Reiner Emyot Ointoe*
PIRAMIDA.ID– Sosiolog Peter L. Berger (1929-2017) pernah menulis bagaimana manusia modern abad ini mempersepsikan hal-hal yang supernatural di dalam realitas sosial.
Misalnya, apakah masyarakat modern seperti di Amerika masih percaya pada adanya campur tangan Tuhan dalam terpilihnya John F. Kennedy (1917-1963) yang Katolik sebagai Presiden Amerika ke-35 AS di tengah mayoritas Protestan dan sekuler?
Dengan menulis buku “Rumors of Angles (1969)”, Berger hendak menguraikan sosiologi agama di tengah masyarakat yang telah begitu rasional meski masih memiliki keyakinan agama. Karena itu, sosiologi agama tak bisa sepenuhnya abai atas jalannya sosiologi politik yang kini terus bereskalasi. Di antaranya, khusus untuk Manado dan Sulut, hampir seluruh parpol kontestan telah mengajukan para calon dalam Pilkada 9 Desember 2020 nanti.
Atas proses dan prosedur sosiologi politik itu, penyelenggaranya KPU sudah memasuki tahap pendaftaran para calon kepala dan wakil kepala daerah yang akan berkompetisi.
Merujuk pada perspektif sosiologi Bergerian, tahapan politik ini memiliki keterkaitan dengan apa yang ada di benak baik kontestan maupun pemilih bahwa siapa yang akan dipilih dan terpilih.
Indikasi terhadap (keterpilihan/keterwakilan) itu tentu sudah dipikirkan bahkan diteliti oleh para kontestan sendiri via parpol masing-masing. Misal lewat lembaga survei.
Betapapun eksaknya hasil lembaga survei, tak ada satu otoritas pun yang bisa meyakini bahwa keunggulannya di survei itu berlaku final. Bahkan umumnya, itu baru dijadikan indikator untuk berhasil dan menang dalam kompetisi.
Keraguan di benak sosiologi politik ini yang mendorong Berger meneliti dari perspekti sosiologi agama sebagai varian lain dari sosiologi politik itu.
Untuk itu, finalisasi para calon pada semua level Pilkada dan masuk pada tahap pendaftaran memberikan sinyal probabilitas “kabar dari langit” bahwa akan ada satu pasangan yang akan memenangkan kompetisi Pilkada ini.
Dengan kata lain, sinyal sosiologi politik dan sosiologi agama masih memiliki pengaruh yang bertaut. Artinya, keyakinan agama hanya akan diteguhkan oleh hasil akhir yang diperoleh siapapun yang terpilih.
Pada level ini, “kabar langit” merupakan jawaban atas ikhtiar, usaha dan doa kita masing-masing. Meski ikhtiar, usaha dan cara berdoa berbeda-beda, mustahil itu diterima oleh kekuatan supernatural yang berbeda. Karena kekuatan itu Omnipotent dan memiliki ‘Maha Kehendak’.
Sebagai fase ritual, ditunggu fase-fase berikut untuk menuju perayaan cara kerja sosiologi politik dan sosiologi agama selanjutnya ala Bergerian.
Penulis merupakan penggiat media sosial.