Devri Lasmaria Br. Butar Butar
PIRAMIDA.ID- Jika berkata tentang kesuksesan, pasti membahas tentang keberhasilan keberhasilan apa-apa saja yang sudah kita gapai di masa pandemi bukan?
Aku sendiri ingin menceritakan sedikit tentang apa saja yang sudah aku lakukan di masa pandemi yang mungkin dapat dikategorikan sebagai kesuksesan kecil karena hanya hal kecil yang belum seberapa dibandingkan kalian yang berkreasi sekreatif mungkin menjadi editor dan lain-lainnya dengan menghasilkan uang yang banyak Untuk meringankan beban orang tua.
Hal yang telah kulakukan yang kumaksud di atas tadi adalah aku mencoba berjualan online tanpa modal sedikit pun. Caranya bagaimana? Tentu pasti membingungkan bukan? Baiklah akan aku jelaskan dan kuceritakan sedikit pengalamanku.
Aku mendownload aplikasi belanja online, seperti Lazada, Shopee, dan lain-lainnya. Setelah itu aku mengambil foto-foto barang-barang jualan yang tentunya menjadi kebutuhan dan pasti banyak digemari oleh orang-orang lalu setelah itu aku men-sharenya di akun media sosialku dan aku menawarkannya secara offline dengan tetangga-tetangga terdekatku.
Salah satu contohnya, aku menjual kaos seharga Rp.30.000 sementara aku membelinya dari aplikasi belanja online tersebut seharga Rp.27.000 sudah beserta dengan ongkirnya berarti untung yang kudapat dari satu barang, yaitu Rp.3.000. Bayangkan saja bila yang membeli sampai 10 orang berarti 10 * Rp.3.000 = Rp.30.000 untung yang kudapat tanpa modal dan duduk manis di rumah.
Tentu kalian bingung kan mengapa aku mengatakannya tanpa modal padahal aku harus membelinya dari aplikasi belanja online tersebut seperti contoh tadi Rp.27.000? Baiklah akan aku jelaskan.
Maksudnya di sini aku menjual tanpa modal karena setiap orang yang menarik dengan jualanku langsung membayar harga barang yang ia minati itu kepadaku seperti tadi contohnya kaos seharga Rp.30.000, maka mereka langsung memberikan uang senilai Rp.30.000 itu kepadaku dan akan menunggu barangnya sampai hingga tempo waktu paling lama sekitar 1 minggu. Mudah, bukan? Itulah sebabnya aku membagikan pengalamanku melalui tulisanku ini berupa cerpen singkat agar beberapa dari kalian dapat mengikutinya.
“Kesuksesan tak harus menjadi sesuatu yang begitu hebat di mata semua orang di dunia ini, namun kadang perlakuan kecil yang kita lakukan apabila menguntungkan dan bisa membuat bahagia orang-orang di sekitar kita itu sudah bentuk kesuksesan karena tak semua orang dapat melukis senyum di wajah setiap orang yang disayang atau orang-orang sekitarnya.
Ada Yang Hilang di Masa Pandemi
Ada banyak yang hilang di masa pandemi ini. Yang pertama, yaitu suasana proses belajar mengajar yang begitu indah yang tak dapat lagi kita nikmati dalam ruang kelas.
Dahulu kita belajar di kelas bersama teman-teman sebaya kita duduk berdampingan di satu meja kadangkala bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Setelah itu bel kedua berbunyi menandakan jam istirahat, di mana pada jam istirahat ini biasanya kita duduk bercanda gurau sambil bernyanyi, bercerita satu sama lain dengan teman-teman sekelas atau bahkan teman-teman dari kelas lain dengan berbagai tempat atau suasana.
Seperti di depan kelas, di kantin sambil berjajan, di perpustakaan sambil membaca buku atau bahkan kadang kala di depan kamar mandi sambil menunggu teman yang sedang masuk dalam kamar mandi, sungguh indah di masa itu masa di mana pastinya sangat dirindukan oleh semua anak-anak di negeri ini dibandingkan bila mengingat sekarang semua anak-anak di negeri ini mungkin sudah banyak yang tidak bangun pagi atau bermalas-malasan karena berpikir semuanya dilakukan dari rumah.
Jadi kemungkinan begitu bangun hanya mencuci wajah lalu mengikuti Zoom bahkan ada beberapa yang mengikuti Zoom namun tidak membuka kameranya berarti sedang melakukan kegiatan lain atau dapat dikatakan tidak fokus lagi pada pembelajaran yang berlangsung, Karena melakukan kegiatan lain pada saat Zoom, sungguh tidak hikmat lagi bukan pembelajaran yang sedang berlangsung seperti sekarang.
Namun apalah daya semua ini terjadi bukan karena kesengajaan tapi memang musibah yang harus kita lewati dengan mengikuti perintah protokol kesehatan yang ada dan banyak-banyak berdoa agar akan ada secepatnya titik terang dari semua ini.
Malam natal tahun ini terasa jauh berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Keramaian dan kehangatan bersama sanak saudara tak banyak dirasakan di malam natal kali ini. Kalaupun bisa bertemu keluarga untuk sekedar bercanda gurau dan makan bersama, kehangatan itu dibatasi dengan protokol kesehatan yang tak boleh diabaikan demi mencegah penularan Covid-19.
Bahkan malam natal kuhabiskan dengan makan malam bersama ayah, ibu, adik dan beberapa teman dekatku. Ibadah juga tak bisa dilakukan langsung di gereja. Semalaman aku hanya mengikuti kegiatan ibadah dari balik layar kaca. Beribadah lewat siaran televisi atau You Tube sudah jadi kebiasaan sejak pandemi.
Situasi ini membuat aku dan kalian pasti rindu bersosialisasi dengan sosok lain di luar rumah seperti tetangga, sanak saudara untuk menghabiskan waktu sehari.
Karena tak hanya di hari natal, 10 bulan ini pun untuk bercengkrama dengan teman atau sanak saudara seolah jadi keinginan yang terlalu mahal harganya untuk dibayar dengan risiko kesehatan.
Kadang kita tak pernah menghargai kesempatan yang ada pada saat itu hingga kita merasakan sendiri setelah semua telah hilang.(*)
Penulis merupakan mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas HKBP Nommensen Pematang Siantar. Kader Kelompok Studi Pendidikan Merdeka (KSPM).