Dominica Diniafiat*
PIRAMIDA.ID- Bahasa menunjukkan bangsa. Menjadi penunjuk subjek berasal dari bangsa apa, karena bahasa penting dan menunjuk pada identitas diri. Demikian juga, bahasa menjadi penanda dan tanda, siapa kita, asal kita, bahkan dari mana kita berasal. Maka dengan bahasa, identitas individu, juga kelompok kita, dengan mudah diketahui. Fakta sederhana ini tentu bukan tanpa alasan, karena pada dasarnya, bahasa menjadi kekhasan setiap subjek, terutama karena manusia itu bisa berbicara/berbahasa.
Di sisi yang sama, Santoso dalam kajiannya menyatakan bahwa bahasa adalah sistem bunyi yang digunakan kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa membawa identitas budaya dan status sosial. Bahasa mencerminkan kondisi sosial dan hubungan atas manusia. Hal ini mengandung makna bahwa bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi tapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentitaskan diri, karena melalui bahasa identitas diketahui. Jadi bahasa terkait erat dengan identitas suatu budaya. (Santoso 2006: 49).
Pertanyaan sentral penting berikutnya adalah apa hubungan antara bahasa dan budaya? Apakah budaya benar-benar memberi kerangka atau menjadi bingkai bagi pembentukan sebuah budaya tertentu? Dalam menjawab hal ini, penulis berangkat dari kajian Ambrosius M. Loho berjudul “Hubungan antara Bahasa & Budaya di Minahasa dan Implikasinya” Jurnal Esa Genang Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara, Volume 18 Nomor 1 Februari 2019. Beliau menegaskan bahwa sebagaimana adat, bahasa merupakan bagian penting sebuah realitas kehidupan sosial dan budaya, berarti juga dipengaruhi oleh budaya.
Sebagaimana mengutip Siwu, Loho mengatakan bahwa bagi masyarakat Minahasa, khususnya yang sub etnis Tombulu berbahasa Tombulu, kebiasaan-kebiasaan atau aturan-aturan yang tidak tertulis (dalam bentuk bahasa), seperti yang disebut relasi sosial/nuwu’ ni tua (kata-kata orang tua/leluhur) menjadi penting dan bermakna dalam. Hal itu tampak melalui relasi sosial yang dimaksud mengandung kolektivitas dalam prinsip dan partisipasi orang Minahasa.
Maka dari uraian itu, sebuah bahasa secara tidak langsung dipengaruhi oleh budaya. Budaya membentuk bahasa setiap orang. Kendati, perubahan sosial bahkan perubahan kebudayaan yang nampak kini, secara tidak langsung membawa pengaruh pada perubahan cara memahami dan cara memaknai sebuah Bahasa. Bahasa dan budaya, sebagaimana telah diuraikan di atas, memiliki keterkaitan dan berkesinambungan. Kerterkaitan & kesinambungan erat itulah kita tidak bisa memungkiri bahwa terdapat banyak hal yang perlu untuk dikedepankan, dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan realitas kini.
Dengan demikian, bahasa dan budaya mempunyai hubungan erat yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sangat tinggi. Bahasa jika ditinjau dari luar dirinya adalah merupakan alat dan wadah kebudayaan dalam wujud kegiatan-kegiatan berbahasa seperti berbagai bentuk bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Demikian juga bahasa secara de facto tidak bisa terpisah dari kebudayaan dan konteks kebudayaan tertentu.
Fakta yang bisa kita lihat adalah seperti contoh berikut: Bahasa yang diucapkan atau dipergunakan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cerminan keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut. Dengan kata lain, bahasa hanya akan mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya. Bahasa bermakna berbeda dalam latar kebudayaan yang berbeda. Akhirnya, bahasa merupakan kemampuan yang diwarisi secara kultural. Ketika suatu hal diwarisi secara kultural, maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut tentu melibatkan interaksi sosial sebagai salah satu elemen utama dalam sebuah sistem kebudayaan. Akhirnya, marilah kita memahami bahwa bahasa penting, sepenting budaya karena salah satau unsur kebudayaan adalah bahasa. Bahasa menunjukkan bangsa.(*)
Penulis merupakan Akademisi, Seniman & Pegiat Budaya AJD Sahabat Budaya Jakarta. Pertama kali terbit untuk Pojok Seni.