Agi Purba*
PIRAMIDA.ID- “Tanpa pandemi, kita mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana belajar online.”
Sepenggal kalimat ini terlintas di pikiran, ketika saya sedang asyik-asyiknya mengajar secara daring di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta di Kota Tanjung Morawa, Sumatera Utara.
Sebelum pandemi, aktivitas pembelajaran masih berjalan sebagaimana biasanya. Konvensional. Pengoptimalan dan pemanfaatan teknologi hanya sebatas media pembelajaran.
Coronavirus Disease (Covid-19), telah mengantarkan pendidikan Indonesia kepada banyaknya kebiasaan-kebiasaan baru. Tidak ada lagi pembelajaran di ruang-ruang kelas, kini pembelajaran beralih kepada ruang virtual. Guru dan peserta didik dapat bertemu, bercengkerama dan mengadakan pembelajaran walau tidak bertemu secara fisik.
Dalam situasi seperti hari ini, teknologi, telah menjelma menjadi satu komponen yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran. Teknologi tidak hanya menjadi media penunjang pembelajaran sebagaimana sebelumnya, namun telah menjadi jembatan antara guru dan peserta didik. Maka tidak menjadi satu hal yang janggal dikatakan bahwa tanpa teknologi, tidak akan ada pembelajaran.
Guru, barisan terdepan dalam pendidikan, menjadi sosok yang diharapkan dan diharuskan mampu beradaptasi dengan cepat dengan perubahan di lini pendidikan hari ini. Tua ataupun muda, semuanya bergerak pada visi yang sama demi memastikan laju gerak pendidikan tetap pada koridor yang baik. Salah satu adaptasi yang dilakukan adalah melek terhadap teknologi.
Setiap langkah adaptasi yang diambil guru menjadi krusial dalam proses pembelajaran. Misalnya, pemanfaatan dan pengoptimalan ruang-ruang virtual dimana aktivitas belajar-mengajar terjadi, seperti Zoom, Google Meet dan Google Classroom.
Tidak cukup hanya di sana, guru juga melakukan alternatif-alternatif lain seperti menggunakan video pembelajaran, Quizizz, Word Wall hingga Padlet. Alternatif ini digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang responsif dan tentunya menyenangkan, walau secara daring.
Pemanfaatan ragam aplikasi dan media inovatif ini tidak serta merta dapat dipahami guru dengan waktu sekejap saja. Guru terlebih dulu mengikuti Webinar, pelatihan dan praktik baik dari penggunaan aplikasi dan media-media tersebut. Tentunya ini juga dilakukan secara daring dengan memanfaatkan peran teknologi, lagi.
Beruntungnya guru-guru di Indonesia karena pemerintah, stakeholder dan pemerhati pendidikan menyediakan beragam Webinar, pelatihan, kelas praktik baik mengenai pembelajaran kala pandemi saat ini. Tentunya, gerakan ini dilandasi oleh keresahan dan kepedulian mereka terhadap pendidikan itu sendiri.
Dalam situasi Belajar Dari Rumah (BDR), walau belum optimal, guru sudah menunjukkan bahwa guru bisa menyesuaikan diri dengan baik. Poin penting yang bisa digarisbawahi adalah selama keinginan belajar masih menyala, peran guru tidak akan tergerus oleh zaman dan teknologi.
Long life education, seruan yang acapkali digaungkan di dunia edukasi, harus juga diterapkan oleh guru itu sendiri. Walau berstatus sebagai seorang pendidik, guru tetaplah pembelajar seumur hidup.
Selama guru mau belajar hal-hal baru demi menunjang aktivitas pembelajaran, guru akan selalu mampu menyesuaikan diri dengan tantangan zaman, seperti pandemi hari ini.
Pandemi sudah menunjukkan bahwa pendidikan tidak pernah menemui jalan buntu. Selalu saja ada keran-keran ilmu yang terbuka. Kini, guru sudah mulai mampu menyesuaikan diri dengan mengajar secara daring dan menciptakan pembelajaran yang tetap inovatif dan menyenangkan.(*)
Penulis merupakan tenaga pengajar di SMP Methodist Tanjung Morawa.