PIRAMIDA.ID- Tidak banyak orang tua yang bangga dengan anaknya yang punya nilai tinggi di mata pelajaran kesenian, tapi rendah di matematika. Seorang anak punya nilai yang sempurna di mata pelajaran kesenian, tapi rendah di pelajaran sains kadang harus jadi bulan-bulanan ketika pulang ke rumah.
Tidak sedikit kasus seorang anak yang jago menulis karya sastra, namun sulit menghafal rumus kimia, membuat orang tuanya memberi tambahan belajar. Sekolah seakan ditujukan untuk menciptakan ilmuwan, insinyur, pengajar, dan sebagainya. Tapi bukan untuk mencetak seniman.
Pernah juga ada kasus seorang anak yang pulang sebagai jawara lomba monolog tingkat nasional, tapi tak ada apapun yang didapatkannya dari pihak sekolah, juga orang tuanya. Sedangkan teman sekelasnya yang juara tiga olimpiade sains tingkat provinsi mendapat perlakuan yang berbeda.
Namun, apa sebenarnya fungsi seni di sekolah formal? Anggap saja dari tingkat SD, hingga SMA. Mengutip sedikit kata-kata Einstein, bahwa imajinasi itu lebih berharga dari ilmu pasti. Apa maksudnya?
Bukan berarti ilmu pasti itu tidak berharga. Tapi, tanpa imajinasi dan kreativitas, pemilik ilmu tersebut akan kesulitan menemukan sesuatu yang baru. Penciptaan dan penemuan, berasal dari imajinasi yang berlandas pada ilmu pasti.
Bagaimana teori gravitasi ditemukan? Issac Newton duduk di bawah pohon dan “berimajinasi” setelah melihat sebuah apel terjatuh. Tanpa imajinasi, Newton mungkin tak akan menemukan teori gravitasi.
Maka sebenarnya, fungsi mata pelajaran kesenian di sekolah bukanlah untuk mencetak seniman. Apabila ada seniman baru yang terlahir karena pelajaran kesenian, tentunya itu adalah bonus. Sebagaimana pelajaran sains pun bukan ditujukan untuk mencetak ilmuwan.
Jadi, apa sebenarnya guna pelajaran seni di sekolah formal?
Seni meminta siswa untuk tetap berimajinasi, lalu mewujudkannya. Siswa mengimajinasikan sesuatu, lalu mewujudkannya dalam gambar, puisi, musik, teater, hingga tarian. Untuk mewujudkan itu (dari imajinasi menjadi karya) dibutuhkan kreativitas.
Maka fungsi seni di sekolah formal yang pertama ialah melatih imajinasi dan kreativitas siswa.
Kemudian, seni memaksa siswa untuk tetap merespon lingkungan sosialnya, sekelilingnya, dan juga apa yang terjadi di sekitarnya. Karena itu, seni meningkatkan kemampuan sosial anak, emosionalnya, juga kemampuan berpikir kritis.
Maka fungsi seni di sekolah formal yang kedua ialah melatih kemampuan bersosial, kecerdasan emosional, serta berpikir kritis merespon apa yang ada di sekelilingnya.
Berikutnya, seni yang indah tidak bisa dihadirkan dengan singkat dan instan. Perlu latihan yang disiplin, serta peningkatakan skill untuk menjadikan karya yang menarik. Apalagi dalam konteks lomba atau festival, maka anak akan melatih dirinya dengan baik agar mampu menghadirkan karya terindah, sekaligus menorehkan prestasi.
Maka fungsi seni di sekolah formal yang ketiga ialah melatih kedisiplinan, serta mengasah skill siswa.
Terakhir, seni akan meningkatkan kecintaan seorang siswa dengan keindahan. Seni juga menjadikan siswa akan selalu menikmati dan mengapresiasi karya seni karya seniman Indonesia untuk meningkatkan persepsi estetis dan artistiknya.
Maka, fungsi seni di sekolah formal yang keempat ialah agar generasi muda di Indonesia mampu menghargai karya seniman bangsa ini. Hal itu bisa berdampak pada hidupnya ekosistem seni di setiap daerah secara khusus, dan Indonesia secara umum.(*)
Pojok Seni