PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?’ Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih, Anda berpikir, ‘Saya tidak boleh sedih; Saya harus selalu bahagia.’ Mungkin sebaliknya, Anda berulang kali (dan diam-diam) mengatakan pada diri sendiri bawa emosi adalah tanda kelemahan.
Banyak orang mencoba menghindari emosi negatif, apakah marah, sedih, cemas, atau sejenisnya, karena kita telah dikondisikan untuk percaya bahwa beberapa emosi itu buruk. Terbiasa untuk percaya bahwa kita harus bahagia sepanjang waktu. Hanya karena literatur penelitian membedakan emosi negatif versus positif tidak berarti bahwa yang pertama buruk dan yang terakhir baik.
Mengutip Psychology Today, emosi itu kompleks. Akan tetapi emosi memiliki tujuan penting dalam hidup. Kemarahan dapat menginspirasi kita untuk mengambil tindakan. Kecemasan dapat mempersiapkan kita untuk menghadapi ancaman yang nyata. Kesedihan dapat membantu kita untuk memproses kehilangan. Emosi negatif sering kali mendorong perubahan fisiologis adaptif yang memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri dengan situasi dengan tepat.
Tantangan yang kita hadapi masing-masing bukan dengan memiliki emosi. Namun dengan memiliki keyakinan tertentu tentang emosi. Beberapa dari keyakinan ini telah dikaitkan dengan depresi dan kecemasan yang lebih besar (Predatu & Maffei, 2020). Secara khusus, orang yang percaya bahwa emosi tidak dapat diubah dan buruk mengalami kesulitan mengatur emosi mereka (Ford & Gross, 2019).
Dalam banyak kasus, regulasi emosi yang buruk dapat menyebabkan Anda bereaksi dengan cara yang berbahaya bagi kesejahteraan, hubungan, dan kesuksesan karier. Selanjutnya, keyakinan yang tidak membantu tentang emosi dapat menyebabkan Anda merasakan lebih banyak emosi negatif (yaitu, rasa malu, rasa bersalah, frustrasi).
Berikut pernyataan umum tetapi tidak membantu (dan tidak akurat) yang dapat merusak kemampuan Anda untuk mengatur emosi Anda; emosi negatif itu buruk dan harus dihindari, emosi adalah tanda kelemahan, orang harus bahagia sepanjang waktu atau sebagian besar waktu, emosi membuat kehilangan kendali, orang baik tidak marah, orang seharusnya tidak membicarakan emosi mereka, dan orang lain tidak ingin tahu bagaimana perasaanku. Lebih lanjut jika memberi tahu orang lain bagaimana perasaan yang sebenarnya, mereka akan berpikir buruk tentang saya.
Tidaklah cukup untuk menyadari keyakinan kontraproduktif yang Anda pegang tentang emosi. Anda perlu secara sengaja menumbuhkan pandangan emosi yang lebih sehat dan holistik.
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa ketika orang percaya bahwa emosi membantu versus penghalang, mereka lebih cenderung menggunakan strategi coping yang lebih sehat, yang memprediksi kebahagiaan dan dukungan sosial yang lebih besar (Karnaze & Levine, 2018). Lebih lanjut, Gutentag & rekan (2017) menemukan bahwa orang lebih berhasil dalam mengatur emosi mereka semakin mereka percaya bahwa emosi dapat dikendalikan.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Veilleux & rekan (2020) berpendapat bahwa keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan emosi mereka adalah prediktor yang lebih baik dari kesejahteraan dan tekanan psikologis daripada keyakinan mereka tentang emosi secara umum.
Alih-alih melihat emosi melalui lensa pemikiran hitam-putih (yaitu, buruk versus baik; berharga versus tidak berguna; menyenangkan versus tidak menyenangkan), adalah penting untuk mengadopsi pandangan yang lebih holistik dan sehat dari kedua emosi dan kemampuan Anda untuk mengaturnya.
Beberapa keyakinan ini berbasis bukti dapat membantu Anda mengadopsi pandangan yang lebih sehat tentang emosi yang, pada gilirannya, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kontrol emosi dan mengalami kesejahteraan yang lebih besar. Diantaranya: Semua emosi bersifat adaptif, emosi bisa dikendalikan, emosi negatif adalah bagian normal dari pengalaman manusia, emosi lebih sulit diatur ketika saya lelah, lapar, atau kesakitan. Sementara emosi negatif memiliki fungsi penting dalam kehidupan, emosi positif membantu mengatasi masalah yang ulet, mengakui emosi adalah praktik yang sehat, tidak apa-apa untuk tidak merasa baik-baik saja, dan terakhir adalah sehat untuk membagikan emosi dengan orang-orang yang dipercayai.
Mencari dukungan ketika marah adalah strategi yang tangguh. Kunci kesejahteraan & ketahanan bukanlah dalam menghilangkan emosi negatif, melainkan dalam menerapkan strategi mengatasi yang membantu yang memungkinkan Anda untuk mengakui dan menerima emosi Anda dengan cara yang meningkatkan kesejahteraan dan hubungan Anda.
Kehidupan yang tangguh dimulai dengan memiliki pandangan emosi yang sehat dan bernuansa. Jika Anda mulai merasa marah, cemas, atau sedih, alih-alih mengatakan pada diri sendiri, ‘Saya seharusnya tidak merasakan (masukkan emosi)’, cobalah untuk mengatakan ‘Tidak apa-apa untuk merasakan (masukkan emosi) pada saat ini.’ Kemudian tanyakan pada diri Anda: ‘Apa cara paling membantu saya untuk mengekspresikan atau mengatur emosi ini sekarang?’ Pada intinya, karena setiap manusia pasti pernah mengalami emosi dalam kehidupan, jadi tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.(*)
National Geographic Indonesia