Oleh: Ayatullah Chumaini*
PIRAMIDA.ID- Bukan ingin menakut-nakuti Anda yang baru ngintip atau tersesat di belantara politik. Bukan! Ini sekadar berbagi pengalaman saya selama menjalin hubungan “intim” dengan hal – hal terkait politik. Baik pengalaman saat ini maupun interaksi dengan beberapa politisi.
Apa yang saya tulis dalam ulasan di bawah ini sekadar berbagi melalui literasi. Bisa jadi benar, pun tidak benar. Paling tidak saya menuliskan ini berdasarkan serpihan cerita tentang politik yang coba diracik melalui kata dan kalimat dengan bahasa yang mengalir.
Ulasan ini merupakan hasil dari puzzle yang saya dapatkan dari hasil memungut cerita para politisi, memungut pengalaman, dan memungut bacaan. Saya ingin menyimpulkan terlebih dahulu tentang apa yang saya tulis nanti.
Jadi begini, mendekat apalagi “bermesraan” dengan dunia politik memang harus siap mental dan memahami psikografis medan politik. Medan politik di sini bisa partai politik, bisa pilkada, bisa pilkades, bisa pileg, dan lain sebagainya.
Bahkan medan politik juga seringkali terjadi dalam ruang birokrasi. Ini sangat terasa saat pilkada, meskipun disamar-samarkan tetapi sudah menjadi rahasia umum.
Jangan heran kalau pasca pilkada seringkali ada birokrat yang menjadi “korban” politik. Mulai dari mutasi jabatan sampai dinon-jobkan dari jabatan strategis.
Ada seorang politisi yang semula disayang-sayang oleh seniornya, bahkan karir politiknya benar-benar disupport habis oleh sang senior. Bukan sekadar diberi akses, finansial pun diberikan. Hari demi hari, minggu demi minggu, dan tahun demi tahun sang junior justru menjadi “musuh” karena terlibat konflik.
Pada kisah lain ada yang panas perih mendirikan partai politik bahkan menjadi tameng partai politik tersebut, kini justru ada di seberang menjadi lawan. Jangankan duduk sembari ngopi dan becanda, yang terjadi justru setiap hari saling sindir.
Pada kisah lain, ada yang dulu mantan sopir kini duduk di kursi merah alias pimpinan parlemen yang dulunya diincar oleh sang majikan. Coba Anda bayangkan dan rasakan kalau posisi majikan itu adalah Anda? Sakitnya tuh di sini!
Kita bisa saja menutupi perasaan sakit dengan tetap senyum, tapi senyum membawa luka. Dan itu nyata!
Itulah mengapa saya seringkali katakan jangan masuk ke arena politik kalau tidak mau berkonflik. Sebab partai apapun pasti akan menemui konflik. Jangankan antar partai, satu partai politik pun sering berantem, ribut dan saling tendang.
Yang lebih penasaran lagi adalah mereka yang kena “peluru nyasar” atau bahasa sederhananya menjadi korban. Sudah tidak dapat keuntungan, malah terlilit getah.
Memang ada toh yang terkena “peluru nyasar”, banyak! Sebagian mengambil pelajaran dari itu dan bangkit kembali, sebagiannya lagi memilih bersembunyi di balik dinding sembari menjadi pengamat dari balik kamar.
Itulah mengapa saya menyarankan Anda, terutama bagi para pemula pahami dulu psikografis medan politik sebelum berenang di kolam politik. Kalau tidak maka Anda akan kaget, asam urat kumat bahkan yang mengkhawatirkan Anda terserang stroke.
Lalu apa itu psikografis medan politik? Paling tidak ada tiga ruang psikografis, pertama adalah karakteristik, kedua gaya hidup, dan ketiga adalah personality.
Saya jelaskan satu persatu. Pertama karakteristik, ketika Anda mau bermain-main ke medan politik maka harus tahu terlebih dahulu karakteristik medan tersebut. Misal, medan politik itu adalah partai politik maka Anda harus tahu karakteristiknya.
Tujuannya adalah agar Anda mempersiapkan untuk adaptasi. Karakteristik Partai Demokrat berbeda dengan Golkar. Begitu pun PKS dengan Gerindra, Nasdem dengan PDIP, PAN dengan partai lainnya. Pasti memiliki karakteristik masing-masing.
Karakteristik yang saya maksud di sini adalah karakteristik organisasi. Menurut Kamisa, pengertian karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga kepribadian.
Kalau karakter menurut ulama Ibnu Qayim Al – Jauziah sendiri adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Intinya sih, kebiasaan partai politik atau watak partai politik.
Biasanya karakteristik sebuah partai politik tercermin pada personality dan gaya hidup kader partai politik. Meski tidak bisa dipukul rata bahwa karakter personal seseorang mencerminkan karakter partainya, tetapi kita coba mengambil persepsi pada umumnya.
Inilah hal berikutnya yang perlu diketahui, yaitu personality dan gaya hidup. Gaya hidup personality seorang kader partai politik pada umumnya mencerminkan karakter partai di mana kader tersebut bernaung.
Sekali lagi memang ini tidak bisa dipukul rata! Sebab ada fakta bahwa partai politik dengan karakter simbol agama tetapi ada kader yang justru terlibat korupsi. Bukan salah partainya, memang dasar kadernya saja yang tidak klop dengan karakter partai.
Ada pula partai politik dengan karakter nasionalis tetapi perilaku kadernya justru tidak menunjukan seorang nasionalisme.
Itulah mengapa saya katakan tidak bisa dipukul rata. Meskipun itu hanya kasuistik karena secara umum kader partai politik akan mencerminkan karakter partai politik itu sendiri. Itulah tiga hal psikografis medan politik.
Memang tidak ada jaminan juga ketika Anda mengetahui atau pasang kuda-kuda akan terbebas dari rumitnya persoalan di rumah tangga politik. Terbukti mereka yang sudah berenang lama, toh tenggelam juga.
Selamat berenang di kolam politik bagi Anda yang mulai masuk dan beli tiket masuk. Hati – hati di sana karena meski air kolamnya tenang tapi cukup membahayakan.
Untuk Anda yang sudah merasa “sakti” tetap cerdik melihat situasi supaya tidak terkena “peluru nyasar” karena nanti bisa “mati” penasaran.
Dan buat Anda yang sekarang sedang bergulat dengan konflik politik, saya sarankan jangan lari. Hadapi saja! Karena di manapun Anda berlabuh dalam sebuah partai politik, pasti akan menemui konflik.
Kalau toh lari atau menepi mencari suaka baru, belajarlah untuk dewasa tentang memaknai konflik. Tidak mudah memang, tapi ini keniscayaan supaya tidak terperosok ke lubang yang sama.
Penulis merupakan pemerhati lingkungan & sosial politik serta copy writer. Saat ini mengemban amanah sebagai Ketua DPC Gelora Indonesia, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten. Akrab disapa Ayat.