Penulis: Pdt. Dr. Martongo Sitinjak*
Minggu II Dung Trinitatis
Imamat 25:1-13
PIRAMIDA.ID – Mengapa tanah harus beristirahat penuh pada tahun ketujuh?Suatu saat, Allah membebaskan bangsa Israel, keluar dari penjajahan Mesir menuju tanah perjanjian. Allah mengangkat mereka menjadi satu bangsa untuk mewujudkan janjiNya bagi Abraham menjadi berkat bagi semua kaum di bumi. Pada saat mereka masih di dalam perjalanan, Allah telah mengatur kehidupan mereka di masa depan yang harus mereka jalani di tanah perjanjian. Salah satu aturan Allah yang harus mereka lakukan adalah berkaitan dengan tanah. Mereka dipanggil untuk memelihara tanah yang menghasilkan makanan bagi manusia dan segala yang bernyawa. Allah menentukan, agar tanah mempunyai waktu istirahat untuk memulihkan kesuburannya. Allah berfirman: Apabila kamu masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN. Allah membuat aturannya demikian:
Pertama
Kedua,
Tujuh kali tujuh sabat yaitu setelah empat puluh sembilan tahun, kamu harus membunyikan sangkakala pada tanggal sepuluh bulan ketujuh pada hari raya perdamaian. Tahun ke limpuluh harus menjadi tahun Yobel. Tahun Yobel harus menjadi tahun kudus dengan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya.
Jauh sebelum mereka memasuki tanah perjanjian, Allah telah memerintahkan perlindungan terhadap tanah untuk memelihara kesinambungan hidup manusia dan segala yang bernyawa. Enam tahun lamanya adalah masa menaburi ladangmu, merantingi kebun anggur dan mengumpulkan hasil tanah itu. Mereka dapat mengambil keuntungan, menyimpan dan mengembangkan hasil dari tanah yang mereka kerjakan. Setelah itu ada satu tahun penuh menjadi tahun sabat dimana tanah mengalami perhentian penuh. Sepanjang tahun ketujuh tanah tidak boleh digunakan untuk mengambil keuntungan dan tidak menyimpan hasilnya. Sepanjang tahun itu, hasil tanah itu akan menjadi bahan makanan saja bagi semua penduduk dan juga binatang ternak dan binatang liar. Dengan tahun sabat, tanah mempunyai waktu istirahat untuk memulihkan dirinya agar dapat menjaga kesuburannya.
Sedemikian pentingnya tanah istirahat, sehingga Allah mengatakannya sebagai tahun sabat untuk TUHAN. Tanah adalah ciptaan TUHAN yang harus dijaga kelestariannya.Manusia tidak boleh merusaknya dengan semena-mena. Allah memberikan masa selama enam tahun mengusahainya dan memetik hasilnya dan pada tahun ketujuh tanah harus benar-benar istirahat penuh. Manusia harus menyadari bahwa tanah itu bukan miliknya. Manusia dapat mengusahainya untuk keberlangsungan hidupnya hingga pada waktunya seseorang akan berakhir namun tanah itu akan masih tetap di sana untuk di usahai oleh generasi berikutnya.
Dalam masa tanah sedang memasuki masa istirahat itu, sesungguhnya manusia juga memasuki masa istirahat berhenti dari usaha menambah keuntungan. Sepanjang tahun itu tidak ada transaksi hasil jual-beli dari hasil tanah tersebut. Hasil tanah selama sabat itu harus menjadi makanan bagimu: bagi dirimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan, dan bagi orang asing dan setiap orang yang tinggal padamu. Juga makanan bagi ternakmu dan bagi binatang liar yang ada di tanah itu. Segala yang tumbuh di tanah itu menjadi makanan bagi semua orang dan segala yang bernyawa. Selama masa sabat itu, semua manusia, tuan atau hamba, pengusaha atau buruh, orang asing yang berada di tengah-tengah mereka, bahkan ternak dan binatang liar, semuanya berhenti mengambil untung. Semuapenduduk bebas memperoleh makanan dari tanah yang istirahat itu. Selama tahun tabat itu, semua orang (dari semua kalangan) dapat merasakan kesamaan dan kesejajaran dihadapan Allahdalam hidup berdampingan di alam ciptaanNya.
Istirahat yang lebih panjang ada pada masa tujuh kali tujuh sabat ditambah tahun kelimapuluh menjadi tahun Yobel yaitu tahun kemerdekaan. Istirahat tanah yang lebih panjang ini bermuatan kebebasan bagi semua penduduk. Semua penduduk kembali ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. Masa-masa ini menjadi masa yang indah untuk membicarakan ulang arti dan makna hidup mereka sebagai umat panggilan Allah. Makna terpenting dari hidup itu adalah hidup itu sendiri sebagai pemberian Allah.Memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya dan melimpah bukanlah hal yang terpenting dalam hidup ini. Pemeliharaan hidup manusia dan segala yang bernyawa serta pemeliharaan tanah agar tetap berkesinambungan adalah hal yang sangat penting. Manusia sebagai ciptaan Tuhan harus tunduk dan taat pada tatanan kehidupan yang ditentukan Tuhan dengan memelihara tanah ciptaanNya itu.
Sesungguhnya, Allah telah memerintahkan manusia agar membiarkan tanah itu beristirahat dalam rangka pemeliharaannya. Hal itu diperintahkan Allah agar kesinambungan hidup manusia dan segala ciptaannya itu dapat berlangsung dengan baik. Namun manusia sering mengesampingkan perintah Allah, sehingga manusia dan alam mengalami kerusakan dan penderitaan. Namun demikian, sekalipun manusia mengesampingkan perintah Allah, Allah sendiri punya kuasa untuk mewujudkan rancangannya dengan cara Allah sendiri. Pada saat ini kita merasakan dunia mengalami istirahat karena hadirnya covid-9. Sejenak, alam memulihkan dirinya dari berbagai perusakan yang dilakukan oleh manusia. Allah mengingatkan kita kembali untuk memelihara kesinambungan hidup manusia dan alam ciptaannya, dari kerusakan-kerusakan selama ini dan membebaskan alam dari bebannya yang berlebihan oleh kerakusan manusia. Sabat Tuhan adalah dimana manusia memelihara kesinambungan hidup ciptaan Tuhan dari generasi ke generasi. Sabat memulihkan hidup manusia dan segala yang bernyawa sebagai ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan secara damai. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan menguasai bumi bertanggungjawab untuk menjaga kelestariannya.
Penulis merupakan Kadep Koinonia HKBP