Rusdian Malik*
PIRAMIDA.ID- Namanya Orochimaru, ia anak yang paling pintar dari semua teman-temannya. Sejak TK hingga kuliah ia selalu meraih nilai yang tertinggi. Ia pandai matematika, fisika, kimia, filsafat, berbakat di kedokteran, juara cerdas cermat, jago panco, lari cepat bahkan kuntaw dan smackdown.
Namun juga sosok yang dingin, dan ambisius. Dari penuturan orang-orang, dirinya selalu ingin menguasai apa yang belum menjadi miliknya, tak sudi tunduk, dan tak akan bertindak jika itu tak menguntungkannya.
Ia pernah bereksperimen ilegal di laboratorium kampusnya yang hasil ramuannya itu membuat para siswa keracunan, gatal-gatal, bahkan kelainan genetik, pernah membuat malu dosen di depan umum saat beradu argumen. Ia juga pernah mengobrak-abrik perpustakaan saat kedapatan mencuri buku.
Setelah gagal menghancurkan kampung Konoha beberapa tahun yang lalu, Orochimaru datang lagi ke kampung itu. Saat itu, Hokage atau pemimpin tertinggi di desa sudah berusaha menasehatinya, memberikannya petuah yang logis dan masuk akal dengan harapan dapat menyadarkannya. Namun apa dikata, kejeniusannya memancing jiwa mudanya menguji orang yang baik padanya.
Sampai akhirnya ia pun digagalkan oleh gurunya – mantan gurunya – itu dengan jurus “Dewa Kematian’ yang membuat tangannya lumpuh. Maka setelah berobat kepada mak Erot, akhirnya tangannya pulih kembali. Kali ini, dengan mengendarai gerobak sapi, ia membawa senjata pusaka pedang naga puspa yang ia curi dari Arya Kamandanu saat sedang buang hajat di tepian sungai Martapura.
Namun di sana, seperti perkiraannya, di pintu gerbang yang semula sepi mendadak bermunculan para ninja menghadangnya. Bukan hanya mereka yang sudah ia kenali seperti Naruto, Hatake Kakashi, guru Guy, Naruto, Tsunade, Jiraya dan lain-lain. Tapi, yang tak habis pikir ialah entah dari mana Gatot Kaca, Wiro Sableng, si Buta dari Goa Hantu, lima orang dengan kostum aneh yang memakai helm standar, yaitu power ranger bersenjata lengkap yang baru datang dari tugas militer di Irak juga berkumpul di sana.
Dengan lantang Orochimaru berseru, “O o o… begitu. Tangguhnyakah diriku ini hingga menyambutku, Konoha harus bersekutu dengan orang-orang dari negeri entah berantah ini!!? Aku yang datang seorang diri ini merasa tersanjung dapat beradu kekuatan dengan kalian!”
Prajurit Konoha masih tetap tenang meskipun mereka tetap siaga. Mereka tahu, Orochimaru penuh trik dan pandai bersilat lidah. Ia juga bukan orang sembarangan, sebab ia adalah legenda ninja dan berwawasan luas, semua orang harus ekstra hati-hati dengan akal bulusnya.
Minato Namikaze, pambakal generasi keempat yang ternyata masih hidup membuka kebisuan.
“Apa yang kau inginkan di sini, Orochimaru?”
“Dengan kekuatanku, bergabunglah denganku untuk menaklukkan dunia dan menciptakan era yang baru!”, Orochimaru berkata dengan mantap.
“Kisanak, rupanya kau belum berubah, tetap saja ambisius dan sombong. Apakah ketinggian hati dan sudah berkarat dipenuhi ambisi pribadi telah membutakan hatimu? Kau menghalalkan segala cara dan menghancurkan segala yang menghalangimu untuk mewujudkan cita-cita itu,”
“Padahal apa yang lagi yang lagi kurang darimu, kepintaran, fisik yang bugar, harta juga ada. Yang kurang hanyalah rasa syukur. Kau melupakan nasihat yang bijak. “Orang yang pandai bersyukur akan ditambah, orang yang tidak bersyukur akan sengsara”. Tepat, nafsu memang tak ada habisnya, tinggal manusia saja yang beingat. Sudah memiliki sepeda pengen astrea, pengen satria-F, sudah ada Satria-F pengen lagi Ninja RR,”
“Tak puas, pengen Avanza, terus lagi Honda Jazz, Escudo, Ferrari dan pesawat pribadi, terus dan terus… Orang yang tak pandai bersyukur tanda hati yang rakus. Itu adalah penyakit. Ilmu hanya masuk di otaknya, bukan hatinya. Pendidikan yang dimiliki hanya menempa fisik belaka”
“Padahal Naquib al-Attas meneriakkan dengan lantang, bahwa inti pengetahuan seyogyanya membuat orang berbudi halus, berakhlak dan beradab dengan substansi spiritual yang tinggi. Sebab, kata al-Attas, tanpa konsep ini. Ilmu akan melahirkan pribadi yang punya pengetahuan, namun akhlaknya buruk dan imannya kering”
Minato menguraikan dengan tenang namun tajam untuk menyadarkannya.
“Ah cukup..cukup ini bukan waktu yang tepat untuk berkhotbah, persetan dengan bualan itu, manis di mulut, buruk di dalam kenyataan. Ilmu kalian juga sebatas di teori bukan aplikasi. Apa kalian lupa bahwa aku adalah hasil didikan di sini? Kalian lah yang membuat aku seperti ini tau!” kata Orochimaru.
Naruto yang sudah terpancing tiba-tiba menimpali, “Apa kamu sudah gila yaa mau menghadapi kami hanya dengan sebilah pedang yang tak lebih dari lading penatak bawang gasan cacapan??!!!”
Semua yang ada di situ menjadi tertawa.
Naruto saja jadi terpingkal-pingkal sampai terkentut, terus Naruto juga pengen menceramahinya sambil membaca buku-buku karangan Nasirudin Al-Bany, Ibnu Baz dan Utsaimin dari dalam tasnya.
Sementara wajah Orochimaru tetap tenang menimpali, “Ckckck Naruto, sok tau lho! Sudah sana belajar yang benar, sok alim eh malah jadi wahabi, toh pake buku-buku wahabi haha..!”
Naruto kaget dan bingung sendiri. Lebih baik kututup saja tempat ini sebab isinya sudah gak beres dan ngajarin yang ngga benerrr!!!
Semua orang jadi semakin gusar sampai ke ubun-ubun, ‘“Anak durhaka!!!”, “Penjahattt!!”, “Ouuuuuu….,” sorak yang lain.
“Beri pelajaran saja dia!”, yang lain menimpali.
“Pukuliii”, “Bungooouul…!!!!,” sahut yang lain jadi memanas.
Suasana jadi tak terkendali dan menyerang Orochimaru.
“Buk buk bugh.!!!!” beberapa orang terjungkal ditendang dan dijotosnya, Kakashi berjibaku menangkis serangan yang bertubi-tubi, Naruto terpelanting ke semak-semak, Jiraya terhempas ke dalam selokan, Gatot Kaca kena sabet di kumisnya. Sapi yang dibawa Orochimaru secara aneh juga mengamuk dan terlepas dari gerobak dan ikut menyerang.
Dua tiga ninja diseruduk sapi dan beberapa Power Ranger juga kena tanduk dan ‘nyemplung’ ke sungai.
Pertempuran pun tak dapat dihindarkan, tak mudah menandingi Orochimaro yang gesit dengan jurus-jurus ularnya. Pedang naga puspa curian itu juga melesat terbang di udara menyerang setiap orang dengan sangat berbahaya, orang-orang tunggang langgang menyelamatkan diri, mereka heran darimana ia mendapatkan pedang yang tak kalah hebat dari pedang Kusanagi itu.
Ia terus saja menyerang, namun sial, saat Orochimaru hendak mengeluarkan jurus andalannya, penyakit sangkadi-nya kambuh lagi, sangat gatal dan tak tahan untuk tidak menggaruknya. Saat itulah Kakashi dapat mencuri serangan dan melancarkan jurus mata ‘sharingan’ untuk mengganggu konsentrasi Orochimaru.
Naruto juga muncul dengan bayangan tubuh sangat banyak yang menjadikan Orochimaru kesal dan pusing. Yang lain juga tidak tinggal diam, para ninja, Superman, Wiro Sableng, para satpam ikut menyerbu berniat menggebuknya dengan pentungan dan sapu.
Orochimaro marah dan bersiap mengeluarkan wujud ular sawa raksasa, anaconda, puraca, gozila, dan monster timpakul. Namun Hokage dengan gerakan kilat menghampirinya. Dalam satu hitungan ia memukulnya, Orochimaro merasakan hawa angin panas yang dahsyat mengenai perutnya, mendorong keras bagai beratus kilogram beratnya, …DUARRRR RR R!!! DAGUMMMmM!!! jurus ‘resingan’!.
Tanah bergetar seakan gempa dan membuat bangunan WC umum ambruk dan isinya berhamburan di udara. Namun bukan itu yang mengenai Orochimaro, tapi serangan kilat jurus silat aliran campadih bernama “Bakantan Hamuk” milik panglima Hamandit yang lebih dulu menghantamnya dan sekaligus mengeluarkan ajian dahsyat “Sayipi Api” yang sekuat 1000.000 ton tenaga kuda, membuat Orochimaro terpental sangat jauh kemudian jatuh di Pulau Kembang dan tersangkut di pohon binjai.*
Penulis merupakan seorang Gusdurian dan anak Pesantren. Tinggal di Banjar, Kalimantan Selatan.