PIRAMIDA.ID- Gading pada gajah sebenarnya adalah gigi mereka. Lebih tepatnya, gading adalah gigi taring yang sangat panjang.
Manusia juga memiliki gigi taring – letaknya ada di bagian depan mulut dan digunakan untuk mengoyak makanan. Pada gajah, gigi taring ini terletak di rahang bagian atas dan terus tumbuh sepanjang hidup mereka.
Gading ini adalah salah satu ciri khas gajah yang paling menonjol, selain tubuh mereka yang sangat besar dan belalai yang panjang (ini adalah salah satu bagian tubuh yang paling luar biasa dan serbaguna di dunia hewan – tapi itu cerita untuk lain waktu).
Pada gajah Afrika, baik jantan maupun betina memliki gading, sementara pada gajah Asia gading hanya dimiliki oleh individu jantan.
Kita menggunakan gigi taring hanya untuk mengoyak makanan, sementara gajah menggunakan gading mereka untuk beragam aktivitas, dari menggali lubang dan menyobek kulit pohon hingga bertarung dengan gajah atau hewan lain. Bahkan, mereka juga mengistirahatkan belalai mereka di atas gading.
Secara umum, gajah jantan memanfaatkan ukuran mereka yang sangat besar untuk menakuti lawan sekaligus menarik perhatian para betina.
Ukuran tubuh sangat penting untuk menarik perhatian lawan jenis, sedemikian penting sehingga gajah jantan dewasa telah berevolusi menjadi dua kali lebih besar dari gajah betina dewasa, bahkan mencapai tujuh ton. Ini sama beratnya dengan empat mobil keluarga – lengkap dengan penumpang. Sesuai dengan itu, gading mereka juga seringkali berukuran lima hingga tujuh kali lebih besar dari gading milik gajah betina.
Salah satu gading terbesar yang pernah tercatat merupakan milik seekor gajah tua bernama Ahmed, yang hidup di Kenya hingga usia 65 tahun. Gading miliknya memiliki panjang 3m, dan masing-masing beratnnya 67kg. Ini 5kg lebih berat dari rata-rata manusia dewasa.
Saking besarnya gading milik Ahmed, rumornya ia harus berjalan mundur untuk naik ke atas bukit. Meskipun menarik, kemungkinan besar cerita ini tidak benar.
Berkat perlindungan dari presiden Kenya pada waktu itu, Ahmed bisa hidup hingga nafas terakhirnya, dan mati karena usia tua pada tahun 1974. Sayangnya, kebanyakan gajah lain tidak mengalami hidup yang seindah Ahmed.
Harga yang harus dibayar untuk gading
Manusia sejak dulu sangat tertarik dengan gading gajah yang sangat indah. Hingga saat ini, gading gajah adalah salah satu bahan yang paling berharga di alam.
Sayangnya, permintaann yang tinggi untuk gading telah menyebabkan kematian ribuan gajah di Afrika, karena satu-satunya cara mengambil gading mereka adalah dengan membunuh mereka terlebih dahulu. Yang menjadi target seringkali gajah yanng paling tua dan paling besar – karena mereka memiliki gading yang juga paling besar, atau dalam hal ini paling berharga.
Hal ini tidak hanya tragis untuk individu gajah, tapi juga populasi gajah secara lebih luas, mengingat para gajah yang paling tua dan paling bijak memiliki peran kepemimpinan yang sangat penting dalam komunitas mereka.
Bahkan, kami melakukan berbagai eksperimen yang menunjukkan bahwa para gajah betina yang paling tua, yang juga menjadi pemimpin dalam kelompok keluarga di komunitas mereka, jauh lebih handal ketimbang gajah betina yang lebih muda dalam membedakan antara singa jantan yang berbahaya dengan singa betina hanya berdasarkan suara auman mereka.
Pembunuhan gajah untuk mendapatkan gading mereka telah menyebabkan gajah memiliki gading yang lebih kecil dibandingkan beberapa abad yang lalu (penelitian tahun 2015 menunjukkan penurunan sekitar 21%-37%).
Lebih dari itu, pada daerah di mana umum terjadi pembunuhan gajah secara ilegal, terdapat peningkatan tajam jumlah gajah yang bahkan tidak memiliki gading sama sekali. Padahal, dalam populasi yang sehat biasanya hanya terdapat 2 atau 3 dari setiap 100 gajah yang tidak memiliki gading. Tapi, di salah satu populasi di Mozambique, angka ini mencapai 32%.
Para gajah tersebut bisa jadi lebih aman karena kemungkinannya lebih kecil untuk dikejar oleh pemburu gading. Peluang hidup dan reproduksi yang lebih tinggi ini bisa jadi menjelaskan mengapa kehadiran gajah tanpa gading menjadi lebih umum dalam populasi (saat ini sedang berlangsung beberapa penelitian untuk mengkonfirmasi apakah ini yang memang terjadi). Yang kita belum tahu adalah seperti apa jadinya hidup gajah apabila mereka tidak memilki gading – terutama saat mereka makan atau berinteraksi dengan gajah lain.
Kabar baiknya, ketika gajah diberikan perlindungan dan kebebasan untuk jalan-jalan, populasi mereka dapat berkembang dengan baik. Ada banyak proyek konservasi yang bagus di Afrika dan Asia yang berupaya untuk memastikan para gajah – dan tentunya gading mereka – bisa tetap menjadi bagian penting dari alam hingga bertahun-tahun ke depan.
Dengan mengurangi secara drastis jumlah gajah yang dibunuh untuk gading mereka, kita bisa melindungi berbagai populasi yang tersisa, dan mungkin menghentikan, bahkan membalikkan, tren penurunan ukuran gading yang sedang terjadi.
Siapa tahu? Mungkin ada gajah muda di Afrika yang pada masa akan memiliki gading yang sama besarnya dengan gading raksasa milik Ahmed.
Bagaimana dengan rambut?
Menariknya, gajah dan manusia sama-sama memiliki rambut. Bahkan, semua mamalia akan memiliki rambut dalam hidup mereka, bahkan paus dan lumba-lumba. Hanya saja jumlahnya berbeda-beda, dan tergantung seberapa berguna rambut tersebut dalam membuat tubuh mereka tetap hangat.
Gajah, misalnya, memiliki tutupan rambut keriting yang tipis di sekujur tubuh mereka, yang hanya bisa dilihat jika kita sangat dekat. Bandingkan dengan berang-berang laut, yang memiliki rambut yang sangat padat dibandingkan mamalia lain: 130.000 helai rambut per sentimeter persegi.
Sementara itu, kepala manusia hanya memiliki antara 124-200 helai rambut per sentimeter persegi.
Bagi berang-berang laut, kegunaan dari bulu yang padat adalah untuk menjaga suhu tubuh mereka saat berada di lautan yang dingin. Sebaliknya gajah harus menjaga tubuhnya tetap dingin di lingkungan yang panas, sehingga tentunya memiliki rambut yang lebih sedikit.(*)
The Conversation