PIRAMIDA.ID- Dengan semakin diperluasnya distribusi dan vaksinasi COVID-19, tampaknya harapan berakhirnya pandemi virus corona semakin besar. Bagaimana dampaknya terhadap geopolitik dan diplomasi global pasca pandemi virus corona ini?
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh harian Singapura, Straits Times, baru-baru ini, satu panel pakar geopolitik bersikap optimistis dan juga mengharapkan terjadinya perubahan dalam diplomasi global.
Profesor Chan Heng Chee dari Singapore University of Technology and Design, dan mantan Dubes Singapura untuk Amerika, menilai penyusutan ekonomi global, dan semakin besarnya ketidaksenjangan antara kaya dan miskin akibat pandemi, akan mendorong masyarakat internasional dan negara-negara di dunia untuk lebih memperhatikan infrastruktur kesehatan publik. Menurutnya, ini dibutuhkan demi menjamin keselamatan seluruh umat manusia pada masa depan.
Tetapi James Carafano, pakar keamanan nasional dan kebijakan luar negeri dari Heritage Foundation di Washington DC, tidak antusias dengan skenario yang ambisius ini. Menyinggung semangat multilateral bagi pengembangan infrastruktur kesehatan publik, dia juga tidak optimistis hal ini akan berkembang.
“Saya pikir negara-negara di dunia yang berhasil pulih paling cepat dari pandemi akan memiliki keuntungan ke depannya, tetapi ini maraton, bukan lomba lari cepat, dan menurut saya pandemi ini tidak akan secara dramatis mengubah hal itu,” tukasnya.
Menurut Carafano, dunia menyaksikan usaha kesehatan publik global melalui badan multilateral seperti WHO yang ternyata tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, dan masyarakat global ke depannya akan lebih diuntungkan oleh program bilateral atau kawasan yang skalanya lebih kecil.
Dihubungi secara terpisah oleh VOA, Philips J Vermonte, pakar ilmu politik dan peneliti kebijakan di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta mengingatkan, meskipun penting, vaksin COVID-19 bukan satu-satunya panasea untuk krisis kesehatan global ini.
“Vaksin hanya salah satu solusi dari pandemi, sementara dari sisi yang lain tetap harus dipersiapkan, misalnya fasilitas kesehatan, bahkan dalam konteks negara-negara berkembang di kawasan hal-hal yang elementer seperti gaya hidup sehat dan lain-lain itu tetap harus jadi prioritas dari kebijakan kesehatan di semua negara,” ujar Vermonte.
Menurut Vermonte, WHO tetap merupakan badan yang sangat penting perannya dalam arena kesehatan publik global. Justru, kata Philips, semua negara harus mengusahakan agar badan kesehatan dunia ini bisa berperan secara lebih efektif.
“Sebetulnya lembaga-lembaga regional semacam ASEAN tetap dan sudah melakukan kerjasama yang mungkin menurut saya masih bisa diperkuat terutama untuk membantu semua negara anggota ASEAN misalnya memenuhi komitmen terhadap WHO itu. Jadi WHO itu framework global gitu ya tetapi bisa saja lembaga regional kemudian bekerja sama untuk bahu membahu membantu setiap negara memenuhi komitmennya kepada WHO, karena dalam konteks pandemi ini kita kan nggak akan aman kalau negara lain belum aman,” katanya.
Ke depannya, dunia harus menggalakkan kerangka multilateral untuk diplomasi vaksin mengingat seluruh dunia membutuhkan vaksin tetapi jumlahnya terbatas. Mekanisme kerja sama produksi dan distribusi dibutuhkan semua negara.(*)
VOA Indonesia