Emi Lidia Nadeak*
PIRAMIDA.ID- Bintang mira memiliki kebiasaan yang tidak teratur. Periode variasinya berganti-ganti, begitu juga dengan tinggi rendahnya kecerahan. Tetapi di rasi bintang cepheus, terdapat jenis bintang variabel yang lain, delta cephei, yang bersinar dan meredup dengan keteraturan mutlak.
Sebagai raksasa kuning yang berdenyut, kecerahannya bervariasi antara magnitude 3,5 dan 4,3 tepat dalam 5366 hari. Bintang ini memberikan namanya pada Cepheid, suatu kelompok bintang variabel dengan kebiasaan berdenyut yang teratur seperti putaran jarum jam.
Bintang lainnya adalah polaris, bintang kutub, walaupun menurun kecerahannya, selama kurun waktu empat hari dan sukar diamati dengan mata telanjang.
Cepheid yang khas memiliki periode waktu bersinar antara sekitar 1 hingga 50 hari. Bintang variabel lyrae sangat dekat hubungannya, tetapi memiliki periode yang jauh lebih pendek, terukur hanya dalam hitungan jam.
Mereka juga termasuk bintang-bintang tua. Biasa disebut “Gugusan Bintang Variabel”, mereka ditemukan dalam gugusan globular yang mengelilingi pusat-pusat galaksi.
Gugusan globular berbeda dengan gugusan terbuka dalam banyak hal. Mereka tidak ditemukan pada cakram galaksi kita, seperti gugusan terbuka atau bintang biasa.
Mereka juga tidak ikut bersirkulasi seperti pusaran air dari galaksi. Sebaliknya, mereka berputar bebas mengelilingi tonjolan di pusat galaksi pada jarak yang sangat jauh.
Sementara bintang pada gugusan terbuka masih muda, mereka yang berada di gugusan globular sudah sangat tua. Para astronom mempercayai bahwa mereka mungkin terbentuk pada saat bersamaan dengan galaksinya sendiri.
Pada saat Cepheid dan sanak saudara lainnya berdenyut bervariasi dalam terang secara terduga, jenis bintang variabel lainnya bertingkah laku tidak menentu.
Mereka tiba-tiba mengeluarkan nyala api yang menjulang tanpa peringatan dan dalam beberapa kejadian dapat meledakkan diri mereka dengan suatu ledakan yang menghancurkan.
Hukum Henrietta
Astronom Amerika Serikat, Henrietta Leavitt menjadi terkenal atas karyanya mengenai bintang variabel Cepheid pada observatorium Harvard.
Pada tahun 1912 ia menemukan periode variasi pada sebuah Cepheid bergantung pada kecerahan mutlak (sebenarnya) atau luminositasnya. Penemuan ini memberikan para astronom ukuran yang berharga untuk memperkirakan jarak terhadap galaksi terjauh.
Bintang variabel yang tiba-tiba mengeluarkan nyala api yang besar disebut bintang variabel eruptif. Di antaranya beberapa bintang merah kecil yang disebut bintang menyala.
Hampir setiap hari mereka bersinar terang selama beberapa menit ketika mereka memancarkan nyala gas yang berpijar sama dengan yang terlihat di matahari. Nyala api diduga disebabkan oleh medan magnet yang melepaskan energi.
Di matahari, kecerahan nyala tersebut hilang tertutup oleh cahaya menyilaukan dan permukaan.
Dari waktu ke waku, sesuatu yang terlihat seperti bintang baru tiba-tiba muncul di langit malam, bersinar terang untuk beberapa saat dan kemudian meredup. Walaupun mereka dikenal sebagai nova (artinya “baru”), melalui teleskop. Bintang baru tersebut terungkap merupakan bintang lama yang tiba-tiba bersinar terang secara dramatis.
Sebanyak 30 bintang baru dapat terjadi di galaksi kita dalam kurun waktu setahun. Para astronom menduga bahwa nova terjadi dalam sistem bintang biner dekat yang mencakup bintang kerdil putih dan raksasa merah.
Gas yang mengalir dari raksasa ke bintang kerdil meningkat dan semakin panas, hingga akhirnya menjadi cukup panas untuk menyebabkan terjadinya fusi nuklir.
Pada saat fusi bereaksi melalui tumpukan materi, bintang terlihat mulai bersinar terang. Dalam beberapa jam atau paling banyak dalam beberapa hari, ia menjadi lampu sorot perbintangan baru hingga sejuta kali lebih dari saat awal.
Ia tetap bersinar hingga seluruh materi yang terakumulasi telah lenyap, kemudian meredup kembali ke normal. Hal ini dapat berlangsung dalam beberapa tahun atau hanya beberapa bulan, sama seperti nova cygni (padarasi cygnus).
Teleskop ruang angkasa Hubble diluncurkan tepat waktu untuk mengikuti selubung gas mengembang yang meletup ke ruang angkasa selama ledakan nova.
Kadangkala, proses nuklir cukup ganas utuk menghancurkan bintang itu berkepng-keping. Kita kemudian melihat suatu nyala yang lebih terang lagi, disebut sebagai supernova atau untuk lebih tepatnya, supernova tipe I.
Tipe ini lebih terang dari supernova tipe II, yang terjadi ketika sebuah bintang padat mati.
Penulis merupakan mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas HKBP Nommensen. Founder di Komunitas Kartini Indonesia (Kokasi).