Intan Sukma Ningsih*
PIRAMIDA.ID- Manusia adalah selalu berusaha menemukan kebenaran. Ada beberapa cara manusia menemukan kebenaran antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip–prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kajadian yang berlaku dialami dapat dimengerti. Manusia pada hakikatnya mempunyai keinginan untuk mencari ilmu atau pengetahuan dan kebenaran.
Kebenaran menurut KKBI adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek. Bisa juga dapat diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan atau tidak ditolak oleh orang lain dan tidak merugikan diri sendiri, kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan objek dan pengetahuan yang tidak sesuai.
Ilmu merupakan pengetahuan, yaitu proses dan hasil serapan yang diambil manusia kemudian disistematisasi dan disusun rapi serta ditata menurut metode dan sistematisnya tertentu maka ilmu akan mencapai tingkat kesempurnaan (Al Rasyidin dan Marianto, 2017: 36).
Itulah pengertian tentang kebenaran dalam ilmu yang secara sederhana dapat disimpulkan hasil pemikiran dari manusia yang kemudian kerutut yang menggunakan metode sehingga mencapai tingkat kesempurnaan.
Ilmu adalah satu jalan menemukan kebenaran dengan prosedur ilmiah ilmu pertanggungjawabkan secara keilmuan bahwa hasil kerjanya merupakan empiris dan rasional. Kebenaran berasal dari kata “benar” yang artinya sesuai sebagaimana adanya seharusnya betul tidak salahnya. Sedangkan definisi kebenaran merupakan keadaan hal tersebut yang cocok dengan keadaan hal yang sesungguhnya
Ada 3 teori kebenaran yaitu teori korespondensi, teori koherensi atau konsistensi dan teori pragmatis. Lalu keterkaitan antara ilmu, logika, estetika, etika, humainora dan agama. Ilmu dan logika menentukan pandangan lurus dalam praktek berfikir menuju kebenaran. Logika merupakan sarana berfikir ilmiah untuk kegiatan keilmuan yang menghasilkan pengetahuan yang benar menentukan norma-norma berfikir ilmiah.
Ilmu adalah sebuah proses penelaahan objek dengan runtutan kegiatan logiko, hipotiko, dan veripikatiko. Logika berasal dari bahsa yunani “logikos” berhubungan dengan bahasa, merupakan cabang fisafat yang menyelidiki kesehatan cara berfikir.
Ilmu dan estetika
Ilmu dan estetika adalah seperti halnya hubungan ilmu dan filsafat karena kedua-duanya adalah bagian dari filsafat dan dari pengetahuan. Ilmu itu diperoleh objeknya dari segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi atau rasio manusia yang dialami dengan cara meneliti atau eksperimen.
Ilmu dan etika dapat ditunjukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau menggubah hakikat kemanusiaan. Dengan adanya
manusia ilmu dapat mengetahui baik buruknya sesuatu perbuatan, sedangkan etika adalah mempelajari baik buruknya perbuatan tersebut. Tanpa landasan etika olmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan keintelektualan. Sebab ilmu tak bisa lepas dari etika yang seperti kapal tanpa kompas yaitu kaitan antara kebenaran dan keadilan.
Ilmu dan humaniora keduanya sangat lah terkait karena ilmu membicarakan manusia sedangkan konsep tentang manusia ialah ingin
mewujudkan agar cita-citanya tercapai itu harus dengan pendidikan dan dengan pendidikan dapat memanusiakan manusia. Humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan manusia lebih manusiawi dalam arti manusia lebih berbudaya seperti teologi, filsafat, ilmu hukum, sejarah, fiologi, ilmu bahasa dan ilmu-ilmu kesenian. Humaniora membicarakan kemanusiaan dan memiliki tiga corak yaitu: Humanisme ideational, Humanisme idealitik, dan Humanisme sensate.
Ilmu dan agama
Ilmu adalah usaha sadar untuk menyelidik, menemukan dan meningkatkan pemahaman dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Sedangkan agama adalah system yang mengatur kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatatan kehidupan.
Jadi apabila ilmu pengetahuan tidak didasari oleh agama maka hanya berlaku sementara atau tidak dapat menjadi bekal untuk diakhirat. Adapun tahap-tahap mencapai dalam kebenaran ilmu:
- Pertama, manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal.
- Kedua, dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan.
- Ketiga, buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari titik kebenaran.(penjelajahan, pengetahuan, berdasarkan kebenaran). Terkait masalah ilmu pengetahuan, barat menganggap kebenaran itu hanya berpusat pada manusia sebagai makhluk mandiri yang mementukan kebenaran.
Tradisi ilmu barat sepenuhnya didasarkan pada apa yang disebut sebagai logosentrisme atau metafisika kehadiran. Sumbur utama ilmu pengetahuan dalam perspektif barat diwakil oleh tiga aliran yaitu: rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Jadi sumber ilmu pengetahuan menurut barat ialah berpusat pada akal. Itulah penjelasan tentang kebenaran ilmu dalam kajian barat.
Adapun kebenaran ilmu dalam kajian islam yang merupakan sumber utama ilmu pengetahuan dalam Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Karna kebenaran Al-Quran itu mutlak dan tidak dapat diragukan lagi dan Hadits adalah pedoman hidup, sumber hukum, ilmu dan ajaran Islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Selain itu Islam juga menjadikan sistem ijtihad sebgai dasar-dasar epistemologi dalam ilmu Islam. Jadi epistemologi dalam islam merupakan sebuah usaha yang dilakukan manusia untuk menelaah masalah-masalah objektivitas, metodologi, sumber, serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan menggunakan subjek kajian Islam sebagai titik tolak berfikir.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Asy-Syura[42]:17.
ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ وَٱلْمِيزَانَ ۗ وَمَا
يُدْرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ قَرِيبٌ
Artinya: “Allah yang menurunkan kitab(Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran dan neraca (keadilan). Dan tau kah kamu boleh jadi hari kiamat dekat yang sudah dekat.”(*)
Pojok Seni