PIRAMIDA.ID- Matindas Rumambi menghadiri Hari Pekabaran Injil Pemuda (HPIP) sinode GKST yang ke-73 pada Kamis (14/07/2022). Kegiatan ini dihadiri oleh 2000 pemuda dari Klasis Pamona Selatan, Pimpinan Majelis Sinode GKST, Ketua Klasis Pemona Selatan, anggota DPRD Kabupaten Poso, pemerintahan kecamatan dan jajarannya, serta kepala desa Pendolo beserta perangkat dan aparat desa.
Kegiatan HPIP dengan euforia semangat orang muda ini menjadi momentum luhur untuk merefleksikan jalan panjang kehadiran kekristenan yang benar-benar kontekstual dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
“Kehadiran orang muda Kristen di tengah-tengah tantangan kehidupan dewasa ini harus saya katakan memiliki tugas yang cukup berat. Yang diemban oleh pemuda Kristen saat ini tidak hanya sebatas hanya pada perayaan keagamaan tapi apa dan seperti apa kontribusi dan kehadiran orang muda mewarnai kabar sukacita, kabar dan tugas penginjilan,” tegas Matindas Rumambi.
Matindas juga memberikan gambaran tentang kompleksitas persoalan yang tengah dihadapi dunia global dewasa ini.
“Bahwa yang menjadi tantangan bagi negara-negara di dunia, termasuk hidup bergereja, yakni: climate change (perubahan Iklim), politik identitas dan perang dunia, kestabilan ekonomi & ketahanan pangan,” pungkasnya.
Fenomena politik di Indonesia masih menggunakan identitas sebagai instrumen praktis perebutan kekuasaan. Politik identitas merupakan cara berpolitik yang mengutamakan kepentingan kelompoknya yang didasari oleh kesamaan identitas, seperti agama, gender, budaya. Dan di situlah salah satu muara ancaman berideologi kebangsaaan kita, hal ini semakin masif dengan adanya teknologi dan media sosial.
Matindas menjelaskan bahwa, harus disadari politik identitas, tantangan ideologi ini dapat memicu konflik di antara masyarakat dan jika dibiarkan dapat menghancurkan stabilitas masyarakat dan negara. “Di sinilah kehadiran orang muda sebagai sebagai filter, garda utama memperkuat nilai nilai kebangsaan,” ungkapnya.
“Pancasila telah final sebagai ideologi bangsa. Pancasila adalah ibarat Bintang Penuntun yang membawa kita serta menyatukan masyarakat Indonesia. Gunakan media sosial sebagai alat perang baru menekan penyebaran isu-isu radikalisme, di situlah wujud kehadiran kabar injil pemuda gereja,” tambahnya.
Selain politik identitas yang rentan melahirkan konflik kebangsaan, Matindas juga mengingatkan bahwa perang Rusia-Ukraina memperburuk keadaan karena perang melambungkan harga komoditas pangan dan energi serta harga pupuk. PBB bahkan memperkirakan sejumlah negara yang masuk kategori paling miskin akan jatuh kepada kategori famine-kondisi di mana kekurangan makanan yang sudah menimbulkan kelaparan hebat, kematian, serta kekurangan gizi akut dan kritis.
“Perekonomian memburuk sehingga makin banyak negara yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan warganya. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam melimpah bukan berarti tidak terhindar dari pengaruh persoalan ini. Wilayah ini adalah wilayah kaya akan potensi sumber daya alamnya. Inilah yang akan menjadi perebutan bangsa/negara negara,” ungkap Matindas.
Matindas memberikan sikap progresif yang mestinya diambil, bahwa gereja dan pemuda perlu membangun kesadaran warga jemaat tentang hal ini, dalam meningkatkan pemberdayaan sumber daya alam, menumbuhkan kesadaran akan potensi pertanian dan profesi di bidang pertanian adalah sangat penting. Masa depan ketahanan pangan ini ada di kedaulatan desa dan di situlah dibutuhkan kehadirn orang muda.
Sejalan dengan itu, potensi dan kekuatan gereja di Sulawesi Tengah menjadi sorotan Matindas bahwa dengan adanya IKN tidak menutup kemungkinan Sulawesi Tengah akan menjadi wilayah penyangga yang jika disiapkan akan menjadi potensial dalam hal penyiapan sumber ketahanan pangan.
“Para orang tua atau masyarakat harus merubah mindset berpikir terhadap anak anak muda yang memilih sektor pertanian, mereka perlu didukung dan diapresiasi sebagai profesi yang akan menjanjikan dikemudian hari. Fenomena aging farmer atau penuaan petani yang fatalnya tidak dibarengi dengan regenerasi akan berakibat fatal. Gengsi secara status sosial harus diminmalisir,” cetusnya.
“Orang muda diperlukan untuk membangun dan modernisasi sektor pertanian. Generasi muda dibutuhkan sebagai penggerak dan pelopor yang inovatif, kreatif, profesional, mandiri. Orang muda Sulawesi Tengah harus melihat peluang tersebut, ambil peluang siapkan diri,” tegasnya.
Menutup sambutannya, Matindas menegaskan kepada seluruh pemuda/i GKST Klasis Pamona Selatan bahwa, “Jadilah kuat, tetap kritis dalam kemudaan dan tetaplah pada jalan-jalan kebenaran.”
“Bangsa ini akan kuat dan tangguh dimulai dari pemuda yang memiliki visi besar. Kenali diri dan jadilah generasi hebat bangsa Indonesia,” pungkasnya.(*)