Fitzerald Kennedy Sitorus*
PIRAMIDA.ID- Saya sedang menulis buku tentang metafisika pada Kant dan Hegel. Saya mengawali bagian tentang Kant dengan cerita tentang gaya hidupnya.
Kant tidak hanya terkenal karena pemikirannya, tapi juga karena gaya hidupnya. Apa yang menarik dari gaya hidup Kant? Silakan baca di bawah ini.
Sumber-sumber untuk penulisan gaya hidup Kant ini cukup banyak. Saya punya sekitar 18 buku tentang biografi Kant, kebanyakan buku tua, terbitan tahun 1900-an.
Saya juga punya buku tua tentang filsafat Kant, 2 jilid tebal, terbitan tahun 1897 yang ditulis oleh Kuno Fischer dengan huruf fraktur (Frakturschrift).
Fischer adalah penulis terkenal mengenai filsafat para filsuf besar. Huruf fraktur adalah huruf “patah-patah”, seperti ukir-ukiran, yang banyak digunakan mulai pertengahan abad 16 hingga tahun 1941 untuk menulis teks-teks berbahasa Jerman. Selain itu masih ada juga karya lengkap Kant 30 jilid, juga ditulis dengan huruf fraktur.
Sampul buku ini dari kertas karton tebal, kertasnya juga tebal-tebal. Beratnya bisa 1,5–2 kg satu jilid. Karya lengkap ini diterbitkan oleh Königlich Preußsischen Akademie der Wissenschaften (Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Prussia) tahun 1902. Membawa buku ini dulu dari Frankfurt ke Jakarta menjadi perjuangan tersendiri.
Sekalipun gaya hidup Kant sangat tidak menarik, namun Kant adalah satu-satunya filsuf yang gaya hidupnya paling sering dibicarakan. Bahkan ada beberapa buku yang mengulas kehidupan Kant di kota Königsberg dulu.
Hingga tahun 2010 tercatat ada sekitar 483 buku ditulis mengenai kehidupan Kant. Bahkan ada buku dalam bahasa Prancis yang mengulas kehidupan seksual Kant; judulnya “Kehidupan Seksual Immanuel Kant (Das Sexuelle Leben des Immanuel Kant)”, terbitan 2001.
Buku yang saya gunakan untuk penulisan riwayat singkat Kant ini berjudul “Siapakah Kant? (Wer war Kant?)” terbitan 1907. Tebalnya 407 halaman. Buku ini berisi tulisan kesaksian beberapa mahasiswa Kant, antara lain Ludwig Ernst Borowski, Ehregott Andreas C. Wasianski dan Reinhold Bernhard Jachmann.
Para mahasiswa ini kemudian menjadi sahabat Kant dan sering diundang olehnya sebagai tamu untuk makan siang. Dua dari tulisan kesaksian tersebut masih sempat diverifikasi oleh Kant sehingga kebenaran faktualnya dapat dipertanggung jawabkan.
Masih banyak cerita yang tidak mungkin dimasukkan ke dalam riwayat hidup singkat ini. Intinya adalah gaya hidup Kant menarik dibicarakan justru karena gaya hidupnya sangat tidak menarik. He he he.
Riwayat Hidup Singkat
Immanuel Kant lahir pada 22 April 1724 di Königsberg, ibu kota Prussia Timur. Königsberg sekarang bernama Kaliningrad dan masuk negara bagian Lithuania. Ia anak keempat dari 9 bersaudara. Empat dari saudaranya ini meninggal sewaktu kanak-kanak.
Keluarga Kant miskin. Bapaknya bekerja sebagai pembuat pelana kuda. Ibunya meninggal waktu ia berusia 13 tahun. Waktu usianya 22 tahun bapaknya meninggal.
Kant dapat sekolah hingga SMA karena beasiswa. Orang tua Kant adalah pengikut Pietisme, sebuah gerakan dalam gereja Protestan Lutheran yang menekankan kasih sayang, disiplin, ketekunan, kesederhanaan, kejujuran, dan hubungan pribadi kepada Tuhan.
Hingga masa tuanya, Kant selalu memuji pendidikan moral yang diterimanya dari kedua orang tuanya. Di Universitas Königsberg, Kant mempelajari matematika, fisika, filsafat, teologi, literatur dan bahasa Latin klasik.
Gaya hidup Kant menarik dibicarakan justru karena gaya hidupnya sangat tidak menarik. Kant hidup dengan sangat disiplin. Jadwalnya sama dari hari ke hari. Ia mengatur jadwal itu dengan sangat rinci, bahkan sampai hitungan menit, dan menaatinya dengan sangat disiplin.
Jadwal bangun pagi, minum teh, merokok cerutu, memberi kuliah, makan siang, jalan-jalan, membaca dan menulis hingga tidur malam, semua diatur dengan sangat cermat. Ia tidak pernah melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hatinya. Hidupnya nyaris mekanis.
Ia juga tidak menikah. Tidak pernah bepergian. Selama 80 tahun hidupnya, ia tidak pernah pergi lebih dari 20 km dari Königsberg. Ia lahir dan meninggal di kota itu.
Ia tidak pernah melihat laut. Karena itu, Henrich Heine mengatakan, “Kant tidak pernah hidup dan tidak punya sejarah hidup. Ia hanya berpikir.”
Namun demikian, Kant menimbulkan perubahan revolusioner dalam semua bidang filsafat.
Kant menyusun semua kegiatannya dengan prinsip yang jelas dan tegas. Ia selalu bangun tepat pukul 05.00 pagi, tidak peduli musim dingin atau musim panas. Kant punya seorang pembantu setia, namanya Martin Lampe, seorang pensiunan tentara Prussia.
Kepada pembantunya ini, Kant memberi wewenang penuh untuk melakukan segala usaha yang mungkin dilakukan agar Kant tidak bangun terlambat.
Lampe bahkan diberi otoritas oleh Kant untuk menyeretnya dari tempat tidur jika dia terlalu malas untuk bangun. Tapi hebatnya Lampe tidak pernah sampai harus menggunakan otoritas tersebut.
Lima menit sebelum pukul 5 pagi, Lampe sudah muncul di kamar tidur Kant dan berteriak dengan nada militer: Waktunya bangun! Di hadapan tamu-tamu makan siangnya, Kant pernah pernah bertanya, apakah Lampe pernah harus berteriak sampai dua kali untuk membangunkannya, dan Lampe menjawab, “Tidak pernah, Tuan.”
Pukul 5, Kant sarapan. Sarapannya hanya dua gelas teh hitam dan sebatang cerutu. Kant cuma makan sekali sehari. Perut kenyang bikin malas berpikir, katanya.
Sehabis sarapan, masih dengan pakaian tidur, ia kemudian masuk kamar kerjanya untuk mempersiapkan kuliah-kuliah. Pukul 07. hingga pukul 09 pagi, memberikan kuliah dengan pakaian lengkap.
Saat itu kuliah umumnya masih dilakukan di rumah professor. Pukul 09 sampai 12.45 ia berganti pakaian lagi dengan pakaian rumah, lalu bekerja mempersiapkan tulisan-tulisan dan membaca. Pukul 12.45 ia kembali berganti pakaian, siap-siap menyambut tam-tamu makan siangnya.
Untuk makan siang, Kant selalu mengundang orang-orang dari berbagai kalangan: dokter pejabat, professor, rohaniwan, pengusaha yang berpendidikan, mahasiswa yang muda.
Usia tamu-tamu ini harus lebih muda dari Kant sendiri. Alasannya agar pembicaraan lebih hidup. Dan tamu tersebut harus laki-laki semua.
Ketentuan lainnya dalam mengundang tamu adalah bahwa jumlahnya tidak boleh kurang dari tiga dan tidak boleh lebih dari sembilan orang. Alasannya, demi efektivitas diskusi.
Kalau tamu kurang dari tiga, diskusi menjadi kurang menarik, sementara kalau lebih dari 9, diskusi akan terlalu ramai. Selain itu, selama makan siang, tidak boleh berbicara filsafat. Diskusi makan siang itu umumnya berkisar tema meteorologi, fisika, kimia, sejarah, politik, termasuk peristiwa-peristiwa yang lagi hangat dibicarakan orang.
Para penulis biografinya mengatakan, dalam diskusi Kant selalu mampu mengajukan pertanyaan yang tepat sehingga membuat orang berpikir dan dengan demikian wawasan peserta mengenai tema yang sedang dibicarakan bertambah.
Makan siang ini berlangsung sampai pukul 16.00. Menu makan siang selalu berganti, namun selalu ada anggur merah merk Medoc, kadang juga anggur putih. Tidak seperti kebanyakan orang Jerman, Kant tidak minum bir. Alasannya, minum bir sama dengan makan, sebab bir terbuat dari gandum yang juga bahan untuk roti.
Sehabis makan siang pukul 16, Kant melanjutkan aktivitas hariannya dengan jalan. Dan selalu sendirian. Dia menolak untuk ditemani oleh siapapun.
Ada dua alasan untuk itu. Pertama, jalan-jalan sendiri itu merupakan kesempatan bagi dia untuk merenungkan ide-ide filsafatnya. Kedua, kalau ada temannya jalan-jalan, maka mereka mau tidak mau akan bercakap-cakap, dan dalam bercakap-cakap itu, mulut akan terbuka dan itu berarti udara akan masuk ke paru-paru melalui mulut.
Padahal Kant yakin bahwa bernafas yang baik adalah melalui hidung, karena dengan demikian udara akan dihangatkan lebih dulu di hidung sebelum masuk ke paru-paru.
Udara yang masuk dari mulut ke paru-paru menjadi penyebab orang gampang flu dan batuk, katanya. Rute yang ditempuh untuk jalan-jalan sore itu selalu sama, tidak pernah berubah.
Sudah menjadi anekdot terkenal bahwa penduduk kota Königsberg lebih mempercayai ketepatan waktu jalan-jalan Kant dibandingkan dengan jam mereka sendiri.
Bila Kant sudah tiba di jembatan di kota itu, maka itu pasti sudah pukul 14.30. Hanya sekali dalam sejarahnya Kant lupa jalan-jalan sore, yakni ketika ia keasyikan membaca buku Rousseau, Emile, yang menurut Kant sangat bagus. Kant sangat menghargai Rousseau. Satu-satunya gambar yang tergantung di dinding rumahnya adalah gambar Rousseau.
Sehabis jalan-jalan, Kant bekerja lagi, kadang membaca buku-buku ringan. Ia menyukai cerita-cerita perjalanan. Sekalipun ia tidak pernah bepergian namun kuliah-kuliahnya dalam bidang geografi menarik.
Pengetahuannya dalam bidang ini diperoleh dari bacaan-bacaan cerita perjalanan dan diskusi-diskusi dengan tamu-tamu makan siangnya. Dan tepat pukul 10 malam, ia sudah naik ke tempat tidur! Besoknya pukul 5 ia akan bangun lagi. Demikian seterusnya.
Kant memang tidak menikah, namun ia punya banyak teman wanita terkemuka di Königsberg. Ia bahkan pernah sekali jatuh cinta kepada wanita bernama Luise Fritz.
Para wanita ini tertarik pada Kant karena ia pintar, tahu banyak, berpikir kritis dan cerdas, dan gentleman. Kant pintar menyenangkan hati wanita. Rahasianya, ia tidak pernah mau membicarakan filsafat dengan wanita, melainkan soal makanan, masak memasak, penataan rumah tangga.
Setelah Kant meninggal, seorang wanita pengagumnya menulis: “Kalau kita melihat dia berbicara dengan kaum wanita, tidak ada yang menyangka bahwa ia menghasilkan pemikiran filsafat yang revolusioner.“ F. Kaulbach, Immanuel Kant, Berlin, 1969, hal. 15.
Konon Kant pernah hampir menikah. Namun, ketika ia menyadari bahwa pernikahan itu akan membuat ia tidak bisa lagi hidup dengan maksim-maksim yang ditentukannya sendiri, ia membatal rencana tersebut!
Kant sangat menginginkan ketenangan. Penulis biografinya menceritakan, sambil memikirkan ide-ide filosofisnya di kamar kerjanya biasanya Kant mengarahkan pandangannya ke menara gereja Löbenichtschen di kota itu.
Suatu saat, pohon di kebun tetangganya bertumbuh tinggi sehingga menutupi pandangannya ke menara gereja. Itu membuat Kant gusar. Ia kemudian meminta ke si pemilik kebun agar menebang pohon tersebut. Karena si pemilik kebun juga sangat menghormat Kant maka pohon itu kemudian ditebang.
Kant juga selalu menjaga suhu di kamarnya tidak pernah lebih rendah atau lebih tinggi dari 75 derajat Fahrenheit.
Dia dapat merasakan kalau suhu kamarnya lebih dingin atau panas. Dalam kondisi demikian, dia akan meninggalkan kamarnya dan baru masuk kembali ketika termometer tepat menunjuk angka 75.
Dua tahun sebelum meninggal pada 12 Februari 1804, Kant yang berperawakan kecil itu sudah mulai sakit-sakitan dan lemah.
Selera makannya mulai hilang. Kepada sahabat-sahabatnya ia mengatakan, “Tuan-tuan, saya sudah tua dan lemah. Anda harus memperlakukan saya seperti anak-anak.” (Wer war Kant, hal. 232).
Kepada teman-temannya ia mengaku bahwa ia tidak takut mati. Ia pernah berkata, “Tuan-tuan, saya tidak takut kepada kematian. Saya tahu saya akan mati. Saya berkata kepada Anda di hadapan Tuhan, bahwa, kalau saya merasa bahwa malam itu saya akan mati, maka saya akan mengangkat tangan saya lebar-lebar dan berkata: terpujilah Tuhan. Tapi kalau ada roh jahat duduk di bahu saya dan berbisik di telinga saya: Kau telah membuat sesamamu susah, ya masalahnya jadi lain.” (WWK, hal. 233)
Kant adalah filsuf pertama dalam era modern yang sekaligus merupakan akademisi di universitas.
Penulis adalah seorang dosen di UPH dan peneliti. Ulasan di rubrik ini disadur dari laman Facebook pribadinya dan telah mendapat persetujuan untuk dimuat di Piramida.id.