Gideon Sidharta Aritonang*
PIRAMIDA.ID- Perayaan Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia (RI) tidak lama lagi akan kita rasakan. Dalam hitungan hari, 17 Agustus 2020, di tahun-tahun sebelumnya warga Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara akan berbondong-bondong meramaikan lingkungan Lapangan H. Adam Malik.
Masyarakat akan datang berbondong-bondong ke lapangan kebanggaan ‘Siantar Men’ itu untuk menyaksikan langsung bendera pusaka berkibar di ujung tiang nan kokoh di tengah lapangan itu.
Semarak HUT ke-75 RI itu sudah dan akan terasa di awal-awal bulan Agustus tahun ini. Rumah-rumah dan per-tokoan di sejumlah ruas Kota Siantar akan terpampang jelas, bendera Sang Saka Merah Putih berkibar di ujung tiang.
Sementara di pemukiman warga, sudah disibukkan pertandingan-pertandingan untuk menyemarakkan peristiwa bersejarah untuk bangsa Indonesia itu.
Tak ketinggalan dan yang paling utama, warga akan menyelenggarakan tradisi perlombaan panjat pinang; di mana sekelompok pemuda akan bertarung untuk mencapai puncak pohon pinang yang sudah dibalur minyak, dan berjuang mengambil bendera merah putih yang ditancapkan di ujung tertinggi pohon tersebut.
Namun apakah mungkin semarak masyarakat itu akan tergerus dengan situasi pandemik COVID-19 yang sedang ‘merajai’ dunia saat ini?
Apakah semangat pemuda sekarang akan runtuh dihadapkan dengan virus corona yang sudah ‘memakan’ jutaan jiwa di dunia itu?
Nampaknya masyarakat yang faktanya belakangan ini tidak mematuhi protokol kesehatan akan merasa biasa-biasa saja — sekalipun, di sisi lain, pasien positif sudah semakin bertambah banyak di sejumlah daerah.
Sebelum dan sesudah dikeluarkannya Peraturan Wali Kota (Perwal) No. 19 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan COVID-19, masyarakat tetap saja ogah-ogahan dengan pandemik yang sedang terjadi.
Terbukti, sejak merebaknya virus corona, masih banyak kafe-kafe dan rumah makan yang dipadati warga Siantar.
Di sisi lain, pemerintah, dalam hal ini Pemko Pematangsiantar telah membuat peraturan yang melarang, bahkan akan menghukum jika ada warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Namun, aturan ini tetap saja tidak mampu mempengaruhi kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan.
***
Dewasa ini, Panitia Perayaan HUT ke-75 RI Kota Siantar telah menyetujui dan memutuskan bahwa upacara HUT ke-75 RI tahun ini tidak lagi diselenggarakan di Lapangan H. Adam Malik, seperti biasanya. Rencananya, rangkaian momen-momen sakral bagi masyarakat itu akan dapat disaksikan melalui virtual.
Setiap masyarakat dilarang melakukan aktivitas saat detik-detik proklamasi dibacakan Presiden Joko Widodo. Pembacaan itu dapat disaksikan masyarakat melalui siaran televisi.
Sementara untuk pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dapat melalui siaran langsung di Sidang paripurna DPRD Kota Siantar.
Mungkin banyak warga Siantar yang bertanya-tanya, seperti apakah nantinya suasana bermasyarakat dalam perayaan HUT ke-75 RI tahun 2020 ini?
Dan bagaimanakah nantinya pembelajaran generasi kita, yang baru akan sadar dan merasakan upacara dirgahayu Kemerdekaan RI di tahun 2020 ini?
Tentu, kita akui, suasana perayaan ini sarat dengan kebedaan yang tidak kita inginkan.
Namun, itu semua kembali ke diri kita masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan keadaan saat ini. Bagaimana pun, kita menyatukan hati untuk menerima kehidupan normal di tengah pandemik COVID-19 yang sedang terjadi.
Bagaimana juga kita menjelaskan kepada generasi kita selanjutnya, apa yang seharusnya dimaknai dalam perayaan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus tahun ini.
Tentu, bukan sekedar seremonial semata.
Bahwasanya di balik nama Indonesia, ada puluhan bahkan ratusan generasi sebelum kita yang merelakan hidupnya untuk kemerdekaan Indonesia. Untuk mendirikan suatu bangsa yang nantinya akan sebesar Indonesia kita saat ini.
Dalam kondisi kita saat ini, kondisi yang kita tidak pernah inginkan, kita juga tidak ingin banyak saudara sebangsa dan setanah air berguguran diserang virus.
Saat ini, kita hanya bisa berdoa dan meminta kepada Sang Kuasa, untuk senantiasa membuka mata, hati serta pikiran kita dalam menjalani hidup, sekarang dan selama-lamanya. Pada akhirnya, semoga kita bisa merdeka dari virus corona.
Penulis merupakan jurnalis di salah satu portal berita nasional. Dan juga Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang belum lulus-lulus juga.