatan, yaitu di hari-H. Kegiatan juga sudah mulai berlangsung. hari pertama kegiatan juga sudah berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan hari berikutnya, mulai dari materi, games, dan lain sebagainya juga sudah mulai berlangsung dengan lancar. Tibalah hari terakhir, yaitu hari minggu, semua senioran hadir dengan kegagahan dari dalam pribadi mereka.
Rasa canggung, deg-degan dan gusar pun sudah semakin tak karuan lagi dipikiran saya. Bertemu dengan senioran serasa bertemu dengan salah satu pejuang hebat menurut saya. Tetapi saya tetap selalu optimis, bahwa saya pasti bisa berdiri di depan beliau-beliau yang hebat.
Pada saat memulai sharing dengan senioran di waktu yang sudah ditentukan saya merasa canggung dan tak menyangka, bahwa saya bisa duduk di depan para senioran hebat PMKRI. Dan untuk menyadarkan saya apakah itu mimpi atau bukan, saya mempunyai pemikiran untuk mencubit salah satu organ tubuh saya.
Ternyata cubitan saya sakit sekali. Berarti saat ini saya sedang tidak lagi bermimpi. Rasa tangis yang ada di dalam hati saya sudah semakin memuncak. Ingin rasanya untuk meluapkannya betapa bahagianya saya bisa duduk bersama di depan bersama senioran PMKRI.
Jujur, tak dapat diluapkan dengan kata-kata betapa bahagianya saya pada saat itu. Mungkin menurut teman-teman ini adalah suatu ke-lebay-an yang saya miliki, tetapi inilah faktanya. Bahwa saya sangat terharu, dan momen seperti ini pasti tidak akan bisa terlupakan seumur hidup saya.
Terima kasih untuk semuanya. Jujur, saya tidak menyangka bahwa kegiatan ini akan berjalan sesukses ini. Padahal di awal saya sudah merasa yakin bahwa kegiatan ini pasti tidak akan berjalan sesuai dengan harapan, tetapi nyatanya tidak. Intinya terima kasih untuk rekan-rekan yang sudah men-support kegiatan ini sampai berjalan dengan sukses seperti ini.
Jadi, yang ingin saya sampaikan di dalam kisah perjalanan saya pada kegiatan MPAB ini, jangan pernah berputus asa, semua butuh proses, dan jangan lupa kekompakan itu juga ada. Intinya tetap jalani dan berdoa pasti semua akan berjalan dengan lancar dan sukses.
Sekian.
Salam,
Pro Ecclesia et Patria!!!(*)
Penulis merupakan mahasiswa di Universitas Efarina. Aktif di PMKRI Cab. Pematangsiantar.