PIRAMIDA.ID- Kisah horor hantu-hantu perempuan telah lama hidup dalam benak masyarakat Indonesia puluhan tahun lamanya. Cerita ini terus tumbuh dalam tradisi tutur hingga industri film, menjadikan cerita hantu perempuan panjang umur.
Misalnya saja bisa dilihat dari film Pengabdi Setan versi anyar tahun 2017 karya Joko Anwar. Karya ini dinobatkan menjadi film horor Indonesia terlaris sepanjang masa.
Penonton Indonesia rupaya memang suka ditakut-takuti oleh ibu yang menyeramkan dalam film tersebut. Karakter Mawarni Suwono alias Ibu (diperankan Ayu Laksmi) sebelum jadi hantu adalah seorang penyanyi/seniman
Karena profesi inilah, awalnya pernikahannya tidak direstui. Bahkan karena ingin punya anak, karakter ibu itu harus bergabung dalam sekte pengabdi setan.
Beberapa hantu perempuan yang populer di Indonesia pun memiliki alur cerita yang serupa. Seperti bisa dilihat dari cerita kuntilanak, sundel bolong, dan Si Manis Jembatan Ancol.
Hantu kuntilanak sering dikisahkan sebagai seorang perempuan yang meninggal ketika sedang melahirkan anak. Arwahnya kemudian bergentayangan untuk mencari para bayi yang baru lahir.
Bayi yang telah diculik oleh kuntilanak akan sulit untuk ditemukan. Walau nantinya ditemukan, bayi itu sudah dalam kondisi meninggal.
Ada lagi kisah tentang hantu sundel bolong yang malah lebih tragis. Hantu berambut panjang ini populer dikisahkan sebagai seorang perempuan yang diperkosa hingga hamil.
Karena kehamilan yang tidak diinginkan membuatnya depresi sehingga memilih untuk bunuh diri. Dari dalam kubur, perempuan ini kemudian melahirkan dengan luka besar di punggung. Lubang inilah yang menjadi sumber penamaan “bolong” dalam penokohan hantu Sundel Bolong.
Sementara Si Manis Jembatan Ancol, merupakan kisah hantu populer bagi masyarakat Betawi. Konon nama aslinya Mariam, seorang gadis cantik yang bekerja di rumah saudagar kaya.
Karena kecantikan ini, majikannya ingin menikahinya, namun ia tidak mau dan melarikan diri. Dirinya pun ditangkap, orang suruhan majikannya ini pun melakukan kekerasan hingga rudapaksa kepada Mariam.
Mariam kemudian meninggal dan jasadnya dibuang begitu saja di sawah. Konon ia meninggal di sekitar Jembatan Ancol. Kematian yang tidak wajar itu membuat arwah Mariam bergentayangan.
Hal yang paling menarik tentunya, dari semua kisah hantu perempuan di Indonesia dibintangi satu nama, Suzanna yang dikenal sebagai ikon hantu dalam sejarah modern film horor Indonesia. Saat itu Suzanna sudah menjadi bintang dan salah satu aktris dengan bayaran tertinggi di Indonesia.
Mengapa harus perempuan?
Dari semua kisah tersebut terbentuk sebuah benang merah yaitu kekerasan seksual, ketidakadilan, dan proses balas dendam dari seorang perempuan. Dominasi hantu perempuan disebut sebagai realitas yang terjadi di masyarakat.
Gita Putri Damayana menghubungkan popularitas hantu perempuan dengan rendahnya akses perempuan dalam meraih keadilan. Seperti untuk layanan kesehatan dan keamanan dari tindak kekerasan.
“Si Manis Jembatan Ancol dan sundel bolong adalah perempuan korban kekerasan seksual yang menjadi hantu untuk menuntut keadilan,” tulis Gita yang merupakan peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) dinukil dari The Conversation.
“Sementara, kuntilanak dan sundel bolong gagal mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Mereka meninggal bersama dengan bayi mereka saat persalinan.”
Mengutip data Kementerian Kesehatan, Gita mengungkapkan, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia pada 2015 mencapai 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup. Namun masyarakat malah menyebut perempuan yang meninggal karena melahirkan akan menjadi hantu.
“Padahal kalau misalnya mau mengutip ajaran agama Islam, ibu yang meninggal ketika melahirkan itu levelnya sama dengan jihad ketika meninggal di pertempuran, di medan perang. Tetapi ini di publik justru yang diwariskan itu ingatannya bahwa perempuan yang meninggal ketika melahirkan itu menjadi hantu,” ujar Gita.
Lebih menyeramkan lagi menurut Gita adalah kasus rudapaksa yang dikisahkan dalam sosok sundel bolong dan Si Manis Jembatan Ancol. Bedasarkan data, satu dari 3 perempuan Indonesia berusia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual selama hidupnya.
“Angka tingkat pemerkosaan di Indonesia selama tahun 2015 mencapai 1.739 kasus berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Bandingkan dengan total angka pencurian dengan senjata tajam dan api pada tahun yang sama adalah 1.097; masih lebih rendah dibanding perkosaan,” ucapnya yang mengutip data dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016 (BPS).
Gita menyebut dua hal yang bisa dilakukan adalah memberikan rasa keadilan dan keamanan bagi perempuan. Tentunya jika pemerkosa dari sundel bolong dihukum berat, pastinya ia tidak perlu sendirian membalas dendam bahkan dari alam baka.
Namun bila setelah menengok data yang ada tetapi tidak melakukan perubahan menyeluruh dan sistematis. Kisah hantu perempuan akan terus langgeng dalam kisah masyarat.
“Tak hanya di gambar bergerak, tetapi juga di dunia nyata,” ucap Gita.
Rasa takut kepada perempuan?
Hal berbeda diungkapkan oleh Hatib Kadir yang menyatakan bahwa munculnya hantu perempuan akibat ketakutan laki-laki mempertahankan sistem patriarki. Para hantu perempuan itu hadir seiring dengan kecemasan laki laki dalam menyikapi transisi prakapitalis ke industri kapitalisme.
Lihat saja dalam film-film hantu pada era Orde Baru (Orba), hantu perempuan akan dikalahkan oleh kiai (baca: laki-laki). Hantu ini akan dinasehati agar sadar, kemudian kembali ke jalan yang benar. Lagi-lagi yang menang adalah lelaki.
“Figur hantu perempuan menunjukkan bentuk ketakutan masyarakat patriarki, sekaligus frustrasi terhadap modernitas yang mewajibkan orang untuk harus selalu maju dan mampu bersaing,” tulis mahasiswa PhD Antropologi di University of California, Santa Cruz dalam artikel di Cinema Poetica.
“Norma kecemasan ini diproduksi dalam ratusan film horor Indonesia melalui sosok hantu perempuan.”
Menurut kajian antropologis dari Hatib, pada masyarakat Indonesia sosok perempuan selalu ditempatkan dalam posisi terhormat. Hal ini tidak terjadi karena hukum, tetapi merupakan produk alamiah dari masyarakat itu sendiri.
Hal ini misalnya terjadi dalam masyarakat yang menganut struktur kekerabatan patrilineal, seperti di Batak dan Maluku. Secara hukum seharusnya seorang laki-laki akan menempati posisi tertinggi.
“Nyatanya, pada praktik keseharian, perempuan justru punya kuasa lebih dibanding laki-laki. Jodoh memang diciptakan Tuhan, tetapi mama/ibu yang mengaturnya,” ucapnya.
Dirinya pun menukil studi antropologi James Hagen (1996) di Seram Selatan, Maluku, menunjukkan banyak anak laki-laki yang membawa lari tunangannya hanya karena ibunya tidak menyetujui hubungan mereka.
“Oleh karena itu ibu justru menjadi sosok yang ditakuti,” imbuhnya.
Daripada gender, kata Hatib, masyarakat Indonesia jauh lebih menghormati seseorang karena umur. Hal yang menarik adalah para ibu ini terkadang memiliki umur yang lebih panjang dibanding ayah.
Makin panjang usianya, makin besar pula penghormatan yang didapatkannya dari anak cucunya. Penghormatan ini lahir bukan hanya karena usia, namun juga kecakapannya menjadi seorang kepala keluarga.
“Hal-hal ini yang memicu kecemasan laki-laki. Keberadaan hantu perempuan merupakan perwujudan dari alam bawah sadar, dari ketakutan masyarakat modern terhadap perempuan,” tandasnya.(*)
Source: Good News From Indonesia