PIRAMIDA.ID- Sejak lima tahun terakhir, Panei Tongah menjadi langganan banjir. Meskipun tidak ada korban jiwa, namun banjir bandang ini berdampak buruk bagi masyarakat karena menyebabkan sejumlah fasilitas umum seperti infrastruktur lalu lintas jembatan mengalami kerusakan yang parah. Beberapa bulan yang lalu, banjir bandang juga menyebabkan kerusakan diareal lahan pertanian warga.
Heri Nainggolan mengatakan, sangat mengesalkan kondisi banjir yang telah rutin terjadi namun tidak ada solusi konkrit dari pihak Perkebunan PTPN IV selaku penyumbang banjir bandang itu.
“Banjir telah terjadi berulangkali, setiap hujan turun. Namun pihak perusahaan dan pemerintah terkesan tutup mata dan melakukan pembiaran. Ini menjadi hal yang sangat kami kesalkan,” ungkap Heri, warga Kelurahan Panei Tongah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun itu.
Aspirasi masyarakat, lanjutnya, telah disampaikan berulangkali kepada pihak perkebunan Unit Marjandi, namun tidak ada solusi yang nyata.
“Banjir ini sudah sangat meresahkan kami karena kerap mengganggu aktivitas masyarakat. Kami berharap pemerintah pusat dapat segera turun kelokasi menangani masalah ini,” ujar alumni Fakultas Teknik Universitas Simalungun itu.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Sahabat Lingkungan, Jonli Simarmata mengatakan bahwa kondisi banjir bandang yang telah terjadi berulangkali itu telah menjadi predesen buruk bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Panei.
Dia menuturkan, konversi tanaman teh menjadi sawit dilakukan oleh PTPN IV pada tahun 2006 lalu. Pada saat tanaman sawit masih kecil, banjir belum terjadi. Banjir rutin itu terjadi sejak 5 tahun terakhir, pada saat tanaman sawit telah bertumbuh besar.
Sahabat Lingkungan telah melakukan pengumpulan data terkait dampak dan penyebab banjir diwilayah Panei Tongah sekitarnya. Sesuai data yang temukan, banjir tersebut bersumber dari perkebunan kepala sawit.
Hal ini sebagaimana hasil penelitian para ahli bahwa tanaman kelapa sawit berakar dangkal, sehingga tidak mempunyai kemampuan menyimpan air seperti pohon/tanaman lain.
Saat hujan datang, air tidak tertahan, tetapi lolos bergerak ke lapisan tanah di bawah zona perakaran. Jika lahan merupakan lahan datar dengan muka air tanah yang dangkal, maka lebih mudah menyebabkan genangan dan banjir.
“Tidak ada lagi solusi yang lain. Solusinya: kembalikan ke kebun teh! Karena itu solusi yang paling relevan dan masuk akal,” tegasnya.
Dia menambahkan, dalam waktu dekat Sahabat Lingkungan akan menyurati Menteri BUMN agar segera mengevaluasi Direktur Utama PTPN IV karena telah gagal mengatasi masalah banjir ini.
“Kami juga akan mendaftarkan gugatan class action ke Pengadilan. Saat ini tim kami tengah mengumpulkan data warga yang ikut melakukan gugatan,” pungkas Jonli Simarmata.(*)