Aditia Purnomo*
PIRAMIDA.ID- Rokok adalah salah satu hal yang paling berbahaya bagi masyarakat. Mengandung ribuan zat kimia berbahaya dan mengundang adiksi yang tinggi membuatnya menjadi salah satu pembunuh massal paling ditakuti dunia. Dan tentu saja, kandungan nikotin yang ada pada tembakau adalah satu yang paling berbahaya dari barang ini. Setidaknya, begitulah kata orang antirokok.
Ya, nikotin adalah hal yang tidak terpisah dari tembakau. Zat ini terkandung dalam daun tembakau yang membuat tanaman ini menjadi berbahaya buat masyarakat. Karena itu tembakau, apalagi jika sudah berbentuk rokok, harus dikendalikan. Nikotin dalam tembakau harus dapat dikendalikan.
Hal-hal macam inilah yang menjadi dalih utama mengapa rokok begitu dibenci dan dijauhkan dari masyarakat. Agar kesehatan masyarakat terlindungi, katanya. Maka dari itu rokok, tembakau, juga nikotin adalah berbahaya dan perlu diperangi.
Kampanye-kampanye negatif terhadap rokok dan tembakau dilancarkan. Orang-orang disuruh berhenti merokok karena dianggap berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Tapi karena ‘adiksi’ yang ditimbulkan, tidak semua orang bisa berhenti merokok. Untuk menyelesaikan persoalan inilah, para perokok harus diterapi. Harus mendapat alternatif konsumsi selain rokok.
Karena itulah kemudian diciptakan produk-produk alternatif atas kebutuhan nikotin masyarakat. Koyok nikotin, permen karet nikotin, rokok elektrik, juga produk terapi nikotin lainnya disediakan agar orang-orang beralih dari rokok. “Karena rokok berbahaya, maka konsumsilah produk nikotin ini,” begitu ujar orang-orang antirokok.
Entah apa yang ada di kepala orang-orang ini. Apakah dengan mengonsumsi produk yang bukan rokok, maka nikotin tidak lagi berbahaya? Nikotin yang katanya racun buat tubuh dan menyebabkan adiksi juga berbagai macam penyakit mematikan itu. Nikotin yang menjadi mesin pembunuh massal itu tidak lagi dianggap berbahaya karena tidak diproduksi dalam bentuk rokok. Sungguh hebat sekali pendapat ini.
Ada yang bilang, jika nikotin tidak dikonsumsi dengan proses pembakaran seperti rokok, maka dia tidaklah berbahaya. Jika dikonsumsi dalam bentuk produk olahan lain, selain rokok tentu saja, risiko kesehatan nikotin bakal berkurang hingga 90%. Karenanya, lebih baik mengonsumsi produk olahan lain itu ketimbang mengisap rokok.
Lebih lanjut lagi, orang-orang ini menyebut kalau tar yang merupakan senyawa hasil pembakaran adalah hal yang membuat rokok jadi berbahaya. Membuat nikotin ikut jadi berbahaya. Seandainya rokok tidak dikonsumsi dengan cara dibakar, bisa jadi rokok bukanlah hal yang berbahaya. Dan tentu saja, nikotin tidak lagi dianggap menjadi zat yang berbahaya.
Karena tidak berbahaya, maka tidak lagi perlu ada kampanye negatif terhadap nikotin. Asalkan, tentu saja ada syaratnya, barang yang dikonsumsi adalah produk olahan lain dan bukan rokok. Kalau rokok, semua jadi berbahaya. Kalau cuma koyok atau permen karet nikotin, yang tidak berbahaya. Karenanya idak perlu ada kampanye berbahaya untuk produk olahan ini.
Kalau sudah begini, saya malah jadi ingin bertanya, benarkah nikotin itu berbahaya bagi kesehatan?
Penulis merupakan kontributor di Komunitas Kretek Indonesia.