Penulis: Pdt. Dr. Martongo Sitinjak*
Minggu Pentakosta II
1 Korintus 2:1-5
Rasul Paulus adalah murid dari seorang guru yang terkenal yang namanya Gamaliel. Dia banyak mengetahui hukum dan adat istiadat. Dia adalah seorang ahli hukum Taurat. Dia juga seorang aktifis keagamaan yang mengetahui seluk beluk kehidupan umat, bahkan dia sudah menjadi seorang penyiksa kepada pengikut Yesus untuk mewujudkan keyakinannya mengikuti agama Yahudi.
Dia juga seorang yang cerdas dan berpengalaman. Namun dalam pekerjaannya sebagai seorang pemberita Injil, dia mendapatkan pemahaman baru dan kehidupan yang baru.
Dalam memberitakan Injil, dia tidak mengandalkan kemampuannya dengan kata-kata indah dan hikmat. Dia juga tidak mengandalkan pengetahuannya tentang hukum dan masyarakat di mana dia memberitakan Injil. Hanya ada satu focus utama yang lahir dari pergumulan teologi dan pelayanannya yaitu: Yesus Kristus yaitu Dia yang disalibkan. Dengan kehidupan di dalam Yesus Kristus yang disalibkan itu, Paulus datang memberitakan Injil dengan kelemahan, takut dan gentar.
Dia menyadari masyarakat Korintus yang gemar dengan filsafat dan hikmat. Mereka adalah kalangan yang mempunyai banyak pengetahuan. Namun Paulus tidak datang berhadapan dengan mereka dengan hikmat dan ilmu pengetahuan yang dia miliki.
Paulus memberitakan Injil justru dengan keyakinan akan kekuatan Roh. Injil tidak didasarkan atas hikmat manusia sebab hikmat manusia tidak dapat dibandingkan dengan hikmat Allah sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia. Pemberitaan tentang salib itu, yaitu “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” (1 Kor 15:3) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang-orang percaya.
Yesus yang tersalib itu adalah kekuatan Roh Allah yang menyelamatkan manusia.Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Tim 1:7). Kekuatan Roh Allahlah yang membuat manusia dapat percaya kepada Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia.
Pemberitaan Injil oleh Paulus tidak berdasarkan hikmat dan kata-kata indah untuk maksud dan tujuan yang jelas yaitu: “supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia melainkan pada kekuatan Allah”. Iman yang di dasarkan pada kekuatan Allah memperlihatkan bahwa keselamatannya sepenuhnya berada dalam kuasa Allah sendiri.
Itu sebabnya Paulus berkata: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang-orang percaya … sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah” (Rom 1:17). Kita beriman bukan atas dasar hikmat manusia walaupun hikmat itu baik. Kita beriman oleh kekuatan Allah yang membuat kita memperoleh hikmat yang baru yaitu hikmat sorgawi. Hikmat sorgawi itu “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.
Peristiwa turunnya Roh Kudus adalah peristiwa penerimaan Roh Kudus turun atas orang percaya. Oleh kekuatan Roh Kudus orang percaya dapat hidup dan memberitakan bahwa Kristus Yesus tersalib adalah untuk menyelamatkan setiap orang percaya. Perkataan dan pembicaraan dan kesaksian orang percaya tidak tergantung pada kata-kata indah dan hikmat melainkan pada keyakinan yang teguh pada Kristus yang telah mati karena dosa-dosa kita.
Oleh karena itu setiap kali kita bertemu dengan seseorang, kita dapat mengetahui bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa orang tersebut. Dan karena itu pula kekuatan Roh memberikan kehidupan yang bergantung pada Kristus Yesus yang tersalib untuk menyelamatkan kita. Memahami, menerima dan menghidupi Kristus Yesus yang mati karena dosa-dosa kita hanya dapat terjadi oleh pekerjaan dan kekuatan Roh Kudus.
Terimalah Roh Kudus yang memimpin kita kepada hidup beriman kepada Yesus Kristus yang membebaskan kita. Beritakanlah Injil dalam kekuatan Roh Kudus bukan dengan kata-kata indah dan hikmat manusia. Berdirilah teguh di dasar kekuatan Roh Kudus untuk hidup dalam keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus yang telah tersalib itu. Amin
Penulis adalah Kadep Koinonia HKBP