Oleh: Indra Pratama*
PIRAMIDA.ID- Rabu, 10 Agustus 2022, hari kedua PKKMB Universitas Jambi (UNJA) di mana hal ini merupakan agenda tahunan universitas dalam masa menyambut mahasiswa baru Universitas Jambi yang seharusnya dijalankan sesuai prosedur dan harus mengandung beberapa asas.
Akan tetapi hari ini kami saksikan kecongkakan itu mulai muncul ke permukaan; dimulai dari tidak adanya transparansi pembentukan panitia, kemudian dilanjutkan dengan tindakan yang sangat subversif, yaitu mengesampingkan prinsip demokrasi, ditambah dengan adanya gejolak gejolak yang hanya melibatkan beberapa pihak/golongan dalam pelaksanaan PKKMB 2022 ini.
Melihat hal ini kian memburuk membuktikan bahwa Universitas Jambi tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Tentu ada mahasiswa yang peka akan hal tersebut akan tetapi mereka dibenturkan dengan pihak panitia bahkan mendapatkan tindakan anarkis yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang civitas akademika, terlebih hal ini ditonton oleh ribuan mahasiswa baru. Tentu ini merupakan suatu kegagalan dalam PKKMB 2022.
Ketika mahasiswa melakukan orasi untuk menyampaikan kebenaran mereka melakukan segala cara untuk membungkamnya, apakah dengan hal demikian UNJA layak dikatakan dalam keadaan baik-baik saja?
Tentu tidak. Kecongkakan ini akan terus hidup dan berkembang jika tidak segera dikritisi, mulai dari hal-hal paling mendasar hingga ke dalam pelaksanaan PKKMB UNJA tahun 2022 sudah dipertontonkan dengan jelas bahwasanya suara mahasiswa tidak lagi diindahkan.
Suara mahasiswa dibungkam hingga sulit mencapai permukaan, suara mahasiswa hanya dijadikan olok-olokan. Tidak peduli sekeras apa mahasiswa berteriak tidak peduli seberapa cacatnya UNJA saat ini yang ada di pikiran mereka hanyalah menjadikan PKKMB sebagai ajang untuk menguntungkan kelompoknya.
Terlepas dari cara apa yang akan mereka tempuh mereka selalu merasa bangga karena telah menggigit generasi bangsa yang berani untuk tetap bersuara.
Panjang umur perjuangan
Jika usul ditolak tanpa ditindak
Suara dibungkam
Kritik dilarang tanpa alasan
Dianggap subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata
Lawan!!!(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Universitas Jambi.