Oleh: Ticklas Babua-Hodja*
PIRAMIDA.ID- “Propaganda terbaik adalah ketika mereka yang dimanipulasi meyakini bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan keinginan dan kehendak sendiri.”
Paul Joseph Goebbels~
Latar Belakang
Konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi perhatian publik bahkan menggubris perhatian dunia secara luas dan diekspos secara rutin oleh seluruh media cetak, media massa, dan media elektronik. Antara kedua bela pihak diperlihatan bantahan-bantahan yang semakin mempersulit masyarakat dunia untuk menarik benang merah dari konflik berdarah tersebut.
Media CNN yang notabenenya adalah milik Amerika Serikat secara massif memberitakan tentang peperangan yang terus-menerus mengundang perhatian khusus bagi masyarakat akar rumput yang masih banyak terdapat disinformasi, polarisasi, hoaks, dan sentral narasi.
Korban berjatuhan dan kematian tiga belas (13) pasukan Ukraina di Pulau Ular yang diteruskan dengan adanya aksi heroik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dan hebatnya sosok “Ghost of Kyiv” semakin menarik perhatian seluruh penduduk dunia termasuk negara Indonesia.
Hal serupa juga dipublikasikan oleh media Rusia tentang pembagian makanan dan rokok untuk penduduk Ukraina selama menginvasi serta menolong seorang perempuan paruh baya (nenek berumuran sekitar 40-60 tahun) yang penuh dengan rasa kemanusiaan yang pada akhirnya muncul narasi “Humanis dan Heroik”, Rusia dan Ukraina).
Konflik ini dipicu ketika Vladmir Putin selaku Presiden Rusia yang memberitakan dalam pidato TV menjelang subuh pada 24 Februari 2022 mengklaim bahwa tujuannya adalah melindungi orang-orang yang menghadapi tekanan dan genosida dan ia bertujuan melakukan “demiliterisasi” dan “mematahkan Nazi” di Ukraina. Presiden Putin sering menuduh Ukraina diambil oleh ekstremis, sejak presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych, digulingkan pada 2014 setelah protes besar berbulan-bulan.
Rusia kemudian membalas dengan menguasai wilayah selatan Ukraina, Krimea dan memicu gerakan pemberontak di wilayah timur. Rusia mendukung separatis yang melawan pasukan Ukraina dalam perang yang menelan 1.400 korban jiwa.
Propaganda, Naras, Polarisasi, Disinformasi, dan Hoaks
Kata propaganda mulai digunakan pada tahun 1622 ketika Paus Gregory XV mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Congregatio de Propaganda Fide. Organisasi itu bertugas menyebarkan agama Katolik di kalangan masyarakat non-Kristen. Dalam konteks ini, propaganda berarti organisasi yang mengirimkan pesan-pesan.
Propaganda sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang sering digunakan oleh individu ataupun kelompok sebagai media untuk menyebarluaskan suatu keyakinan atau doktrin. Propaganda juga sering dijadikan suatu usaha untuk melakukan suatu komunikasi yang bersifat persuasif, direncanakan untuk mempengaruhi adanya pandangan serta tingkah laku individu-individu agar nantinya dapat sesuai dengan keinginan dari propagandis.
Sosok kunci dari alur propaganda yang terkenal sejak Perang Dunia ke-II adalah Paul Joseph Goebbels. Paul Joseph Goebbels adalah pendukung utama Hitler dan pendukung aktif gerakan anti-Semit. Goebbels bergabung secara resmi dengan Nazi pada tahun 1924. Oleh Hitler, ia diberi posisi kunci sebagai Menteri Propaganda Nazi. Sebagai seorang propagandis, Goebbels banyak disegani oleh para ilmuwan, bahkan hingga sekarang.
Propaganda di era modern menjadi senjata mematikan manusia yang utama lewat media sosial yang sering digunakan dalam “hashtag” yang bisa dikatakan ini adalah propaganda politik modern. Semua tersalur melalui disinformasi, narasi, polarisasi, dan hoaks.
Pola dari materi propaganda yang dimainkan akan menimbulkan konflik secara mendasar yang berdampak pada negara, sosial, budaya, bahkan agama. Hal ini diperburuk dengan narasi yang dibangun yang mengakibatkan adanya polarisasi, disinformasi dan hoaks yang semakin memperuncing perkara yang ada. Ketika masyarakat secara umum tidak memiliki pemahaman yang mendalam terkait hal tersebut, maka secara tidak sadar masyarakat ini akan terjerumus dalam jebakan batman sang propagandis.
Alur Propaganda Kedua Negara yang Berdampak Pada Konflik Negara, Sosial, Budaya, dan Agama
Vladmir Putin menyatakan “Perang Melawan Ukraina dan Menginvasi Negara Ukraina”. Narasi yang tercantum pada seluruh media bahkan hashtag akan memicu ketertarikan publik tanpa ditimbang. Secara perlahan narasi tersebut akan membentuk polarisasi yang tertanam pada jiwa, pikiran, dan otak manusia dan bahkan saling menuding antara satu dengan lainnya. Kedua negara memainkan perannya masing-masing dengan satu tema yang sama, yakni “perang”. Hal ini dikemas dalam pemberitaan yang terus-menerus dipublikasikan oleh seluruh media di dunia.
Agar seluruh masyarakat dunia di adu domba oleh propagandis maka kuncinya adalah narasi. Ketika Rusia menyatakan perang, sebagian besar seluruh umat manusia turut membela Ukraina dan sebagiannya lagi ada yang mendukung Rusia. Aksi “heroik” oleh Volodymyr Zelensky dan “humanis” tentara Rusia seakan-akan satu pola yang masing-masing saling tarik-menarik antara pendukung Ukraina dan pembela Rusia. Di sinilah letak bahayanya.
Salah satu contoh kasus kematian seorang jurnalis CNN, Bernie Gores yang dikabarkan meninggal dunia karena adanya invasi militer Russia di Ukraina, dan di-tweet ratusan ribu orang di media sosial. Sementara CNN Afghanistan memberitakan kematian Bernie dieksekusi oleh kelompok Taliban di tahun 2021 dan pada Februari 2022, CNN Ukraina membeberkan kematian Bernie karena adanya invasi militer Rusia. Sementara faktanya, Bernie Gores sama sekali bukan jurnalis CNN dan hanya di-framing media. Inilah yang membentuk pola dasar adanya kekeliruan yang mengadu domba antara seluruh umat dimuka bumi.
Kesimpulan
Pada dasarnya perang adalah kepentingan politik kelompok yang memiliki dasar ingin menguasai. Pola ini dimainkan sejak Perang Dunia I dan ke-II sejak lahirnya propaganda. Propaganda yang memiliki visi dan misi untuk mempengaruhi pikiran manusia akan melahirkan satu perombakan terhadap pikiran positif manusia yang membenarkan bahwa hal yang dilakukan adalah kebenaran.
Jujur dengan kebohongan dan kebohongan dengan cara jujur adalah salah satu konsep yang membingungkan dan membuat seluruh manusia untuk berhenti berpikir dan melakukan apa yang dicernanya lewat indera manusia, salah satunya adalah mata yang mentransfer narasi ke otak dan membentuk polarisasi yang berbahaya.(*)
Penulis merupakan Kader GMKI Jailolo. Aktif menulis di berbagai media.