PIRAMIDA.ID- Nama John Kei kembali menghiasi media setelah diduga sebagai aktor kriminal rangkaian insiden pembacokan di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat dan penembakan serta pengrusakan rumah Nus Kei di Perumahan Green Lake City, Tangerang.
John dan Nus ternyata sama-sama memiliki nama belakang Kei.
Kei merupakan nama kepulauan di kawasan tenggara Kepulauan Maluku yang kini termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku.
Luas sejumlah gugusan pulau yang ada di Kei sekitar 1.438 km². Ada dua pulau besar, yakni Kei Besar dan Kei Kecil. Orang Kei suka menyebut dirinya Evav, yang berarti “pulau babi”.
Pendapat lain mengatakan bahwa Kei berasal dari bahasa Portugis kayos yang artinya “keras”. Mungkin banyak pulau terbentuk dari batu-batu karang, dan ditumbuhi jenis-jenis kayu yang keras.
Catatan-catatan prasejarah menunjukkan, Kepulauan Kei pada masa lampau sudah pernah dikunjungi oleh pelaut asing. Bukti-bukti prasejarah sendiri menunjukkan bahwa kepulauan pernah dihuni oleh manusia-manusia berkebudayaan sama seperti di Australia bagian utara.
Selain itu ada ditemukan sisa-sia peninggalan manusia berkebudayaan peralihan dari daratan Asia. Seperti ditemukannya nekara dan kapak upacara dari perunggu di Kepulauan itu.
Kepulauan Kei dikenal akan keindahan pantainya dan pasir putihnya yang lembut. Meski letaknya jauh dari Bali, keindahan pantainya tak kalah indah dengan pantai di Bali.
Namun siapa sangka jika Kepulauan Kei dan Bali tak hanya memiliki keindahan alam yang sama. Tetapi juga memiliki hubungan spesial dari sisi sosial dan budaya yang tak bisa dipisahkan. Hubungan ini dapat ditelusuri dari ceritera (Tom) dan tanda bukti (Tad) tentang konsep asal-usul masyarakat Kei.
Ada pendapat kuat yang mengatakan, Suku Kei memiliki hubungan kekerabatan erat dengan salah satu komunitas di Bali. Diyakini nenek moyang Suku Kei datang dari Desa Pedawa.
Desa Adat Tanimbar Kei menjadi salah satu desa adat yang masih sangat memegang teguh bentuk bangunan, seni, adat istiadat dan kepercayaan leluhurnya. Desa ini terbagi menjadi dua yaitu Kampung Atas dan Kampung Bawah.
Uniknya antara Kampung Atas dan Kampung Bawah dipisahkan oleh tangga yang bersandar di tebing setinggi sekitar 15 meter. Jadi penggambaran nama Kampung Atas dan Bawah memang nyata adanya, bukan cuma sekadar nama aja.
Di kawasan Pulau Kei Kecil, letaknya di Desa Kelanit terdapat satu bukit yang menjadi bukit tertinggi di Kei, yakni Bukit Masbaik. Saat pagi dan sore hari pemandangan dari Bukit Masbait akan jauh lebih cantik, dengan melihat matahari terbit dan terbenam.
Di atas bukit terdapat sebuah patung Kristus Raja yang bisa berputar. Bukit Masbait ini juga dimanfaatkan sebagai tempat ziarah para umat Katolik.
Umumnya orang Kei sudah memeluk agama seperti Islam atau Kristen, akan tetapi sebagian masih meyakini konsep seperti roh-roh dan kekuatan-kekuatan sakti menurut religi leluhurnya.
Suku Kei memiliki Bentuk kekerabatan yang cukup kompleks, dengan Kesatuan kerabat yang terkecil dalam masyarakat Kei adalah keluarga inti yang disebut dengan riin rahan atau ub.
Orang Kei menganut prinsip garis keturunan yang bersifat patrilineal (melalui pihak ayah atau laki-laki). Dalam hal perkawinan mereka mencari pasangan di lingkungan lapisan sosial yang sama.
Di Pulau Kei terdapat banyak objek wisata bahari yang eksotis, diantaranya Pantai Ngur Sarnadan, Pantai Ngurbloat, Pantai Pasir Timbul Ngurtafur, Pulau Bair, Gua Hawang, Gua Livat, Bukit Masbait, dan Desa Adat Tanimbar.
Sumber: RRI/Seprianto