Andry Napitupulu*
PIRAMIDA.ID- Tanggal merah pertama di bulan Mei jatuh pada hari Sabtu, 1 Mei 2021 yang merupakan Hari Buruh Internasional. May Day ini merupakan hari persatuan, kebersamaan, dan kelahiran kembali; hari bagi semua orang untuk berkumpul dan merayakan kehidupan. May Day ini telah lama menjadi titik fokus demonstrasi oleh berbagai kelompok komunis, sosialis, dan anarkis.
Kata “buruh” dalam artian orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah, pekerja. Dengan begitu pastinya masyarakat indonesia tergolong dalam mayoritas yang pekerjaannya sebagai buruh.
Istilah “mayday” ini digunakan untuk menandakan keadaan darurat yang mengancam jiwa terutama oleh penerbang dan pelaut. Di beberapa negara, istilah “mayday” ini juga digunakan oleh organisasi lokal seperti pemadam kebakaran, polisi, dan organisasi transportasi.
Lahirnya Hari Buruh dilatarbelakangi pada saat peristiwa “Kerusuhan Haymarket” pada tahun 1886 tentang Aksi Pemogokan menuntut 8 jam kerja dalam sehari. Ratusan ribu kelas pekerja yang berkeinginan kuat menghentikan dominasi kelas borjuis pada saat itu.
Pertanyaannya, lantas pada masa era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, apa yang bisa atau yang dapat dilakukan pemuda saat ini untuk menanggapi mengenai May Day?
Mungkin, pemuda harus antusias menanggapi mengenai hal ini karena pada zaman dulu para buruh dikucilkan oleh kaum-kaum borjuis yang sesuka hatinya menindas para buruh, untuk itu pemuda kali ini harus menjadi indikator untuk menanggapi hal ini dikarenakan di negara Indonesia sangatlah jelas, masyarakat Indonesia bisa dikatakan 55% adalah pekerja di dalam usaha milik orang.
Di era reformasi ini apalagi di masa pandemi Covid-19 para buruh pastinya dilema akan keadaan dipandemi Covid-19, mulai dari minimnya pendapatan untuk membutuhi kehidupan atau untuk membutuhi keluarganya masih kurang dimasa pandemi Covid-19 ini, dan bahkan adanya UU Cipta Lapangan Kerja para buruh semakin ditindas oleh ketidakadilan yang dilakukan para kapitalis, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, tapi beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Perkataan Bung Karno pada saat itu ia sedang berpidato di depan masyarakat Indonesia membuat para putra-putri bangsa Indonesia menjadi semangat untuk merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, bahkan para pahlawan-pahlawan yang ikut berjuang pada saat itu sebagian para buruh.
Walaupun Indonesia yang katanya sudah merdeka, tapi tetap saja para buruh masih dirampas hak-haknya oleh para borjuis (golongan masyarakat menengah ke atas) yang sesuka hatinya berbuat kejam kepada para buruh.
Kali ini para buruh butuh pemuda antusias yang rela memberikan pengorbanan kepada para buruh dan rakyat yang ditindas oleh ketidakadilan, agar sebagian para buruh juga sadar bahwasanya hak-hak mereka sudah dirampas selama bekerja di suatu usaha para kaum borjuasi.
Bukan lagi hal yang aneh ketika kita lihat pada saat memperingati Hari Buruh, para buruh turun ke jalan untuk memboikot jalan-jalan yang ada di lintasan kota bahkan di lintasan jalan raya. Untuk itu, apa hal yang menarik untuk dilakukan ketika memperingati Hari Buruh?
Jika pemuda tidak antusias menanggapi hal ini, berarti selama ini para pahlawan-pahlawan yang berjuang untuk memerdekaan negara ini yang katanya Indonesia sudah merdeka tidaklah menjadi suatu panutan atau turut dicontoh untuk berjuang dalam merebut hak-hak para buruh kembali, supaya para buruh tidak lagi dilema akan keadaannya pada saat ini dan supaya parah buruh juga dapat semangat untuk berjuang demi hak mereka masing-masing selaku menjadi para buruh yang bekerja di usaha orang lain.
Harus bisa dipastikan supaya pemuda yang antusias dapat menjadi indikator bukan lagi terhadap para buruh melainkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, karena masih banyak masyarakat belum sadar bahwasanya hak-hak mereka telah dirampas bahkan mungkin belum mengetahui bagaimana sistem yang telah diatur oleh pemerintahan negara indonesia saat ini. Sangat miris jika dilihat bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia saat ini.
Harapannya pemuda menjadi garda terdepan untuk memberikan hal yang baru kepada masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai buruh, dan pemuda harus membela kebenaran dalam setiap ketidakadilan yang dilakukan oleh para kaum-kaum borjuis saat ini.
Jangan sampai masyarakat Indonesia tidak memiliki HAM selaku warga negara Indonesia, jika tidak memiliki HAM Bagi setiap warga negaranya, maka negara Indonesia belum bisa dikatakan merdeka.
Semoga ke depannya para pemuda-pemuda saat ini dapat menjadi indikator untuk berjuang demi memperjuangkan bangsa dan negara Indonesia. Karena kemungkinan seperti yang dikatakan Tan Malaka, “Akhir dalam perjuangan adalah kematian.”
5 Sumpah Buruh Indonesia yang sering diserukan pada saat setiap aksi-aksi yang ada mengenai para buruh:
Pertama, “Kami buruh Indonesia bersumpah. Bertanah air satu, tanah air tanpa dikuasai asing.”
Kedua, “Kami buruh Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang ber-Pancasila.”
Ketiga, “Kami buruh Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa yang bermartabat dalam solidaritas.”
Keempat, “Kami buruh Indonesia bersumpah, bercita-cita satu, bekerja tanpa perbudakan.”
Kelima, “Kami buruh Indonesia bersumpah, menolak Omnibus Law yang mengebiri kesejahteraan rakyat Indonesia.”
Selamat Hari Buruh.
Hidup Buruh!!!
Merdeka✊
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Simalungun. Aktif di GMKI Cabang Pematangsiantar-Simalungun.