Oleh: Ticklas Babua-Hodja*
PIRAMIDA.ID- Waktu merintis pendirian pabrik filter knalpot kendaraan di Hunan, China, Erizeli Jely Bandoro sempatkan mampir ke museum Mazedong. Erizeli sempat lama di rumahnya yang sangat bersahaja. Erizeli juga berkunjung ke sekolahnya di Dongshan, Shaoshan, Changsha. Mao lahir pada 26 desember 1893. Walau dia dibesarkan dengan tradisi Konfusianisme namun dia tidak begitu tertarik dengan tradisi klasik itu.
Mao cepat sekali dewasa. Itu sebabnya usia 13 tahun, dia dinikahkan dengan Luo Yixiu gadis berusia 17 tahun. Saat itu Mao tidak bisa menolak. Perkawinan berakhir dengan kematian Luo Yixiu. Kelak dia menjadi penentang tradisi kawin paksa di China. Dari remaja, Mao sudah gemar membaca buku. Dia gandrung dengan novel Romance of the Three Kingdoms maupun Water Margin. Buku sejarah George Washington, dan Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte.
Tulisan Zheng Guanying yang memberikan pencerahan politik menentang sistem monarki menuju masyarakat egaliter. Dia juga terinspirasi Wang Tai Yu, ulama besar China abad 17. Dia lahap habis buku” Chinese Gleams of Sufi Light”. Kelak dalam Revolusi Kebudayaan, Mao inginkan Islam seperti tulisan Wang Tai Yu. Bagaimana agama bisa melahirkan semangat kemandirian di tengah masyarakat. Dia tutup semua masjid, klenteng. Dia anggap itu simbol feodalisme.
Semua tokoh agama dikirim kamp kerja paksa.
Tahun 1911, Revolusi Xinhua meletus. Kaum revolusioner bergerak serentak menjatuhkan monarki. Mao ikut arus gelombang revolusi. Dia keluar dari sekolahnya untuk bergabung dalam tentara revolusi di bawah jargon Kuomintang (Partai Nasional), yang dipimpin Sun Yat-sen. Kuomintang menggulingkan monarki di 1912, dan mendirikan Republik China. Setelah itu dia mengundurkan diri dari ketentaraan revolusi. Mao kembai ke masyarakat. Dia pernah masuk akademi polisi. Tapi gagal. Sekolah teknik. Gagal.
Kemudian dia masuk sekolah guru seraya bekerja di perpustakaan. Dia bisa membaca, belajar secara otodidak tetap apa saja. Lulus.
Kali pertama Mao mengenal sosialisme dari tulisan Jiang Kanghu di koran (kliping koran ini masih ada di Museum Mao). Petugas meseum menyebut bahwa Jiang Kanghu adalah binaan dari Ong Soong Lee, yang saya tahu itu adalah nama lain dari Tan Malaka yang pernah mengajar d Xiamen. Setelah lulus, Mao hijrah ke Beijing. Bekerja di perpustakaan di Universitas Beijing. Saat itu, dia mendengar adanya Revolusi Bolshevik di Rusia yang kemudian berujung pendirian Uni Soviet. Pada 1921, Cheng Duxiu dan Li Dazhao mendirikan Partai Komunis China di Shanghai, dan Mao masuk di dalamnya melalui cabang Changsha.
Di 1923, Sun Yat-sen memulai kebijakan untuk menjalin kerja sama dengan komunis yang mulai berkembang pesat. Mao menghormati Sun Yat-Sen karena memimpin barisan nasional dengan cara modern. Namun setelah Sun meninggal tahun 12 maret 1925, digantikan oleh Chiang Kai-shek.
Mao memutuskan berseberangan. Karena Chiang Kai-shek bermental feodal seperti tradisi klasik China. Chiang Kai-shek dengan dukungan asing membersihkan semua gerakan komunis. Mao meradang. September 1927, Mao memimpin pasukan petani melawan Kuomintang. Kalah total. Dia dan pasukanya mereka melarikan diri ke Provinsi Jiangxi.
Di Jiangxi, Mao membentuk gerilyawan yang kuat. 14 Oktober 1934, Pasukan Merah berkekuatan 85.000 orang 15.000 kader partai melakukan Long March untuk menghindari kejaran pasukan Kuomintang. Selama 12 bulan, mereka bergerilya menuju Yanan yang berada di kawasan utara China. Lebih separuh pengikutnya meninggal dalam longmarch itu.
Namun dalam perjalanan itu Mao berhasil menarik perhatian rakyat. Dia gunakan kesempatan beroerasi di setiap desa yang dia singgahi. Akibatnya pemikiran sosialis anti kelas berkembang cepat di China. Relawan komunis terus bertambang menambah kekuatan Mao.
Kekaisaran Jepang menginvasi China yang memaksa Chiang Kai-shek mengungsi ke Nanking. Pasukan Kuomintang yang kehilangan sejumlah kawasan utama membuat. Kuomintang membujuk Mao bergabung melawan Jepang. Mao diangkat sebagai pemimpin militer. Sikap Jepang yang dianggap brutal membuat banyak orang bergabung dengan Pasukan Merah.
Di Agustus 1940, Mao memerintahkan Serangan Ratusan Resimen di mana 400.000 pasukan menyerang Jepang di lima provinsi secara simultan. Serangan itu terbukti sukses dengan 20.000 tentara Jepang terbunuh. Namun setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua. Kuomintang mendapat bantuan dari AS, menghabisi Komunis bersama Mao dan pasukannya. 21 Januari 1949, tentara Kuomintang menderita kekalahan besar menghadapi pasukan Mao, dan memaksa Chiang beserta pengikutnya pindah ke Formosa (Taiwan).
Pada 1 Oktober 1949, Mao mengumumkan berdirinya Republik Rakyat China. Mao mengorganisir reformasi tanah, baik melalui cara persuasi maupun paksaan. Dia mempromosikan status perempuan, menggandakan populasi warga terdidik, meningkatkan minat literasi, dan mengembangkan layanan kesehatan. Namun lagi lagi pembelaannya kepada kaum miskin mendapat tantangan dari kaum feodal. Sehingga apapun program pro rakyat miskin dibajak oleh kaum feodal. Program Lompatan Besar ke Depan” gagal total. Mao membuat keputusan berani dengan mengizinkan istrinya Jiang Qing menggerakan revolusi kebudayaan.
Kaum terdidik dan bermental feodal dia kirim ke kamp kerja paksa. Bagi Mao mereka adalah krikil dalam sepatu. 25 juta orang mati selama revolusi kebudayaan. China lama jadi debu. Setelah revolusi kebudayaan berakhir, Deng tampil memimpin, China baru. Kini China menjadi kekuatan ekonomi dunia.(*)
Penulis merupakan Pemuda Halmahera yang gemar membaca dan menulis.