PIRAMIDA.ID- “Belum makan, kalau belum makan nasi”, adalah kalimat yang sering dilontarkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia jika dihadapkan pada pertanyaan mengenai makan. Kalimat tersebut menjadi sebuah tanda, bahwa nasi (beras) sudah menjadi makanan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Hal tersebut semakin diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh BPS dalam publikasi Pengeluaran untuk Konsumsi SUSENAS 2020, bahwa hampir 100 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok.
Komoditas lain yang dikonsumsi sebagai makanan pokok adalah jagung basah, makanan berbahan tepung terigu, ketela pohon hingga makanan jadi seperti mi instan berada jauh di bawah jumlah konsumsi nasi masyarakat Indonesia.
Banyaknya produksi beras di Indonesia
Konsumsi nasi sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia didukung dengan jumlah produksi beras yang melimpah. BPS melaporkan jumlah produksi beras pada tahun 2020 sebanyak 54,6 juta ton, yang merupakan hasil dari luas area panen 10,6 juta hektare.
Provinsi dengan produksi beras terbanyak pada tahun 2020 adalah Jawa Tengah, dengan total produksi sebanyak 10,5 juta ton dari luas area panen 1,7 juta hektar.
Sementara itu, Food and Agriculture Organization (FAO) juga memberikan data yang sama mengenai hasil produksi beras di Indonesia sebesar 54,6 juta ton. Indonesia bersama sebagian besar negara di benua Asia menjadi wilayah dengan produksi beras yang melimpah.
Sebesar 90,6 persen wilayah produsen beras di dunia berasal dari Asia, termasuk Indonesia yang juga menjadi negara dengan produksi beras terbanyak ke-3 di dunia setelah China dan India.
Beberapa data tersebut menjadi alasan kuat, bahwa nasi menjadi komoditas yang paling banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia.
Konsumsi nasi di tengah masyarakat Indonesia menurun
Seiring dengan banyaknya jumlah produksi beras di Indonesia, hal tersebut tidak menutup peluang masuknya komoditas lain selain nasi untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok.
Meskipun konsumsi nasi (beras) tetap mendominasi standar makanan pokok masyarakat Indonesia, BPS melalui SUSENAS 2020 menemukan data bahwa konsumsi beras mengalami penurunan.
Berdasarkan publikasi Pengeluaran untuk Konsumsi SUSENAS 2020, konsumsi bahan baku beras oleh masyarakat Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,10 persen dari tahun 2015 hingga tahun 2019.
Sementara konsumsi bahan baku beras oleh masyarakat Indonesia sebanyak 6.977 kg pada tahun 2015 menjadi 6.412 kg pada tahun 2019.
Menurunnya pengolahan beras sebagai bahan dasar makanan pokok selama lima tahun terakhir dapat disebabkan karena faktor preferensi dalam memilih makanan.
Pengaruh rasa yang lebih enak, kepraktisan, kenyamanan, kualitas, hingga keragaman makanan lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh, menjadi alasan dalam memilih makanan lain selain nasi.
Faktor lain yang dapat menggeser pola konsumsi makanan adalah peningkatan pendapatan. Menurut hukum Bennet yaitu peningkatan pendapatan akan mengakibatkan seseorang cenderung meningkatkan kualitas konsumsi makannya.
Masyarakat dengan pendapatan rendah akan lebih mengutamakan makanan dengan karbohidrat sebagai sumber energi, yang dalam hal ini lebih banyak ditemukan pada nasi. Sementara itu, jika pendapatan meningkat maka pola konsumsi makanan akan makin banyak jenisnya.
Peningkatan pendapatan juga lazim menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan meningkatkan konsumsi makanan yang lebih bernilai gizi tinggi. Perubahan pola konsumsi makanan yaitu mengurangi makanan sumber karbohidrat dan meningkatkan makanan sumber protein, vitamin, dan mineral.
Namun, perubahan pola konsumsi tersebut juga diiringi dengan pengetahuan terhadap kualitas makanan, indikator makanan yang bergizi, dan jumlah gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Seiring dengan menurunnya konsumsi bahan baku beras dalam lima tahun terakhir, jumlah konsumsi beberapa jenis makanan justru meningkat.
Berdasarkan sumber yang sama, beberapa jenis makanan lain menjadi pilihan dalam konsumsi makanan pokok mengalami peningkatan jumlah konsumsi. Contohnya adalah konsumsi tepung terigu yang meningkat 20,38 persen dari tahun 2015 hingga 2019.
Tepung terigu diolah menjadi beberapa jenis makanan yang mengandung karbohidrat sebagai pengganti nasi, seperti roti, kue, hingga gorengan, sebagai camilan.
Selain mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, sebagian besar masyarakat Indonesia juga memberikan alternatif bagi komoditas mi sebagai makanan utama. Komoditas mi pun mengalami peningkatan jumlah konsumsi sebesar 12,56 persen, dari 2.211 porsi (2015) menjadi 2.488 porsi (2019).
Memilih nasi sebagai makanan pokok ketimbang beberapa jenis makanan yang lain dapat dikembalikan pada preferensi masing-masing individu sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan. Karbohidrat bukan satu-satunya gizi yang dibutuhkan tubuh, oleh sebab itu, imbangi dengan konsumsi kebutuhan gizi lainnya seperti protein nabati dan hewani.(*)
Good News From Indonesia