Devri Lasmaria Butar Butar*
PIRAMIDA.ID- Impian atau harapan itu ibarat cahaya di kegelapan. Menjaga impian adalah bentuk dari kekuatan namun menyerah atau mematikan impian itulah bentuk keputusasaan.
Menjadi cahaya di tengah kegelapan bukanlah hal yang mudah sama halnya berimpian dan bercita-cita di tengah wabah pandemi ini.
Setiap penyakit pasti ada obatnya namun apakah begitu juga akan berlaku dengan penyakit yang disebut virus sekarang ini? Kapan obat itu akan ditemukan? Akankah kamu menikmati kembali suasana kelas dengan proses belajar mengajar? Akankah negeri ini diisi oleh anak-anak bangsa yang beretika dan bijaksana suatu saat nanti? Pertanyaan itulah yang terus ada di pikiranku saat ini.
Kalian tahu apa maksud pertanyaan ku mengenai, “Akankah negeri ini bisa oleh anak-anak bangsa yang masih mempunyai etika dan bijaksana suatu saat nanti?” Karena di masa pandemi banyak kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak negeri ini yang masih berusia di bawah umur 17 tahun namun sudah mampu melakukan tindak kejahatan.
Banyak yang mengatakan apa yang telah terjadi seperti sekarang ini adalah bentuk teguran pada kita khususnya anak-anak sekolah yang dahulu sering menyia-nyiakan waktu belajar dalam kelas dengan membolos dan lain-lainnya.Timbul pertanyaan dalam benakku apabila itu benar, “Lalu mengapa semua kena teguran padahal tak semua yang melakukan hal seperti itu?”
Aku kasihan pada mereka yang memiliki impian dan cita-cita yang tinggi namun bagai di bentengnya sebuah beton pada masa pandemi. Aku juga merasakan apa yang mereka rasakan karena aku punya impian yang tinggi dan ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan hasil presentasi dan semua yang kugapai.
Namun inilah yang terjadi kepadaku dan semua anak-anak negeri ini yang ingin berkarya dan berkreasi sekreatif mungkin namun dibatasi oleh jaringan dan kemampuan ekonomi yang tidak dapat mampu memiliki teknologi selayaknya mereka yang berkecukupan namun malah menyia-nyiakannya.
Berasal dari keluarga yang tidak mampu namun masih bisa di sekolah kan sampai bangku kuliah adalah suatu kebanggaan atau syukur yang sangat besar, oleh karena itu aku tidak pernah menuntut untuk orang tuaku memberikan fasilitas teknologi, layaknya mereka yang dikatakan sangat berkecukupan itulah makanya aku mengatakan, “Aku kasihan pada orang-orang seperti aku di masa pandemi ini tidak bisa bergerak bebas, berkreasi sepuasnya karena kami dibatasi teknologi kami yang tidak sehebat mereka yang berkecukupan serta jaringan yang sulit dijangkau biasanya pada perkampungan.”
Aku dan semua anak negeri ini selalu berharap dan pastinya berdoa masing-masing agar pandemi ini berakhir karena aku dan semua anak negeri ini pasti ingin berkarya dan berkreasi dengan ruang lingkup yang bebas tanpa dibatasi jaringan yang biasanya sulit didapatkan apabila di perkampungan rasa sakit hati apalagi pada saat ada kuis atau pertanyaan yang dilantunkan oleh bapak atau ibu dosen yang sebenarnya kita tahu jawabannya namun kita tak dapat mengutarakannya karena jaringan yang kadang tak bersahabat.
Akupun tak tega terus melihat banyak kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur karena kehilangan pelajaran sopan santun dan etika sejak dini semenjak daring ini.
Tuhan, terima kasih untuk pengalaman berharga yang panjang di masa pandemi, pintaku dan pinta anak negeri ini hanya satu, Tuhan berikan jalan agar semua cepat reda dan berlalu biarkan kami semua anak negeri ini menikmati kembali masa sekolah yang indah agar kami tidak kehilangan suasana serta lingkungan positif yang meluruskan jalan kami selama ini serta ketuklah pintu hati teman-teman, kami atau adik-adik yang masih dicbawah umur yang sudah melakukan salah langkah semenjak pembelajaran via online ini Tuhan.
Sungguh pengalaman luar biasa yang enagkau berikan ini mengajarkan kami arti dri menghargai dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yg ada, hanya ini impian dan permohonan kami Tuhan, kiranya engkau kabulkan dan menunjukkan secepatnya titik terangnya Tuhan. Amin.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar. Saat ini aktif di Kelompok Studi Pendidikan Merdeka (KSPM).