Aneta*
PIRAMIDA.ID- Pandemi Covid-19 yang telah terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia menjadi kendala bagi seluruh masyarakat tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan tetapi juga ekonomi berupan lonjakan pengangguran yang menyebabkan timbulnya tindakan kriminalitas selama pendemi di kalangan masyarakat.
Beberapa kebijakan yang dilakukan, seperti relaksasi pajak, relokasi anggaran pembangunan, sosialisasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Karena pandemi ini banyak lapangan kerja yang terpasak ditutup ditambah lagi adanya kebijakan PSBB yang mengharuskan bekerja dari rumah yang membuat masyarakat kelas bawah kesulitan memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Tentu saja hal tersebut membuat masyarakat menjadi semakin resah, karena tidak hanya kondisi kesehatan mereka yang sedang terancam tetapi juga keberlangsungan kehidupan mereka.
Dengan adanya tekanan seperti ini menyebabkan mereka melakukan perilaku menyimpang. Beberapa pelaku mengaku terpaksa melakukan hal tersebut karena tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Fenomena munculnya kriminalitas di tengah pandemi Covid-19 dapat dianalisis menggunakan perspektif sosiologi Robert K Merton mengenai situasi anomi dan cara beradaptasi individu.
Perlu dipahami bahwa tindak kriminal yang dilakukan individu dalam konteks pandemi tidak serta merta bahwa mereka secara sadar memiliki keinginan untuk melakukannya.
Struktur sosial dalam kondisi pandemi membawa mereka ke dalam situasi anomi, yaitu situasi di mana terdapat ketegangan dan ketidakstabilan dalam struktur sosial yang membuat individu mengalami tekanan dan akhirnya melakukan tindakan yang menyimpang, salah satunya tindak kriminal.
Ketegangan dan ketidakstabilan tersebut tentu dipicu oleh pandemi Covid-19 yang kemudian berimbas salah satunya pada kondisi ekonomi masyarakat. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, pemenuhan kebutuhan hidup di tengah pandemi tidak menjadi persoalan berarti, namun bagi masyarakat kelas menengah ke bawah hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja belum tentu dapat terpenuhi.
Di sini dapat dilihat bahwa tujuan masyarakat dalam kondisi pandemi adalah bertahan hidup, setidaknya sampai pandemi berakhir.
Namun tujuan tersebut tidak dapat diakses oleh semua jenis kelas dalam masyarakat dengan menggunakan cara-cara yang tidak menyimpang. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas cara yang ditempuh tentu saja tidak menyimpang, karena mereka masih memiliki sejumlah tabungan ataupun masih berpenghasilan.
Namun bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak memiliki tabungan maupun penghasilan tetap, mereka dipaksa oleh situasi untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di sinilah terjadi apa yang disebut Merton sebagai anomi.
Merton merumuskan cara-cara bagi individu dalam beradaptasi dengan situasi tertentu, baik itu situasi stabil maupun tidak stabil seperti saat pandemi. Adaptasi yang dimaksud berkaitan dengan pemenuhan tujuan masyarakat dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks pandemi.
Di masa pandemi ini tujuan masyrakat adalah bertahan hidup samapai pendemi berakhir, bagi masyarakat kelas menengah ke atas mereka bisa bertahan hidup dengan memakai tabungan mereka dan penghasilan tetap, tetapi tidak dengan masyarakat kelas bawah untuk bertahan hidup mereka melakukan penyimpangan misalnya seperti mencuri, merampok, menjambret, membegal.
Untuk mengatasi maraknya tidakan kriminalitas di masa pandemi ini pemerintah melakukan pembagian sembako ada juga uang yang dibagikan ke masyarakat setiap bulan meski tidak seberapa dan keringanan serta relaksasi kewajiban ekonomi masyarakat. Tetapi kontrol pemerintah tidak cukup karena banyaknya keterbatsan. Sehingga tidak meratanya pembagian sembako yang pemerintah berikan.
Untuk mengatasi hal ini kita sebagai manusia harus memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, memiliki tanggung jawab, dan solidaritas yang tinggi. Seperti saling berbagi alat kebutuhan bahan pangan alat menunjang protokol kesehatan, sehingga pelaku-pelaku kriminal tidak lagi melakukan penyimpangan.(*)
Penulis merupakan mahasiswa Umrah prodi Sosiologi.