Oleh: Desi Dwi Septriana Sitinjak*
PIRAMIDA.ID- Entah disadari atau tidak, masalah pendidikan di Indonesia adanya keterbatasan jumlah guru yang terampil. Umumnya, guru-guru terampil dan berkualitas tersebar di kawasan kota atau daerah yang notabenenya mudah diakses. Sedangkan daerah-daerah terpinggir dan terpencil, sulit sekali mendapatkan guru.
Memang ada banyak faktor hal ini terjadi. Dari banyak alasan, salah satunya masalah minat dari guru itu sendiri. Lebih banyak guru yang memilih lokasi yang mudah diakses dari segi transformasi dan akses untuk mendapatkan kebutuhan pokok mudah didapatkan. Sedangkan daerah terpencil, lagi-lagi tidak dilirik sama sekali.
Mungkin ada saja guru yang terpanggil hati untuk bertugas di daerah pelosok yang minim akses, sayangnya hanya 1:10 saja. Jumlahnya pun sangat kecil sekali. Sehingga wajar saja jika terjadi kesenjagan tenaga guru terampil di pelosok dan di kota. Sehingga terdapat pula kesenjangan kualitas lulusan peserta didik.
Tidak heran jika regenerasi yang tinggal di pelosok, nyaris tidak terekspose atau muncul ke permukaan. Itu sebabnya, ini menjadi PR bagi pemerintah dalam upaya pemerataan tenaga pendidik terampil di pelosok, agar terjadi pemerataan.
Sebagian orang pasti bertanya, sulitnya mereka untuk meneruskan pendidikan tinggi, seperti SMP maupun SMA karena harus berjalan melalui lembah atau menyeberangi sungai untuk melanjutkan pendidikan di kota ditengarai tidak ada kendaraan dan hanya di kotalah adanya pendidikan tinggi seperti SMP dan SMA.
Kurangnya tenaga pendidik di pedalaman karena sulitnya mencari pengajar yang mau mengajar di daerah terpencil dan sangat jarang sekali seorang sarjana mau menyumbangkan jasanya untuk mengajar di daerah pedalaman.
Padahal masing-masing orang mempunyai hak untuk berpendidikan, akan tetapi pemerintah tidak membagi rata tenaga pendidikan yang baru lulusan sarjana sehingga banyak lulusan SMA terpaksa diangkat menjadi pengajar di daerah tersebut walaupun belum menempuh pendidikan di dalam perkuliahan, dikarenakan lulusan sarjana tidak ada yang ingin mendidik di daerah terpencil.
Sebab dari itu dapat disimpulkan bahwa di Indonesia banyak yang pengangguran karena pendidikannya sangat minim.
Guru adalah salah satu elemen pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Proses guru mentransfer ilmu kepada murid, baik itu ilmu pengetahuan, keterampilan, serta mengajarkan pendidikan akhlak kepada murid. Pendidikan seringkali mendapat masalah kekurangan jumlah guru. Terutama guru-guru terampil atau yang bersertifikasi.
Penyebaran jumlah guru di sekolah kadangkala tidak merata, sehingga ada yang kelebihan dan kekurangan tenaga pendidik. Bukan hanya masalah jumlah guru, persoalan lain yang muncul adalah gaji guru yang rendah, kurangnya perhatian pemerintah pada status guru, seperti guru honorer, dan masih banyak masalah lainnya.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.