Penulis: Pdt. Dr. Martongo Sitinjak*
Minggu I Setelah Trinitatis
Luk 12:13-21
PIRAMIDA.ID – Mengapa orang ini meminta Yesus supaya mengatakan kepada saudaranya untuk berbagi warisan dengannya? Bukankah harta warisan itu milik mereka bersama yang dapat mereka gunakanmembangun persaudaraan yang baik di antara mereka? Jika itu harta warisan yang harus dibagi menurut pesan orangtua mereka, mengapa mereka tidak dapat melakukannya sebagai saudara? Adakah perselisihan yang terjadi di antara mereka?Yesus tidak memberi ruang untuk permintaan yang dia ajukan.“Siapakah yang mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Harta warisan itu adalah milik mereka bersaudara, tidak perlu ada orang lain mencampurinya. Mengapa harus ada orang luar yang mencampurinya? Bukankah sebagai saudara kandung mereka dapat menyelesaikannya dengan baik?Mungkin saja ada masalah yang terjadi terkait harta warisan itu.
Selanjutnya Yesus berkata berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan. Masalah utama dalam harta adalah Ketamakan atau keserakahan; yaitu keinginan yang sangat besar dan mencolok untuk mengejar dan memiliki kekayaan atau benda dengan maksud menyimpannya untuk dirinya sendiri. Juga keinginan yang besar dalam upaya mengejar kekayaan, status sosial dan kekuasaan. Harta kekayaan, status sosial dan kekuasaan dapat menggoda manusia untuk menginginkansesuatu lebih dari pada yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Yesus berkata, berjaga-jagalah dan waspadalah, agar semuanya itu tidak membawa kamu ke dalam ketamakan atau kerakusan. Lebih jauh Yesus mengatakan, walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu. Bahaya besar dari harta kekayaan itu adalah manusia menggantungkan diri kepada hartanya, mengikatkan diri pada hartanya. Hidupnya atau nyawanya atau jiwanya, atau nafasnya digantungkan pada harta yang dimilikinya. Karena itu Yesus mengingatkan hidup tidak bergantung pada harta sekalipun harta itu melimpah. Hidup (jiwa, nyawa /nafas, dan kekuatan) manusia hanya tergantung kepada Allah saja. Harta hanyalah sesuatu yang melintas / dilintasi dalam kehidupan manusia.
Untuk lebih memahami hidup yang tidak tergantung pada harta, Yesus mengangkat sebuah perumpamaan tentang seorang yang kaya, dimana hasil tanahnya berlimpah-limpah. Sesuatu yang menjadi kerinduan banyak orang, hasil tanahnya berhasil dengan baik, atau dalam kondisi modern; usahanya berhasil, dagangannya berhasil, jabatannya naik, hasil karyanya terjual mahal, dll. Bukankah hal itu adalah baik? Bukankah kita berdoa dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, hasil pertanian yang melimpah, dagangan yang menguntungkan, usaha yang sukses? Bukankah hal itu sesuatu yang kita perjuangkan dan anjurkan untuk dilakukan banyak orang? Apa yang salah kalau kita berhasil? Tidak ada yang salah dengan hal-hal demikian, semua hal itu adalah baik.
Orang kaya ini bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat dimana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu ia menjawab sendiri pertanyaannya, aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum, dan barang-barangku. Sungguh rancangan yang cerdas dan pintar. Dia membangun lumbung baru dan menyimpan gandum serta barang-barangnya. Dia menyimpannya supaya tidak ada yang terbuang. Dia merencanakan saat-saat yang lebih baik untuk menikmati hidup. Sebuah rancangan yang rasional, dapat diterima akal dengan baik. Kita dapat melakukannya dan bisa merencanakan lanjutannya yang lebih baik dan lebih berguna untuk segala harta yang disimpan itu; apakah dalam bentuk deposito atau saham, emas batangan atau surat berharga atau berbagai bentuk penyimpanan harta lainnya. Mempersiapkan kebutuhan di masa depan adalah suatu hal yang sangat baik dalam perencanaan hidup.
Selanjutnya orang kaya ini berkata: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!.Saudaraku sebuah kesalahan besar terjadi oleh karena pengaruh harta yang melimpah itu. Dia menjadi salah memahami arti hidupnya. Jiwaku atau hidupku, nyawaku beristirahatlah, makanlah, minumlah, bersenang-senanglah. Harta telah membuatnya lupa bahwa hidup (jiwa, nyawa/nafas dan kekuatan) terikat pada Tuhan sebagai penciptanya. Hidup tidak terikat pada harta sekalipun melimpah ruah. Harta hanyalah sesuatu yang melintas/terlintas dalam hidup manusia, manusia tidak baik dikuasai oleh harta, sebab hidup manusia tergantung hanya pada Tuhan. Hidup manusia ada batasnya, ada limitnya. Hidup manusia adalah proses dari lahir hingga pada saatnya akan mati, untuk kemudian oleh anugerah Tuhan dihidupkan kembali memasuki hidup yang kekal. Harta yang melimpah itu telah mengubah pemahamannya tentang hidup sehingga membuat dirinya terikat pada hartanya untuk makan minum dan bersenang-senang.
Itulah sebabnya Yesus berkata: ‘Tetapi firman Allah kepadanya: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuksiapakah itu nanti?” Rancangan bijaksana menyimpan harta dalam lumbung masa depan, rancangan beristirahat dengan makan, minum dan bersenang-senang berubah menjadi rancangan bodoh karena tidak mengerti arti dan makna hidup itu sendiri. Jiwamu akan diambil dari padamu. Dia tidak dapat lagi makan, minum dan bersenang-senang, sekalipun harta melimpah ruah. Semuanya sudah berakhir. Itu sebabnya hidup manusia tidak tergantung pada harta yang melimpah. Harta hanyalah sesuatu yang dapat melintas/dilintasi dalam kehidupan manusia.Ketika jiwanya sudah diambil, orang di luar dirinyalah yangmakan, minum dan bersenang-senang. Maka yang paling utama adalah Hidup (jiwa, nyawa/nafas, dan kekuatan) itu, bukan harta.
Apa yang harus kita lakukan kalau memperoleh harta yang melimpah? Yesus berkata: Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah. Manusia boleh kaya, tetapi hendaklah jauh dari ketamakan yaitu kaya hanya bagi dirinya sendiri, melainkan dia harus kaya di hadapan Allah. Kaya dihadapan Allah adalah kesadaran penuh bahwa hidup kita sebagai anugerah Allah dimana kita boleh mendapatkan harta yang melimpah. Kita semua telah mempunyai harta yang diberikan oleh Allah. Kesadaran atas hidup sebagai anugerah Allah memampukan kita terikat dan bersyukur kepada Allah. Kitaharus menggunakannya untuk memuliakan Allah, harta yang kita miliki tidak hanya bagi diri kita sendiri, tetapi harus ber-bagi dengan sesama. Berjaga-jagalah dan waspadalah dengan harta yang membangkitkan ketamakan yang hanya untuk diri sendiri. Tuhan menghendaki agar hidup kita tetap terikat hanya kepada Tuhan saja. Dialah yang menciptakan dan menentukan serta memelihara hidup kita (jiwa, nyawa/nafas, dan kekuatan) sebagai anugerah–Nya. Amen
Penulis adalah Kadep Koinonia HKBP