Oleh: Bagas Nurkusuma Aji*
PIRAMIDA.ID- Mengisap rokok bagi sebagian orang, termasuk saya, adalah aktivitas yang penuh makna. Karena itu, menikmatinya membutuhkan waktu dan tempat yang nyaman untuk tetap enjoy. Terdapat momen-momen yang pas dalam satu hari untuk sebats. Hal tersebut kemudian menjadikan kebiasaan tersendiri bagi saya. Kalau di momen tersebut tidak ngebul, rasa-rasanya ada sesuatu yang hilang.
Memen paling nikmat untuk merokok yang pertama adalah setelah makan. Entah kenapa, setelah makan itu momen yang pas untuk sebats. Merokok saat setelah makan itu menjadikan rasa dari rokok yang kita nikmati itu lebih nendang. Berbeda dengan saat kondisi perut yang kosong, rasanya merokok juga terasa hambar.
Hampir setiap kali sehabis makan itu saya merokok. Ya walaupun sebetulnya kalau saya gak merokok juga gak ada masalah. Hanya saja, menikmati udud setelah makan sudah menjadi kebiasaan, beda artinya dari kecanduan loh ya. Kesempatan mengisap rokok setelah makan juga menjadi lebih nikmat saat kita sedang makan dengan teman atau pacar kita.
Momen yang kedua adalah saat buang air besar. Entah kenapa momen sebats saat BAB itu terasa sangat nikmat sekali. Selain untuk menyamarkan bau tokai, sebats saat BAB itu membuat otak kita dapat memunculkan ide-ide segar.
Buang air besar itu butuh konsentrasi yang tinggi. Dengan merokok saat itu juga membuat pikiran kita menjadi rileks, BAB pun terasa semakin lancar. Rokok juga bisa menjadi alarm waktu. Kalau rokok yang kita isap sudah mencapai batasnya, pertanda juga kita harus segera mengakhiri aktivitas BAB tersebut.
Momen yang ketiga adalah mengisap rokok pas lagi ruwet mikirin kerjaan. Mengisap rokok pas lagi ruwet, dapat membantu kita untuk menenangkan pikiran. Rokok memang kawan terbaik saat menghadapi momen seperti itu. Rokok tak pernah berbohong dan mengkhianati kita. Tidak seperti mantan dari masa lalu yang mutusin hubungan tanpa alasan yang jelas. Hiks.
Secara pengalaman pribadi, rokok juga dapat membantu kita untuk menjadi lebih semangat lagi. Entah kenapa ya, saat mengeluarkan asap itu juga dibarengi dengan mengeluarkan perasaan-perasaan buruk. Mengisap rokok saat dikuasai pikiran ruwet juga membuat kondisi psikis menjadi rileks.
Momen yang terakhir adalah merokok saat waktu sedang longgar. Setelah pulang dari kantor, saat menunggu waktu salat dan saat menonton film. Saya biasanya mengisi waktu longgar itu dengan mengisap rokok. Di momen inilah biasanya yang menghabiskan lebih banyak batang rokok dibandingkan dengan momen-momen sebelumnya.
Dengan sedikit menyibukkan diri, kita bisa lebih enak untuk mengontrol berapa banyak rokok yang harus kita habiskan dalam suatu waktu. Namun ya itu kembali ke masing-masing orang. Mengisap rokok itu sejatinya memang sudah menjadi kebiasaan, termasuk saya. Namun kalau dikatakan aktivitas merokok itu adiktif, saya rasa tidak.
Sejarah pergeseran makna habituasi ke adiktif dalam menghisap rokok sudah terjadi sejak tahun 90-an. Para antirokok membuat banyak sekali artikel yang menyebutkan bahwa merokok itu bikin candu alias adiktif. Padahal sebelum itu, rokok itu hanya dianggap sebagai habituasi alias kebiasaan.
Memang sih di momen-momen tertentu semisal habis makan, atau saat buang air besar dan sedang ngobol bareng temen itu kalau tidak dibarengi dengan mengisap rokok ada sesatu yang kurang. Namun kalaupun tidak merokok saat momen tertentu itu tadi, juga sebetulnya tidak ada masalah. Tidak lantas membuat kita sakaw. Logika-logika antirokok seperti ini yang seharusnya dianulir.
Kalau memang mau bicara suatu barang konsumsi yang menimbulkan adiksi, semua ada tingkat adiksinya masing-masing. Semisal meminum kopi ataupun mengunyah pop corn saat nonton film, itu harusnya juga termasuk kedalam kategori adiktif dong.
Kebiasaan meminum kopi tiap pagi atau memakan pop corn saat nonton film itu adalah kebiasaan bagi sebagian besar orang. Karena sudah menjadi kebiasaan, kalau setiap pagi tidak meminum kopi itu rasanya ada yang kurang, atau gak makan pop corn saat nonton film itu juga seperti ada yang hilang.
Padahal kalau gak minum kopi saat pagi hari atau makan pop corn saat nonton film itu juga gak ada masalah. Tidak lantas terus pingsan atau sakaw karena lupa minum kopi di pagi hari. Kan tidak seperti itu juga. Namun hanya rokok saja yang selalu disudutkan karena dianggap sebagai barang adiktif. Itu logika kacau antirokok yang sampai sekarang sulit saya pahami.(*)
Penulis merupakan Komunitas Kretek Indonesia.