PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda menahan buang air sambil menahan batu erat-erat? Apakah ketika menahan batu, atau melakukan aktivitas yang mengalihkan fokus, membuat rasa ingin buang air menjadi tidak terasa?
Atau ketika melakukan vaksinasi, Anda bercanda dengan dokter yang menyuntik membuat rasa suntikan itu hilang? Padahal, mau seperti apapun suntikannya rasa sakit itu tetap ada. Akan tetapi, mengapa bisa tidak terasa sama sekali?
Jawabannya adalah efek plasebo. Sebuah teka-teki psikologis manusia yang masih misteri tetapi mujarab dalam menghentikan rasa sakit, bahkan ‘menyembuhkan’. Meski demikian, efek plasebo tetaplah tidak memberi dampak yang nyata, bahkan pada kesembuhan.
Dalam ulasan di Movement Disorder (Vol 33 Issue 8 tahun 2018), para ahli menyatakan efek ini selain tidak mempengaruhi penyakit, sebenarnya juga tidak tergantung pada persepsi pasien. Tetapi cenderung berguna untuk meningkatkan fungsi motorik penyandang penyakit parkinson.
Selain itu juga diketahui anak-anak cenderung mudah menerima efek plasebo, lebih besar daripada orang dewasa (Rheims, S. et al. 2008). Plasebo pada anak-anak biasanya digunakan agar dapat menunda diagnosis pengobatan yang semestinya tepat untuk kondisi medis yang serius.
Ahli psikologi dari Stanford University Robin Rosenberg dan Stephen Kosslyn menulis buku Abnormal Psychology (Loose Leaf) pada 2010. Dalam buku itu, mereka menulis bahwa di dunia pengobatan efek plasebo bisa ditentukan kekuatannya.
Rosenberg dan Kosslyn menulis, kapsul lebih berpengaruh daripada obat tablet. Tetapi obat tablet jika diberikan lebih banyak, efek plasebo akan lebih kuat. Kekuatan efek plasebo juga sangat kuat apabila menggunakan jarum suntik.
Hal serupa juga terjadi pada penelitian terkait pemberian transplantasi plasma darah dari pasien yang telah sembuh dari virus corona, seperti yang National Geographic Indonesia sebelumnya laporkan.
Berdasarkan makalah di MedRxiv, para ilmuwan memilih untuk tidak menyarankan penggunaan ini, dan menghentikan sementara uji coba plasma darah pada Maret lalu.
Lebih lanjut, Rosenberg dan Kosslyn menambahkan, efek itu makin nyata ketika dokter atau pemberi plasebo menunjukkan kepeduliannya terhadap pasien, berlaku ramah dan simpatik, atau memberi harapan yang tinggi akan kesembuhan yang berhasil.
Efek plasebo juga muncul dalam pengaruh persepsi, kongitif, dan kreativitas seseorang yang membaca horoskop.
Para ilmuwan menulis makalah dengan judul Good day for Leos: Horoscope’s Influence on Perception, Cognitive Performances, and Creativity di jurnal Personality and Individual Differences (Vol 101, 2016).
Efek plasebo yang dialami pada mereka yang mengamini horoskop, ternyata lebih baik saat diuji kongnitif dan kreativitasnya. Plasebo ini merangsang secara psikologis karena adanya harapan tinggi oleh mereka yang mengamini horoskop, sebab cara kerja efek ini memiliki kunci: percaya pada sesuatu sudahlah cukup.
Atsushi Asai, peneliti etika medis di Tohoku University School of Medicine, bersama Yasuhiro Kadooka di Bioethics (Vol 27 Issue 4 tahun 2013) menulis, efek plasebo dalam pertimbangan medis tidak diterima cukup baik di kalangan profesional kesehatan dan umum di berbagai negara.
Dalam laporan mereka yang berjudul Reexamination of the Ethics of Placebo Use in Clinical Practice, penggunaannya dapat melemahkan praktik kesehatan, dan membuat hubungan kepercayaan jangka panjang antara pasien dengan profesional kesehatan rentan.
“Namun, kami berpikir bahwa diskusi etis sangat dibutuhkan karena sifatnya yang kontroversial,” tulis mereka di makalah.
“Jika dinilai salah secara etis, praktik tersebut harus diakhiri. Dalam makalah ini kami membahas etika penggunaan klinis plasebo dengan penipuan dan membantahnya, menyimpulkan bahwa itu tidak etis dan harus dilarang.”
Praktik profesional yang memasukan plasebo sebagai resep obat untuk pasien, bisa memicu kekhawatiran para dokter dan apoteker yang legal, dan mengadapi tuduhan penipuan atau malpraktik.
Melansir wawancara dari British Medical Journal, Edzard Ernst ilmuwan medis alternatif dan profesor di Hannover Medical School mengatakan, bahwa alih-alih digunakan untuk menipu pasien, efek plasebo ada sisi baiknya. Efek itu bisa diberikan untuk meningkatkan penggunaan obat-obatan yang efekif.
“Sebagai dokter yang baik, Anda harus dapat menularkan efek plasebo melalui belas kasih yang Anda tunjukkan kepada pasien Anda,” papar Ernst.
Plasebo merupakan cara pengobatan alternatif yang dapat membuat pasien merasa lebih baik. Akan tetapi, cara ini bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan bila plasebo digunakan untuk menipu.
Ben Goldrace, ahli psikiater dari Royal College of Psychiatrists di Inggris, setuju efek plasebo harus digunakan untuk meningkatkan obat-obatan yang efektif. Meskipun demikian, dia tetap tidak membenarkan pengobatan alternatif seperti efek plasebo, karena tidak saintifik.
Bahkan, dalam bukunya yang berjudul Bad Science (2008), Ben menulis bahwa efek plasebo “dapat menyebabkan pasien berisiko tidak menerima saran pencegahan yang baik.”(*)
National Geographic Indonesia