PIRAMIDA.ID- Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Andalas (Unand) dengan Ketua Dr. Resti Rahayu, S.Si., M.Si., bekerja sama dengan Bank Sampah dan Ecoenzyme – Koperasi Mandiri Dan Merdeka (BaSE – KMDM) dengan Direktur Rio, S.P., menyelenggarakan pelatihan bertajuk “Teori dan Praktek Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) dalam Pengolahan Sampah Organik Skala Rumah Tangga” pada Sabtu, 6 Maret 2021 di Rumah Maggot, Belimbing Baru Indah, Kota Padang, Sumatera Barat.
Rumah Maggot tersebut dikelola langsung oleh Resti Rahyu yang akrab dipanggil Ayu. Sedangkan BaSE KMDM yang pengurusnya adalah kaum muda milenial yang juga berkoperasi di KMDM menjadi panitia yang mengorganisir acara dan merekrut para peserta pelatihan sekaligus menentukan aturan selama pelatihan.
Para peserta pelatihan tersebut terdiri dari para Pengurus BaSE KMDM yang menurut Rio (akrab dipanggil Lider) dimaksudkan untuk membangun kapasitas mereka untuk mampu memahami, mempraktekkan, dan melatih masyarakat umum dalam budidaya maggot BSF.
Selain itu, pesertanya juga masyarakat umum khususnya para produsen (petani, peternak, dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah) dan konsumen (yang biasa berbelanja di) Pasar Rabu Tani (PRT) KMDM yang dibatasi hanya 15 sampai 20 orang dengan protokol kesehatan seketat mungkin terkait pandemi Covid-19.
Selama pelatihan, baik para narasumber dan peserta diwajibkan untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, dan seterusnya. Lider mengatakan bahwa pelatihan ini memang menjadi salah satu program BaSE KMDM selain mengelola sampah non-organik dari setiap rumah tangga masyarakat di Kota Padang, juga membuat eco enzyme, eco brick, dan lain sebagainya.
Black Soldier Fly atau hermetia illucens (latin) atau Lalat Tentara Hitam (indonesia) adalah salah satu jenis lalat di dunia yang memiliki banyak kelebihan dan manfaat bagi manusia. BSF adalah jenis lalat yang bukan merupakan vector penyakit seperti lalat hijau atau lalat sampah, yang hinggap dan makan pada tumpukan sampah, tapi jenis lalat yang bersih.
Ayu mengatakan bahwa maggot BSF adalah agen pengurai materi organik yang memiliki kemampuan mengurai lebih baik dibandingkan dengan organisme lainnya yang memiliki biomassa dengan kandungan protein dan lemak tinggi.
Dengan adanya kandungan protein sebesar 45-50 persen, sementara makanan yang mengandung protein kasar sebesar 19 persen, maka dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani untuk pakan ternak.
Dr.-Ing. Ir. Uyung Gatot Syafrawi Dinata, M.T., sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand merespon kegiatan tersebut dengan baik dan berharap kegiatan tersebut berkelanjutan dan semakin meningkat, bahkan kalau bisa menjadi bisnis besar dan ada di banyak tempat.
Sebagaimana kata Ayu, bahwa budidaya maggot BSF selain untuk skala rumah tangga, juga bisa menjadi skala industri untuk diolah menjadi pelet ayam, pelet ikan, hewan peliharaan, dan lain-lain.
Eli Ratni, S.Pt., M.P., sebagai Pengurus KMDM sekaligus Direktur PRT KMDM menyambut baik pelatihan ini dengan menyatakan bahwa KMDM memang diciptakan sebagai bentuk penyediaan lapangan penelitian dan pengabdian masyarakat berkelanjutan bagi para akademisi karena melalui PRT KMDM juga terhimpun masyarakat umum sebagai produsen dan konsumen yang setiap hari terhubung dalam rantai perekonomian.
Di antara para peserta pelatihan tersebut adalah Yuherman, seorang peternak sapi dan ayam yang juga ketua sebuah kelompok tani di sekitaran Limau Manis, Kota Padang. Menurut pengakuannya, dia sudah lama ingin belajar soal budidaya maggot BSF ini dan merasa bersyukur BaSE- KMDM menyelenggarakannya dan dia bisa ikut.
Pak Ang (begitu dia biasanya disapa), berkeinginan untuk menghasilkan pakan ternaknya secara mandiri sehingga lebih efisien dalam produksinya. Sedangkan Brian Permana, seorang patani muda milenial sayur hidroponik dan aquaponik dengan merk dagang Hidroponik 55 di Cupak Tangah, Pauh, Kota Padang, juga berharap dari keikutsertaannya dalam pelatihan ini, bisa mengefisienkan pakan ikan dalam proses produksinya.
Menariknya, dalam pelatihan ini semua peserta diajak untuk mempelajari teori tentang budidaya maggot BSF ini setuntas mungkin dari awal sampai akhir. Peserta juga diajak untuk mempraktekkan langsung pembudidayaannya dengan disediakan bahan-bahan dan peralatannya dengan cukup lengkap.
Kemudian, peserta juga diajak melihat langsung hasil-hasil budidaya dari setiap tahapan sampai kemudian pemanenan dan pengolahan maggot BSF untuk pakan ternak dan pengemasannya sehingga siap untuk dijual atau dipasarkan.
Selain itu dalam pelatihan tersebut juga disampaikan mengenai hukum halal dan haramnya tentang maggot BSF ini oleh seorang Ustadz yang sengaja diundang untuk hadir dan memberikan pemahaman kepada seluruh peserta. Menurut beliau, maggot BSF pada dasarnya haram untuk dikonsumsi oleh manusia, namun dibolehkan untuk konsumsi ternak dan hewan peliharaan.(*)