Oleh: Asrida Sigiro*
PIRAMIDA.ID- Hari Kartini diperingati sebagai hari di mana bangkitnya wanita dari belenggu budaya patriarki yang membuat stigma bahwa wanita hanya pantas berada di rumah dan mengurusi dapur. Raden Ajeng Kartini adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam perjuangan untuk hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia.
Ibu Kartini merupakan sosok yang begitu dikagumi oleh banyak orang terlebih perempuan Indonesia. Karena kecerdasan dan keberanian ibu Kartini, kini banyak perempuan-perempuan Indonesia yang bisa mengambil peran dan bahkan kini memiliki pengaruh di dunia pendidikan. Bahkan perbincangan tentang pendidikan masa kini tidak terlepas dari sosok perempuan dan sebaliknya bicara tentang perempuan tidak terlepas dari pendidikan. So, perempuan dan pendidikan merupakan dua elemen yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagai seorang perempuan Indonesia yang merupakan generasi kartini masa kini saya menyadari pentingnya peran seorang perempuan dalam pengembangan bidang pendidikan. Pengembangan pendidikan merupakan perihal yang penting karena memiliki dampak yang besar pada kemajuan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa.
Pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan produktivitas, kualitas hidup, dan kesejahteraan masyarakat, serta membantu mengatasi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Dengan mengembangkan pendidikan yang baik, negara dapat memperkuat daya saing dan posisi dalam perekonomian global.
Tugas dan tanggungjawab seorang guru sangatlah penting dan kompleks. Tanggungjawab seorang guru tidak hanya terbatas pada kegiatan mengajar di kelas, tetapi juga termasuk mempersiapkan materi pembelajaran, mengevaluasi kemajuan murid-muridnya, memberikan tugas dan pekerjaan rumah, serta memberikan bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang membutuhkan.
Selain tugas dan tanggung jawab yang bersifat akademik tersebut, seorang guru juga harus memiliki tanggungjawab moral dan sosial. Seorang guru harus menjadi panutan bagi murid-muridnya dalam hal etika dan moralitas, serta harus mampu membimbing dan mengarahkan murid-muridnya untuk mengembangkan kepribadian yang baik dan positif. Dan dari semua tugas dan tanggungjawab tersebut, point paling penting adalah guru harus dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab tersebut dengan sepuh hati dan penuh cinta kasih.
Startnya adalah guru harus terlebih dahulu mencintai anak-anak didiknya, selayaknya seorang ibu yang mencintai anak-anaknya dengan penuh kasih. Dengan menyalurkan pendidikan dengan kasih, anak didik akan memperolehnya dengan baik. Anak akan merasa bahagia dalam belajar, sehingga anak dapat menikmati proses belajar.
Sehingga belajar itu, tidak lagi menjadi kewajiban yang menjadi beban dipundak anak, akan tetapi menjadi suatu kewajiban yang dijalankan anak dengan perasaaan yang bahagia. Dengan begitu tidak akan ada anak yang malas sekolah, bolos sekolah, takut ke sekolah, takut ke pada guru, takut belajar matematika, takut belajar IPA dan sebagainya. Jikaulah sosok seorang guru sebagaimana seorang ibu yang menyanyangi anaknya, seperti memberikan pujian, dukungan, dan dorongan pada anak-anak saat mereka belajar, maka pasti anak akan merasa bahagia pada saat belajar.
Belajar dengan suasana hati yang bahagia dan menyenangkan dapat memiliki banyak dampak positif pada perkembangan dan prestasi akademik anak. Seperti dapat meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kreativitas, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan hubungan sosial yang baik.
Hal tersebut di atas sejalan dengan moto Profesor Yohanes Surya, Ph.D., yang merupakan pemerhati dan pelopor pendidikan di Indonesia sekaligus pencetus metode pembelajaran matematika GASING (Gampang, Asyik, Menyenangkan) yang merupakan metode matematika yang membuat anak belajar menjadi gampang, asyik dan menyenangkan.
Profesor Yohanes menyebutkan, “Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah mereka yang belum dapat kesempatan belajar dari guru yang baik (great teacher) dan metode yang baik”.
Jika seorang guru mendapati ada anak yang disebut lemah dalam belajar, sebagai guru harus mampu merefleksikan diri, “sudahkah saya menjadi guru yang terbaik untuk anak didik saya?. Sudakah saya menjadi sosok seorang ibu bagi anak didik saya?”. Dengan mampu merefleksikan diri, maka seroang guru akan dapat meng-up grade diri untuk menjadi guru yang terbaik bagi anak didiknya, sebagaimana sosok ibu yang penuh kasih pada anaknya. Sehingga anak dapat belajar dengan baik dari gurunya.
Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran yang baik. Sebab pendidikan merupakan hak asasi manusia yang penting dan yang seharusnya dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan negera Indonesia, yakni mencerdaskan seluruh bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD’45.
Namun, faktanya sampai saat ini pendidikan belum merata dilapisan masyarakat Indonesia. Masih banyak daerah yang tidak dapat memperoleh pendidikan sebagaimana seharusnya.
Beberapa faktor penyebabnya meliputi kemiskinan, kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang untuk pendidikan, dan masalah yang paling penting adalah rendahnya kualitas guru. Kualitas seorang guru sangatlah penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan. Jika kualitas guru minim, maka akan minim pula lahirnya genarasi-generasi emas penerus bangsa.
Seorang guru perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis. Seorang guru perempuan dapat memiliki dampak yang sangat positif, karena perempuan biasanya memiliki naluri atau insting yang kuat untuk membantu dan membimbing siswa mereka. Mereka sering memiliki empati dan kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan dan kekhawatiran siswa mereka, dan mampu memberikan dukungan dan perhatian yang diperlukan untuk membantu siswa mencapai potensi mereka.
Selain itu, guru perempuan sering memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang kuat dan positif dengan siswa mereka, menciptakan lingkungan kelas yang aman dan nyaman di mana siswa dapat belajar dengan baik. Mereka juga sering memiliki kemampuan untuk menangani situasi sulit atau konflik dalam kelas dengan bijaksana dan efektif.
Dari total populasi guru nasional, sebanyak 2,36 juta orang atau 70,84% adalah perempuan. Sementara jumlah guru laki-laki sebanyak 972,05 ribu orang atau 29,16%.
Komnas Perempuan menyebut, timpangnya proporsi gender dalam populasi guru nasional mungkin bisa dilihat sebagai indikasi yang baik, menandakan semakin terbukanya akses perempuan untuk bekerja dan berperan di publik. Komnas Perempuan juga menyebut “angka (ketimpangan) tersebut merupakan sebuah refleksi bahwa perempuan secara kultur cenderung diposisikan sebagai penanggung jawab dalam bidang kependidikan, baik di ranah publik ataupun di ranah domestik”.
Maka dapat disimpulkann proporsi peran perempuan sangat besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Teruntuk perempuan-perempuan Indonesia, generasi-generasi Kartini masa kini, tetaplah semangat dan menjadi pembawa perubahan yang lebih baik demi perkembangan dan kemajuan bangsa, terlebih dibidang pendidikan di Indonesia. Selamat Hari Kartini teruntuk perempuan-perempuan Indonesia. Perempuan adalah Masa Depan!(*)
Penulis merupakan #K-2 Founder KOKASI (Komunitas Kartini Indonesia).