PIRAMIDA.ID- Lavender menjadi salah satu tanaman yang terkenal dan digunakan sejak dahulu kala. Tanaman ini memiliki sifat antimikroba. Biasanya dimanfaatkan untuk menurunkan kecemasan, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan luka, dan lain-lain.
Dilansir dari Ancient Origins, catatan penggunaan lavender paling awal berasal lebih dari 2.500 tahun lalu. Bukti penggunaannya ditemukan di mumifikasi Mesir kuno dan pemandian umum Romawi awal.
Diyakini bahwa lavender berasal dari Kepulauan Hyeres Yunani. Dibawa ke Prancis, Spanyol, Italia, dan Inggris oleh orang Arab sekitar 600 SM. Referensi penggunaan lavender juga tertulis dalam Alkitab terutama di Injil Lukas, Injil Yohanes, dan Kidung Agung. Tanaman ini disebut sebagai “spikenard” yang merupakan nama aslinya.
Ramuan lavender begitu banyak digunakan dalam ritual suci pada waktu itu sehingga sangat berharga. Istilah “spikenard” berasal dari tanaman yang disebut “nardus” atau “Nard” secara sepintas karena sering dibuat menjadi esens suci di kota Naarda, Suriah.
Namanya diubah menjadi lavender beberapa waktu kemudian oleh orang Romawi, yang berasal dari kata kerja Latin “lavare” yang berarti “untuk mencuci.” Pada abad pertengahan dan Renaisans, wanita tukang cuci di seluruh Eropa disebut “lavender.” Karena mereka meletakkan cucian mereka yang baru dicuci di atas semak-semak lavender untuk memberi mereka bau yang menyenangkan.
Lavender sangat sering digunakan untuk mandi sehingga sangat populer di kalangan bangsawan yang memiliki lebih banyak akses ke tanaman itu. Terutama Raja Louis XIV yang dikenal menggunakan lavender di kamar mandinya untuk mengharumkan air.
Selain itu, dikatakan pada abad ke-16 tanaman yang memiliki bunga warna ungu ini sering digantung di atas kusen pintu untuk mencegah masuknya roh jahat. Disebutkan bahwa jika memiliki lavender di dalam rumah akan mencegah terjadinya hal buruk.
Terkait dengan penggunaan lavender untuk kebutuhan medis, konsep antimikroba belum sepenuhnya dipahami di masa lalu. Meski begitu banyak tercatat korelasi antara penggunaan lavender dan pengobatan penyakit umum. Pada abad ke-12, Hildegard dari Bingen, seorang santo dan biarawati Jerman, mengklaim bahwa “air lavender” campuran vodka atau gin dengan lavender akan menyembuhkan migrain.
Seorang dokter Yunani bernama Dioscorides menulis dalam jurnal medisnya bahwa ia menggunakan lavender sebagai obat oral untuk mengobati gangguan pencernaan, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Dia juga mengatakan itu bisa digunakan untuk mencegah infeksi luka luar.
Teori-teori ini kemudian dikonfirmasi lebih lanjut oleh John Parkinson, seorang ahli herbal Inggris dari abad ke-16. Parkinson mengklaim bahwa lavender sangat baik untuk nyeri kepala dan otak serta diberikan secara teratur untuk sakit kepala. Lalu ada Raja Charles VI dari Prancis, meminta sarung bantalnya memiliki lavender segar di dalamnya sehingga dia bisa tidur nyenyak.
Pengobatan tradisional Asia adalah yang pertama mengklaim manfaat lavender untuk stres dan kecemasan. Ramuan ini secara tradisional digunakan untuk tujuan “pendinginan” pada luka bakar dan luka lainnya. Tetapi mereka juga menggunakannya untuk “menyejukkan hati”, yang akan menenangkan pikiran dan melepaskan ketegangan dari tubuh.
Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia Prancis pada 1930-an, menemukan manfaat dari lavender ketika dia terbakar di labnya. Dia menggunakan minyak lavender pada luka bakar dan menemukan bahwa lukanya tidak hanya tidak terinfeksi, tetapi sembuh lebih cepat daripada dengan salep lainnya.
Penemuan Gattefosse mengilhaminya untuk menciptakan istilah “aromaterapi,” mengacu pada pengobatan dengan tanaman aromatik seperti lavender. Karena karyanya, lavender digunakan selama Perang Dunia II untuk menyembuhkan luka tentara.
Sementara itu, lavender dapat ditanam di rumah untuk penggunaan pribadi. Tanaman biasanya membutuhkan sinar matahari langsung yang cerah dan tanah yang dikeringkan dengan baik untuk tumbuh secara maksimal.(*)
National Geographic Indonesia