PIRAMIDA.ID- Foto–foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto. Meski mungkin Anda dapat menemukan foto–foto orang tersenyum sebelum itu.
Mengapa di awal fotografi ditemukan, orang terlihat serius dan tidak tersenyum? Ada beberapa kemungkinan.
Salah satunya adalah gigi. Angus Trumble, direktur Galeri Potret Nasional di Canberra berpendapat bahwa kesehatan gigi sebagai salah satu faktor munculnya senyum. “Kesehatan gigi yang buruk akan menghalangi orang-orang untuk membuka mulut saat berada di lingkungan sosial,” katanya.
Lainnya berpendapat karena waktu yang dibutuhkan untuk mengambil foto cukup lama. Sehingga orang-orang dalam foto tidak dapat menahan senyum cukup lama. “Beberapa di antaranya benar,” kata Todd Gustavson, kurator teknologi di Museum George Eastman. Ketika memiliki waktu eksposur yang lama, Anda akan memilih pose yang nyaman.
Christina Kotchemidova, seorang profesor yang mempelajari budaya dan komunikasi, juga mempertanyakan argumen teknologi. Ide itu berasal dari dunia kita, di mana tampaknya “alami untuk tersenyum untuk foto“. Tapi meski orang sudah terbiasa tersenyum secara alami, tersenyum di depan kamera bukanlah respons naluriah.
Ada juga yang berpendapat bahwa fotografi awal mengikuti panduan dari kebiasaan yang sudah ada sebelumnya dalam melukis. Di zaman itu, orang menganggap seringai tidak sopan dan tidak pantas. Meskipun orang-orang kudus mungkin digambarkan dengan senyum tipis, senyum yang lebih lebar dikaitkan dengan hal lain. Seperti kegilaan, cabul, kemabukan, dan segala hal yang tidak sopan.
Sehingga fotografer studio kelas atas membuat pengaturan yang elegan dan mengarahkan subjek bagaimana berperilaku. Ini menghasilkan ekspresi tenang yang begitu akrab dalam foto–foto abad ke-19.
Tetapi bahkan sejak awal, fotografer yang kurang berpengalaman mungkin melanggar norma yang ada, menurut Gustavson. Beberapa foto awal senyuman menunjukkan pentingnya konteks dalam menentukan ekspresi wajah subjek.
Misalnya foto dua perwira dalam perang Meksiko-Amerika pada tahun 1847 menunjukkan satu tersenyum. Atau foto pria Afrika-Amerika dengan tangan terangkat dengan senyuman pada tahun 1860.
Jadi masuk akal bahwa apa yang mungkin paling mengubah ekspresi formal itu adalah munculnya fotografi potret atau snapshot.
Seiring berlalunya abad, fotografi dan lukisan mulai berinteraksi, masing-masing mencoba memanfaatkan manfaat satu sama lain. Pelukis akan mencoba untuk meniru kejelasan dan spontanitas foto. Sedangkan fotografer akan berusaha untuk membangkitkan seni lukisan yang bagus. Itu juga berlaku untuk senyuman, kata Trumble. Orang-orang mulai tersenyum dengan cara yang penuh semangat dalam lukisan potret selama periode Edwardian, sekitar 1895-1914. Perubahan yang sama pun terjadi dalam fotografi.
Sebuah studi tentang foto buku tahunan sekolah menengah di Amerika Serikat menceritakan kisah serupa tentang ekspresi yang berubah. Para peneliti membuat rata-rata gambar pria dan wanita menurut dekade. Mereka menemukan bahwa rata-rata kelengkungan bibir meningkat dari waktu ke waktu. Senyum lebar diawali oleh para wanita, yang juga tersenyum lebih banyak dari para pria.
Kotchemidova berpendapat bahwa bukanlah suatu kebetulan bahwa seringai lebar adalah fenomena Amerika. Iklan memainkan peran kunci dalam penyebarannya. Frase Kodak “Anda menekan tombol, kami melakukan sisanya” adalah bagian dari perubahan dari iklan ke strategi yang lebih positif.
Metode baru ini berfokus pada kebahagiaan konsumen dengan produk. Juga menggambarkan konsumen menggunakan kamera pada saat-saat bahagia. Isyarat komersial bahwa tersenyum adalah apa yang harus Anda lakukan dalam sebuah foto sangat efektif dalam memengaruhi orang. Sekaligus mengabaikan kebutuhan untuk menjelaskan mengapa seseorang harus tersenyum ke arah kamera. Orang-orang menginternalisasi pesan dan meniru contoh di depan mereka.
Itu mungkin pelajaran paling penting dari studi tentang senyum historis. Apakah orang tersenyum atau tidak dalam foto tidak ada hubungannya dengan betapa bahagianya mereka.
Orang-orang di tahun 1800-an tidak bahagia sepanjang waktu. Baik Ratu Victoria dan Abraham Lincoln, misalnya, terkenal karena humor mereka. Meskipun mereka pasti memiliki hal-hal yang perlu dikhawatirkan, foto-foto Lincoln terkadang memiliki sedikit sudut mulut yang terbalik dan bahkan ada foto Ratu yang tersenyum langsung.
“Orang-orang dalam sejarah manusia tersenyum, tertawa, dan berperilaku kurang lebih seperti yang mereka lakukan hari ini. Mereka melakukannya secara alami dan spontan di ruang pribadi,” kata Trumble.(*)
National Geographic Indonesia