PIRAMIDA.ID- Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Pematangsiantar-Simalungun Komisariat NPS, telah selesai melaksanakan kegiatan Diskusi Literasi dengan tema “Generasi Milenial Krisis Literasi” di SC GMKI, Jumat, (10/09/2021).
Diskusi itu diawali dengan ibadah dan dilanjutkan dengan kata pembuka dari Ketua Komisariat NPS.
“Saya selaku ketua komisariat NPS sangat berterimakasih kepada kedua pemantik, teman teman komisariat dan teman-teman peserta yang hadir di sini, dan saya bangga kepada wakil sekretaris bidang pendidikan kader, yaitu Diana F Simamora sebagai pelaksana program, Semoga teman teman di sini senang dan tambah wawasannya tentang literasi melalui diskusi ini,” tutur Elshadai Sinaga.
Diskusi pun berjalan dengan lancar dan hangat karena banyak pertanyaan dan tanggapan dari para peserta sehingga membuat. Diskusi tersebut membuat para peserta menjadi berpikir kritis.
“Selanjutnya, narasumber mengatakan, jika ingin memiliki literasi yang baik maka rajinlah mengikuti diskusi,membaca,latihan dan menulis,” tutur Lampola Sitorus.
Lalu Founder Rumah Baca Pelita Bangsa selaku naramsumber juga mengatakan, “Ayo pergunakan media sosial untuk belajar dan mengasah kemampuan berliterasi Anda dan jangan terlalu cepat menyebarkan berita hoax atau hal-hal yang tidak berguna. Sebaliknya gunakan media sosial mu untuk mengungkapkan hal baik dan juga tempatmu belajar mengasah kemampuan dalam diri untuk berliterasi,” tutur Frans Sipayung.
Di akhir acara, Ketua GMKI Cabang Pematang Siantar-Simalungun (Juwita Panjaitan) memberikan cendramata berupa piagam penghargaan kepada Frans Sipayung dan Lampola Sitorus sebagai naramsumber diskusi tersebut.
“Terima kasih kepada Komisariat NPS selaku penyelenggara diskusi ini. Semoga melalui diskusi ini kita semakin bersemangat dalam berliterasi. Harapannya juga Badan Pengurus Cabang dan Komisariat GMKI Pematangsiantar-Sinalungun dapat melindungi dalam menciptakan panggung literasi tersebut untuk menjembatani teman-teman mewujudkan wadah pangggung literasi yang akan meningkatkan kita untuk berpikir kritis,” tutup Juwita Panjaitan.(*)