PIRAMIDA.ID- Indonesia adalah rumah bagi 39 persen dari seluruh pengguna internet di Asia Tenggara. Jumlah itu 2 kali lipat lebih besar dari pengguna internet besar terbesar lain di kawasan–Filipina dan lebih dari Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Myanmar digabungkan. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi internet rata-rata 49 persen per tahun, ekonomi internet (internet economy) Indonesia tumbuh tercepat di Asia Tenggara.
Dunia digital Indonesia menjadi headline dunia saat dua raksasanya, Gojek dan Tokopedia bergabung menjadi GoTo, dan Bukalapak resmi melantai dan mendapatkan funding begitu besar dari IPO-nya.
Beberapa hari lalu, StartupIndonesia dan Bubu.com meluncurkan laporan menarik terkait landskap terkini dunia startup Indonesia bertajuk The Indonesia Digital Lookbook: New Frontier of SEA Technology. Laporan ini secara lengkap menjelaskan tentang trend digital economy Indonesia, potensi, dan statistik lain. Laporan tersebut disarikan ke dalam enam (6) poin besar oleh kr-asia.com.
Startup-startup Indonesia menerima investasi teknologi terbanyak di Asia Tenggara
Perusahaan-perusahaan teknologi di Asia Tenggara memperoleh investasi sebesar 19 miliar Dolar AS (atau sekitar Rp273 tilyun) dalam 18 bulan terakhir. Dari jumlah sebesar itu, startup-startup di Indonesia mendapatkan proporsi terbesar, yakni 38,7 persen.
Pembiayaan seed round adalah segmen yang tumbuh paling cepat. Dalam kerangka waktu ini, startup e-commerce mendapatkan pembiayaan paling banyak, yakni 54 transaksi investasi, diikuti oleh fintech dengan 51 transaksi dan edtech 20 transaksi.
Startup logistik memuncaki pertumbuhan eCommerce
Ada sekitar 4,9 juta pengiriman eCommerce di Indonesia setiap hari, dengan 65 persen ditangani oleh platform pengiriman jarak jauh. Sektor logistik mendapatkan 14 kesepakatan investasi dalam 18 bulan terakhir, dipimpin oleh unicorn baru, J&T Express, yang mengumpulkan 2 miliar Dolar AS pada bulan April 2021, sedangkan SiCepat mendapatkan 170 juta Dolar pada bulan Maret 2021.
Edutech (startup pendidikan) sedang naik daun
Dikarenakan pandemi, sekitar 60 juta siswa tidak dapat menghadiri kelas tatap muka, sehingga pengguna platform edtech naik 200 persen pada tahun 2021 dibandingkan dengan era pra-pandemi.
Semua mata tertuju pada brand-brand D2C (Direct to Consumer)
Brand-brand D2c telah menarik perhatian perusahaan-perusahaan investasi dalam tiga tahun terakhir. Lebih dari 50 persen investasi D2C berada di sektor makanan dan minuman, dipimpin oleh startup rantai kopi Kopi Kenangan, yang mengumpulkan 124,5 juta Dolar AS, dan pendanaan pesaingnya Fore sebesar 21,8 juta Dolar AS.
UMKM adalah kunci
UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, berkontribusi pada 99 persen usaha dan menyediakan pekerjaan bagi 97 persen tenaga kerja. Dengan demikian, sejumlah startup teknologi berlomba untuk mendigitalkan para UMKM ini.
Dalam dua tahun terakhir, perusahaan-perusahaan modal ventura telah menggelontorkan hampir 3 miliar Dolar AS ke perusahaan yang berfokus pada UMKM, termasuk startup logistik dan pengiriman, serta pengembang platform keuangan mikro dan pembukuan.
Pasar yang menjanjikan untuk SaaS (Software as a service)
Sektor SaaS di Indonesia masih dalam tahap awal namun memiliki masa depan yang menjanjikan. Belanja perangkat lunak Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 900 juta Dolar AS, meningkat 33 persen dari estimasi tahun 2017 sebesar 672,5 juta Dolar AS.
Dua bagian utama dari pasar SaaS adalah sistem point-of-sale (27,8 persen) dan perangkat lunak sistem informasi sumber daya manusia (16,7 persen). Selain itu, 58,3 persen startup SaaS saat ini masih dalam tahap awal.(*)
Good News From Indonesia