PIRAMIDA.ID- Jika ada yang menyatakan bahwa Tatar Mongol menginvasi Rusia sebagai sebuah negara tunggal, itu adalah pemikiran yang salah. Justru, Rusia terbentuk sebagai upaya atas perlawanan terhadap invasi itu. Tsar Pyotr yang Agunglah orang yang mengakhiri penghormatan Rusia kepada para khan (penguasa Mongol).
Seperti yang tercatat dalam kronik (catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya), nyawa tiga Knyaz ‘Pangeran’ Rusia dicabut oleh bangsa Mongol: PangeranYaroslav II dari Vladimir diracuni oleh istri Guyuk Khan, Pangeran Mikhail dari Chernigov dieksekusi pada usia 67 di ibu kota Gerombolan Emas (Golden Horde — Kekhanan Mongol) karena menolak menyembah berhala Mongol, dan jantung PangeranMikhail dari Tver dirobek di ibu kota yang sama.
Penduduk Rusia dipaksa untuk membayar upeti yang besar dan pangeran Rusia hanya diizinkan untuk memerintah wilayah mereka dengan izin dari khan Gerombolan Emas. Begitulah yang terjadi di tanah Rusia ketika berada di bawah kekuasaan Mongol, atau yang dikenal di Rusia dengan sebutan Tatar Mongol Igo (Yoke).
Pada kenyataanya, peristiwa itu berperan penting dalam pembentukan negara Rusia. Sebagai tanggapan atas penindasan yang terjadi, para pangeran Rusia akhirnya bersatu, walaupun bukan dengan cara halus di bawah tangan besi yang terkuat di antara mereka.
“Moskow berhutang kebesarannya kepada para khan,” tulis sejarawan besar Rusia Nikolay Karamzin (1766 – 1826).
Pada saat invasi Mongol ke Rus (Rusia kuno), bangsa Mongol jauh lebih unggul, baik dalam militer maupun dalam sistem pemerintahan. Hanya persatuan yang bisa membantu Rusia untuk menggulingkan kekuasaan Mongol.
1. Apa yang mendorong Mongol melakukan invasi?
Semua bermula ketika pendiri Kekaisaran Mongol Jenghis Khan (1155 – 1227) mengirim putranya Jochi (1182 – 1227) untuk menaklukkan tanah yang kini dikenal sebagai Siberia, Rusia Tengah, dan Eropa Timur. Tentara raksasa Mongol (melebihi 100.000 prajurit adalah jumlah yang sangat besar pada abad ke-13) dengan mudah mengalahkan pasukan para pangeran Rusia yang lemah dan tak seberapa jumlahnya, yang juga berperang antara satu sama lain sebelum invasi.
Pada 1237, bangsa Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan menyerbu Rus. Mereka merebut semua kota utama Rusia, seperti Ryazan, Kolomna, Moskow, Vladimir dan Tver, serta merusak dan membakarnya. Invasi berlanjut hingga 1242 dan merupakan pukulan telak bagi tanah Rusia. Butuh hampir seratus tahun untuk pulih sepenuhnya dari kerusakan yang diciptakan tentara Mongol. Tanah dan kota-kota di Selatan, seperti Kiev, Chernigov dan Halych, juga tak lepas dari pembumihangusan oleh tentara Mongol. Setelah invasi, daratan Timur Laut, terutama Tver, Moskow, Vladimir, dan Suzdal kemudian menjadi kota utama.
Namun, bangsa Mongol tidak ingin menaklukkan tanah itu sepenuhnya. Mereka hanya menginginkan upeti yang stabil dan mereka tahu bagaimana mendapatkan apa yang mereka mau.
2. Bagaimana cara kerja pemerintahan Mongol?
Pada 1243, Yaroslav II dari Vladimir (1191 – 1246) adalah pangeran Rusia pertama yang menerima izin untuk memerintah. Ia dipanggil untuk menghadap kepada Batu Khan, bersumpah setia kepadanya, dan dinobatkan sebagai ‘knyaz terbesar seluruh Rusia’.
Upacara sumpah setia kepada penguasa Mongol sangat mirip dengan upacara penghormatan Prancis — pengucap sumpah berlutut dengan satu kaki di bawah kaki sang penguasa yang duduk di singgasana. Namun di ibu kota Gerombolan Emas, Saray, para pangeran Rusia terkadang dipaksa untuk berjalan sambil berlutut menuju singgasana khan dan diperlakukan sepenuhnya seperti orang rendahan.
Omong-omong, Yaroslav II juga adalah orang Rusia pertama yang menerima jarlik (teriakan, pengumuman dalam bahasa Mongol kuno) dan kemudian diracuni.
Jarlik adalah cara orang Mongol menyebut kredensial diplomatik – piagam pelindung yang mereka tulis dan serahkan kepada para pangeran dan pendeta Rusia. Bagian terpenting dari kebijakan Mongol adalah mereka melindungi gereja-gereja Ortodoks Rusia, tidak pernah merusaknya, dan menjaga keamanan para pendeta. Untuk perlindungan, gereja diwajibkan mengabarkan kepada umatnya bahwa mereka telah menyatakan kesetiaan kepada Tatar Mongol.
Pada awalnya, upeti dikendalikan dan dikumpulkan oleh para baskak, petugas pajak Mongol yang tinggal di kota-kota Rusia dengan suite dan penjaga keamanan mereka. Untuk mengumpulkan upeti, orang-orang Mongol melakukan sensus penduduk di wilayah yang mereka taklukkan.
Setelah terkumpul, upeti diserahkan ke Kekaisaran Mongol. Namun, setelah 1266, ketika negara Tatar Mongol memisahkan diri dari kekaisaran Mongol, upeti diserahkan ke ibu kota Gerombolan Emas, Saray. Kemudian, setelah beberapa pemberontakan lokal dan permintaan dari para pangeran Rusia, pengumpulan upeti diserahkan kepada para pengeran sendiri. Jika tidak, orang-orang Rusia tidak akan bisa hidup.
3. Bagaimana orang Rusia mengambil keuntungan dari bangsa Mongol?
Selama berada di bawah kekuasaan Mongol, kehadiran pasukan Mongol terbilang jarang di tanah Rusia, kecuali jika Rusia memberontak melawan pemerintahan mereka.
Namun, para khan Mongol yang licik menggunakan politik adu domba untuk memelihara kebencian dan perang di antara para para pangeran Rusia. Dengan demikian, mereka dapat lebih mudah mengontrol negara-negara yang lemah dan terpecah-pecah.
Lambat laun, para pangeran Rusia sadar bahwa mereka telah termakan hasutan Mongol. Pada akhirnya, mereka mempelajari takti itu dan menggunakannya untuk melawan bangsa Mongol.
Selama seabad, jumlah operasi militer antara bangsa Mongol dan Rusia sudah tak terhitung. Pada 1328, Kadipaten Tver melakukan pemberontakan terhadap Mongol dan berhasil membunuh sepupu Uzbek Khan.
Tver kemudian dibakar dan dihancurkan oleh Gerombolan Emas dengan bantuan pangeran Moskow dan Suzdal. Mengapa dan bagaimana bisa mereka melakukan hal itu?
Dalam perang antara kadipaten, para pangeran Moskow memahami bahwa seseorang harus memimpin melawan Mongol, dengan menundukkan wilayah lain dan memasukkanya ke wilayah kekuasaannya.
Setelah Tver ditundukkan, Ivan I “Kalita” dari Moskow menjadi pangeran pertama yang mengumpulkan upeti dari tanah Rusia, alih-alih baskak. Itu adalah bayaran yang dia terima karena telah membantu Mongol menghancurkan rekan senegaranya, sekaligus musuhnya.
Namun, hal itu telah membantu membawa “perdamaian selama 40 tahun” yang terkenal, karena Mongol tidak pernah lagi menyerang tanah Moskow (tetapi tetap menghancurkan kadipaten lain). Sementara itu, Moskow menggunakan kekalahan pangeran lain untuk kepentingannya sendiri.
Orang Rusia juga belajar dengan cepat dari bangsa Mongol untuk menggunakan kontrak tertulis, penandatanganan akta, dan membuat undang-undang.
Selain itu, orang Rusia juga mengadopsi sistem pos persinggahan, atau yang disebut ‘stasisun yamskaya’, yang pertama kali digunakan oleh bangsa Mongol sebagai tempat para kurir dan pembawa pesan bermalam dan mendapatkan kuda baru. Pos-pos ini dibangun oleh Mongol di tanah Rusia untuk kepentingan mereka, tetapi kemudian mulai digunakan oleh orang Rusia untuk kepentingan mereka sendiri.
4. Bagaimana kekuasaan Mongol berakhir?
Pelajaran terbesar yang dipetik para pangeran Moskow dari bangsa Mongol yang kejam adalah: “Anda harus membunuh atau melumpuhkan musuh Anda adar dia tidak bisa membalas dendam.”
Bersamaan dengan penguatan pangeran Moskow, Gerombolan Emas terpuruk ke dalam krisis politik. Pada 1378, Dmitry dari Moskow, yang dikenal sebagai Donskoy (1350 – 1389), menghancurkan salah satu pasukan Gerombolan Emas untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Pada 1380, Dmitry Donskoy, yang sebelumnya berhenti membayar upeti kepada Gerombolan Emas, mengalahkan pasukan Mamay Khan yang berkekuatan 60.000 – 110.000 orang dalam Pertempuran Kulikovo, momen besar yang penuh semangat bagi seluruh tanah Rusia. Namun, pada 1382, Moskow dibakar oleh Tokhtamysh, seorang Khan lain dari Gerombolan Emas yang dikalahkan.
Selama kira-kira seratus tahun berikutnya, Rusia masih terus membayar upeti kepada para khan Gerombolan Emas. Akan tetapi, pada 1472, Ivan yang Agung dari Moskow (1440 – 1505) kembali menolak untuk memberikan upeti kepada Tatar Mongol.
Kali ini, Kadipaten Agung Moskow sudah benar-benar besar dan kuat. Ivan dan ayahnya Vasily II yang Buta telah mengumpulkan tanah-tanah dan para pangeran dan menyatukannya menjadi bagian dari wilayah Moskow.
Khan Gerombolan Emas Ahmed bin Kuchuk mencoba berperang melawan Ivan, tetapi setelah kebuntuan terkenal di sungai Ugra pada 1480, dia pulang dengan tangan hampa.
Pertempuran ini menandai akhir dari kekuasaan dan kendali Mongol, tetapi tidak untuk upeti. Rusia terus mengirimkan uang dan barang berharga ke berbagai wilayah bagian Gerombolan Emas hanya untuk berdamai dengan para militan Tatar. Ini disebut pominki ‘kenang-kenangan’ dalam bahasa Rusia.
Rusia membayar pominki ke berbagai bekas Dinasti Gerombolan Emas hingga 1685. Pemberian upeti baru dihentikan secara resmi oleh Pyotr yang Agung pada 1700, berdasarkan Perjanjian Konstantinopel antara Ketsaran Rusia dan Kekaisaran Ottoman. Khan Krimea, salah satu khan terakhir pada saat itu, dan pengikut Kekaisaran Ottoman adalah yang terakhir yang diberikan upeti oleh Rusia.
Berikut isi perjanjian itu:
“… Karena Negara Moskow adalah wilayah otonom dan bebas, upeti yang setiap tahun diberikan kepada Khan Krimea hingga saat ini, untuk selanjutnya tidak akan diberikan oleh Yang Mulia Tsar Moskow, atau oleh keturunannya …”
Peristiwa itu sangatlah simbolis, karena ketika sang Tsar Besar terakhir Moskow dan calon Kaisar Rusia pertama itu menandatangani perjanjian pada tahun 1700, itu adalah tahun pertama penanggalan di Rusia dimulai dari 1 Januari, seperti di Eropa, bukan dari 1 September, seperti di Rusia kuno.
Sumber: Russia Beyond/ Georgy Manae
Sumber: Russia Beyond/ Georgy Mana