Penulis: Paulina Citra Dewi*
PIRAMIDA.ID- 25 Mei 2020 merupakan hari dies natalis perhimpunanku tercinta, PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) ke-73 tahun. Umumnya civitas organisasi merayakan hari lahir tempat mereka belajar dengan perayaan meriah, namun situasi membuat berbeda di tahun ini.
Adanya wabah COVID-19 memaksa segala aspek bertransformasi. PMKRI sebagai tempat pembinaan, yakni pembinaan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal berjenjang mulai dari MPAB (Masa Penerimaan Anggota Baru), MABIM (Masa Bimbingan), LKK (Latihan Kepemimpinan Kader), KSR (Konferensi Studi Regional) yang diselenggarakan di tingkat region oleh KOMDA hingga KSN (Konferensi Studi Nasional) yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.
Selanjutnya pembinaan informal bagi kader di perhimpunan dalam aktivitas hariannya. Mereka dapat terlibat di setiap kegiatan diskusi, pendampingan anak jalanan, mentoring kader dan berbagai aktivitas lainnya. Kemudian pendidikan nonformal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan angggota berdasarkan minat dan bakat kader, contoh: pelatihan jurnalistik, design grafis, ansos (analisis sosial), dan lainnya.
Tentu upaya-upaya pembinaan tersebut bermaksud membantu para kader kelak sebagai pribadi yang militan, tidak mudah patah semangat bila ditempa berbagai persoalan hidup. Lebih dari itu harapannya anggota PMKRI mampu menjadi pemimpin masa depan sesuai visi-misi perhimpunan.
Anggota PMKRI yang diharapkan, yakni mampu mencapai kesatuan pribadi yang utuh dan beda dari pribadi umumnya. Dimaksudkan berbeda bagaimana seorang kader tetap berpegang pada Kristus sebagai Sang Guru Kehidupan. Mempunyai semangat melayani sesama secara universal tanpa dibatasi ego-sektoral.
Cita-cita menjadi kader tangguh sebatas diawang-awang bila kita tak mempunyai semangat lebih. Semangat lebih bukan berarti ambisi yang overdosis kemudian mengabaikan aturan yang ada. Sama sekali jauh dari citra seorang pribadi kader yang menjadi teladan.
Usia perhimpunan kini mencapai usia senja.
Layaknya manusia yang tak dapat menghindari kodratnya, yaitu lahir dan mati. Seiring dalam perjalanan waktu tanpa tersadar wajah mulai keriput ataupun rambut yang kian memutih. Perhimpunan memang sekedar organisasi. Lebih jauh, PMKRI mempunyai nafas dan roh di setiap perjalanan hingga mencapai hari ini.
Dari rahim PMKRI terlahir anak bangsa. Sebuah impian besar tentang republik memiliki generasi emas. Generasi yang unggul, siap bersaing dengan sesama anak bangsa ataupun bangsa lain.
Tak terelakkan pesatnya kemajuan teknologi mampu menembus dinding dan jarak. Seolah dunia dalam genggaman. Kemudahan akses dari perkembangan digitalisasi menjadikan semua menjadi mungkin dan sederhana.
Sehingga pekerjaan rumah kita adalah harus dewasa mengatasi pelbagai isu klasik. Nyaman dengan status quo menjadi musuh utama bersama. Seperti Negara Singapura tidak pernah dan tidak ingin berlama-lama dalam kondisi stagnan;, selalu menginginkan inovasi dan terobosan.
Bergerak Bagi Gereja dan Tanah Air menjadi tema besar hari lahir PMKRI St. Thomas Aquinas tahun 2020. Menelisik berbagai upaya pengurus PMKRI dari tingkat pusat hingga cabang disesuaikan hal kontekstual, berupaya meringankan masyarakat yang terdampak virus corona, dari menyalurkan paket sembako, mengedukasi tentang COVID-19 yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan melalui jalur diskusi, hingga membuka posko kemanusiaan.
Menyediakan makanan gratis bagi mahasiswa in the kost di wilayah Jabodetabek. Nampak sederhana, namun membutuhkan komitmen bersama untuk tetap terlibat di misi kemanusiaan.
Di hari bahagia ini (usia 73 tahun), izinkan saya sejenak mengingatkan sumpah sebagai kader PMKRI :
“Kami berjanji, bahwa kami dalam kedudukan kami sebagai anggota PMKRI secara langsung ataupun tidak langsung, dan dalam keadaan bagaimanapun, bertanggungjawab sepenuhnya akan kehidupan, perkembangan dan kejayaan PMKRI.
Bahwa kami akan menjunjung tinggi nama PMKRI dalam pergaulan kami di dalam masyarakat umumnya dan kalangan mahasiswa khususnya.
Bahwa kami dalam menunaikan tugas sebagai anggota akan tunduk dan taat kepada AD/ART dan peraturan-peraturan PMKRI lainnya yang sah.
Kami berjanji, akan mempergunakan keanggotaan kami sebaik-baiknya demi kepentingan Gereja dan Negara Republik Indonesia.”
“Selamat hari lahir perhimpunanku, di usia ke-73 tahun ini, marilah bersama-sama konsisten memperjuangkan tiga benang PMKRI, yakni Kristianitas, Intelektualitas, dan Fraternitas serta panggilan hidup missioner dan mengamalkan setiap kegiatan hidup tidak didasarkan pada kepentingan pribadi semata.”
Penulis adalah seorang aktivis berasal dari Lampung dan saat ini sedang di Jakarta.